-
Praha, 16 Muharram 1437/29 Oktober 2015 (MINA) – Ribuan warga Czech dengan memanfaatkan hari libur nasional, Hari
Kemerdekaan Cekoslowakia, untuk menggelar aksi ujukrasa anti pengungsi di kota-kota republik itu, Rabu, sepekan setelah PBB
mengecam perlakuan negara itu terhadap aliran pegungsi sebagai “melecehkan martabat manusia”.Hampir 5.000 orang turun ke jalan-jalan di Praha dan empat kota lainnya pada hari nasional itu. Di ibukota Praha, polisi anti huru hara turun tangan untuk memisahkan demonstran anti-pengungsi dari sekitar seratus orang yang menggelar aksi tandingan.
Unjuk rasa Rabu di kota-kota besar di seluruh negeri itu diselenggarakan oleh kelompok politik pinggiran dan pihak yang
mengeksploitasi sentimen anti-pengungsi dan sentimen anti-Muslim, Mi’raj Islamic News Agency (MINA), dengan mengutip Sabah Daily melaporkan.Lutz Bachmann, pendiri gerakan anti-Islam Pegida Jerman, merupakan salah satu pembicara dalam unjukrasa di Praha, Demonntrasi terbesar berlangsung di Brno, kota terbesar kedua di negara itu, tempat lebih dari seribu orang hadir dalam aksi mereka.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Protes lainnya digelar di Praha, Liberec, Usti nad Labem dan Ostrava dengan setiap demnstrasi dihadiri ratusan orang saja. Tak ada insiden berarti dalam aksi-aksi tersebut.
Liburan nasional itu untuk merayakan pembentukan Cekolowakia pada 1918.
Lebih dari 700.000 migran telah tiba di Eropa tahun ini, sebagian besar dari Suriah, Irak dan Afghanistan, dalam krisis pengungsi terburuk di benua itu sejak Perang Dunia II.
Masuknya para migran telah memicu ketegangan antara para anggota Uni Eropa dan memberikan dorongan moral kepada kelompok kanan yang anti-migrasi di seluruh benua itu.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Presiden Czech, Milos Zeman, mendapat kecaman akibat sikap kerasnya yang anti-migran. Sikapnya menuai kritik tajam dari
kepala hak asasi manusia PBB, Zeid Ra’ad Al Hussein, yang juga menuduh Praha secara sistematis menahan migran dalam kondisi “merendahkan” demi mencegah migran lain memasuki negara itu. (T/R07/R01)Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas