New York, 19 Sya’ban 1436/6 Juni 2015 (MINA) – Rusia dan Cina menentang permintaan pimpinan Amerika Serikat (AS) untuk menjatuhkan sanksi kepada dua politisi Libya yang dituduh menghalangi pembicaraan mediasi PBB tentang pembentukan pemerintah persatuan nasional.
Inggris, Perancis, Spanyol dan AS telah mencari langkah-langkah guna menopang upaya Utusan PBB Bernardino Leon untuk meraih kesepakatan politik sebelum awal Ramadan pada 17 Juni, Nahar Net yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (6/6).
Keempat negara meminta agar ditetapkan larangan perjalanan global dan pembekuan aset kepada Abdul Rahman Swehli, seorang politisi dari Misrata, dan Othman Maliqta, komandan Brigade Zintani Qaqa.
Sebuah babak baru pembicaraan penting telah dimulai di Rabat, Maroko, Senin (1/6) lalu.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Rusia menentang langkah itu dengan alasan, permintaan tersebut tidak siap dan benar, tetapi terburu-buru. Delegasi Rusia mengatakan, ia tidak memiliki bukti atau dokumen terkait tindakan kedua tokoh Libya itu, AFP melaporkan.
Sementara Cina mengatakan, pembicaraan politik yang berada di “persimpangan kritis” dan Dewan harus sangat berhati-hati serta mengambil lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan masalah itu.
Permintaan sanksi oleh empat negara itu semakin rumit ketika Duta Besar Libya untuk PBB Ibrahim Dabbashi mengirim surat ke Dewan, meragukan apakah tindakan itu akan sangat membantu.
Kedua politisi Libya itu tidak dianggap sebagai tokoh tinggi, tetapi keputusan untuk memboikot mereka bertujuan untuk mengirim pesan ke pejabat senior Libya yang lebih berpangkat.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Selama pembicaraan di Jenewa, faksi-faksi Libya yang berseteru setuju pada Januari lalu mendirikan sebuah pemerintah persatuan nasional untuk memulihkan stabilitas yang telah hancur sejak jatuhnya Moammar Gadhafi. Tapi bulan negosiasi yang ditengahi PBB itu belum menghasilkan kesepakatan politik.
Abdul Rahman Swehli adalah Ketua Persatuan Libya dari Partai Homeland yang dilaporkan terdesak oleh serangan milisi Libya Dawn di kota pelabuhan minyak Sidra pada Februari. Tindakan Swehli diduga untuk mengganggu jalannya pembicaraan dan memperkuat posisinya.
Sedangkan Othman Maliqta memerintahkan pasukannya untuk menyerang parlemen di Tripoli pada Mei 2014, menggunakan truk yang dipasang senjata anti-pesawat, mortir dan roket.
Libya memiliki dua set parlemen dan pemerintah saingan, di mana pasukan Libya Dawn yang menguasai ibukota Tripoli tahun lalu, memaksa pemerintah yang diakui secara internasional pindah ke Tobruk, kota di timur negara itu. (T/P001/R05)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Mia’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza