Kremlin, 11 Dzulqa’dah 1436/26 Agustus 2015 (MINA) – Pemerintah Rusia menyatakan akan mengubah peraturan keuangan untuk memungkinkan membuka peluang perbankan syariah di negaranya dalam upaya menarik dana dari negara-negara Muslim dan menghadapi resesi serta sanksi ekonomi Barat.
Koran setempat Russia Beyond The Headlines edisi Selasa (25/8) menyebutkan, langkah ekonomi itu diambil menghadapi sanksi AS dan Eropa yang berdampak negatif terhadap perekonomian Rusia di pasar keuangan global.
“Kami sedang merancang penerapan perbankan syariah, termasuk mengubah undang-undang perbankan negara”, kata Dmitry Savelyev, Ketua Komite Negara pada Pasar Keuangan kepada Kantor Berita TASS.
Sistem yang dikenakan antara lain pembiayaan dan transaksi keuangan tanpa bunga (anti riba), termasuk penerbitan obligasi syariah (sukuk).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Pasar global keuangan syariah memang berkembang pesat dan mencapai total $ 2,6 triliun tahun 2017, menurut laporan perusahaan konsultan global Pricewaterhouse Coopers.
Rusia memiliki minoritas Muslim, diperkirakan sekitar 10 persen dari populasi.
Konstantin Baymukhashev, seorang pengacara setempat mengatakan, perubahan undang-undang Rusia harus membantu menarik investasi ke dalam ekonomi Rusia dari negara-negara Arab.
Aset Keuangan Islam
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Rustam Minnikhanov, Presiden Republik Federal Rusia Tatarstan, menjadi salah satu pendukung paling vokal untuk membawa Keuangan Islamic ke Rusia.
“Perkembangan terbaru dalam perekonomian dunia telah menunjukkan bahwa bank syariah dapat menahan berbagai krisis global dan melengkapi sistem keuangan global,” kata Minnikhanov dalam pidato pada bulan Juni pada Forum Kazan Summit Economic.
Keuangan Islam akan membantu perusahaan-perusahaan Rusia mengkompensasi kurangnya dana yang disebabkan oleh renggangnya hubungan baru-baru ini dengan Barat, ujarnya.
Bulan Juli lalu, Minnikhanov melakukan perjanjian kerjasama dengan presiden pemberi pinjaman terbesar Rusia, raksasa ritel perbankan milik negara Sberbank, yang melibatkan pengembangan perbankan syariah di Tatarstan.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Ahmed Mohammed Ali Al-Madani dari Islamic Development Bank (IDB), sebuah organisasi pinjaman Islam multilateral yang berbasis di Arab Saudi, mengatakan bahwa obligasi berbasis syariah juga telah dikeluarkan oleh badan yang berbasis di negara-negara non-Muslim, termasuk Inggris.
Jumlah asset obligasi syariah di seluruh dunia juga berkesat mencpai $ 120 miliar.
“Republik Tatarstan dapat dipromosikan sebagai pusat keuangan Islam di Rusia,” kata Al-Madani.
Bank terbesar Tatarstan AK Bark, telah menarik sejumlah dana berdasarkan investasi syariah.
Selanjutnya, pada Januari 2015, operator asuransi lokal Aliansi mulai menjual produk asuransi khusus yang disebut “Halal Invest” yang sesuai dengan norma-norma Islam.
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng
“Ini semacam bisnis yang mendapatkan momentum di seluruh dunia, dan dengan mengembangkan itu di negeri ini, kita akan mengamankan sumber pendanaan dan meningkatkan kepercayaan dalam sistem perbankan,” kata Semyon Nemtsov, seorang analis di perusahaan investasi Russ-Invest.
Namun, analis lainnya mengatakan, Rusia tidak mungkin untuk langsung mengalami lonjakan investasi dari negara-negara Muslim.
“Perbankan Islam adalah pertama dan terutama terkait dengan konsep agama dan ideologi. Signifikansi keuangan sebenarnya sekunder. Inilah sebabnya mengapa ada banyak kendala yang menghambat pelaksanaannya dalam sistem hukum dan keuangan Rusia,” kata Konstantin Korishchenko, wakil direktur Departemen Pasar Modal dan Rekayasa Keuangan pada Akademi Ekonomi Nasional dan Administrasi Publik Rusia.
Menurut Korishchenko, ada banyak faktor yang secara signifikan akan mempersulit keselarasan keuangan Islam dan standar perbankan Barat, termasuk fakta bahwa peraturan Islam mengharuskan aset diurutkan menurut sumber dan melarang pembayaran berbunga atau transaksi berjangka.
Baca Juga: Wapres: Ekonomi Syariah Arus Baru Ketahanan Ekonomi Nasional
Selain itu, Rusia cenderung memiliki lebih banyak kesulitan memperkenalkan Keuangan Islamic dari hukum umum negara-negara seperti Inggris dan India.
Pengenalan perbankan syariah akan membutuhkan pemikiran mendalam dan perubahan mendasar hukum Rusia.
Menurut Baymukhashev, sistem perbankan syariah dan Rusia secara radikal berbeda satu sama lain.
“Bank-bank Islam tidak menyediakan klien mereka pinjaman berbunga, melainkan menjual produk yang sebenarnya atau bertindak sebagai mitra (co-investor) dalam beberapa jenis proyek, sehingga menanggung semua risiko yang terkait dengan klien,” ujar Baymukhashev.
Baca Juga: Ketum Muhammadiyah: Jadikan Indonesia Pusat Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah
Ia menambahkan bahwa perbankan Islam juga melarang pembiayaan perusahaan yang memproduksi atau menjual minuman beralkohol. (T/P4/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Soal Perdagangan Indonesia-Israel, Kemenlu: Melalui Negara Ketiga