London, MINA – Ribuan warga kembali berdemonstrasi di pusat kota London, Inggris, Sabtu (8/6) menyuarakan dukungan kepada Palestina, di tengah kampanye pemilu.
Aksi unjuk rasa menuntut gencatan senjata di Gaza, berlangsung di tengah dimensi politik beberapa pekan sebelum pemilihan legislatif yang dijadwalkan pada tanggal 4 Juli mendatang. Al-Quds Al-Araby melaporkan.
Kampanye Solidaritas Palestina di Inggris telah berlangsung selama delapan bulan, merespon serangan pasukan zionis Isarel ke Gaza sejak Oktober 2023. Ini merupakan aksi turun ke jalan ke-18 sejak dimulainya perang di Gaza.
“Semua partai politik harus menyuarakan dan bertindak untuk menghentikan genosida di Gaza jika mereka menginginkan suara kita,” ujar pengunjuk rasa.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Ribuan demonstran bergerak menuju Parlemen Inggris sambil membawa bendera Palestina.
Thomas Rapsey, musisi Kanada berusia 35 tahun yang tinggal di Inggris, yang ikut dalam aksi mengatakan, “Apa yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina sangat tidak dapat diterima secara moral, dan yang bisa saya lakukan hanyalah turun ke jalan.”
“Tetapi para politisi tidak mendengarkan rakyat, dan itu sangat membuat frustrasi,” tambahnya.
Banyak spanduk bergambar Perdana Menteri Konservatif saat ini, Rishi Sunak, dan saingannya dari Partai Buruh, Keir Starmer, keduanya merupakan calon Perdana Menteri.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Beberapa pengunjuk rasa menyerukan agar Partai Konservatif, yang telah berkuasa selama 14 tahun di Inggris, untuk dipilih. Sementara yang lain mendesak Starmer, mantan pengacara hak asasi manusia, untuk “tidak bersembunyi” mengenai serangan Israel di Gaza.
Lucy, seorang analis riset berusia 26 tahun, berkata, “Saya tidak terlalu percaya pada demokrasi parlementer. Kami hampir tidak mendengar usulan dari kandidat utama mengenai Gaza.”
Partai Buruh, yang memiliki peluang paling besar dalam pemilu, memasukkan dalam programnya tujuan mengakui negara Palestina, seperti yang dilakukan negara-negara Eropa.
“Tetapi sudah terlambat,” kata wanita muda itu, tampak kecewa. “Saya tidak bisa mempercayainya.” []
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Mi’raj News Agency (MINA)