Rakhine, 18 Dzulhijjah 1437/20 September 2016 (MINA) – Sekitar 1.000 umat Buddha nasionalis garis keras melakukan protes di Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine, Myanmar atas penyidikan kekerasan di Myanmar.
Penyidikan yang dipimpin oleh mantan kepala PBB Kofi Annan ditentang sejak mendaratnya pesawat Annan pada kunjungannya ke Myanmar selama dua hari.
“Kami di sini untuk membantu memberikan ide dan saran,” kata Kofi Annan, demikian yang diberitakan crcconnection.com yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Seorang demonstran mengatakan, Myanmar tidak membutuhkan orang asing dalam menangani masalah di negaranya.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
“Kami tidak ingin orang asing untuk membuat keputusan, itu sebabnya kami melakukan protes,” kata Mei Phyu.
Sekretaris Partai Arakan (ANP) Tun Aung Kyaw mengatakan negaranya tidak membutuhkan prespektif hak asasi manusia dari orang asing yang tidak mengenal Myanmar.
“Kami tidak ingin komisi ini, karena kami tidak ingin perspektif hak asasi manusia dari orang asing tanpa benar-benar memahami dan mengevaluasi sejarah orang Rakhine, dan bagaimana mereka bisa tahu akar penyebab konflik,” kata Tun Aung kepada The Associated Press melalui telepon.
Dalam kunjungannya ke Myanmar melakukan diskusi panel, Annan berjanji untuk tidak memihak dalam pendekatan konflik. Dia berharap bisa bertemu dengan para pemimpin Rakhine serta berkunjung ke kamp pengungsian yang dihuni oleh ribuan warga Rrohingya yang menderita kemiskinan.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Dalam aksinya, lebih dari 200 warga Buddha memegang spanduk bertuliskan “tidak untuk komisi yang dipimpin Kofi Annan” saat menunggu kedatangannya beberapa waktu lalu di bandara Sittwe.
Rakhine yang berbatasan dengan Bangladesh telah mengalami kekerasan komunal sejak 2012 antar etnis Buddha dan minoritas penduduk Muslim Rohingya. (T/P004/P001)
Mi’raj Islamic News Agaency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina