Ankara, 28 Rabi’ul Awwal 1438/28 Desember 2016 (MINA) – Turki dan Rusia secara terpisah telah menuduh Amerika Serikat (AS) mendukung apa yang mereka sebut “kelompok teroris” di Suriah.
Pada hari yang sama, kedua negara sepakat untuk mendorong pembicaraan di Kazakhstan bulan depan untuk menemukan solusi politik bagi perang saudara di Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (27/12) mengatakan, ia memiliki bukti bahwa pasukan koalisi pimpinan AS memberikan dukungan kepada kelompok Islamic State (ISIS) dan kelompok Kurdi, yaitu Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan Partai Demokrat Bersatu (PYD).
“Mereka (AS) menuduh kami mendukung Daesh (ISIS),” kata Erdogan dalam konferensi pers di Ankara. “Sekarang mereka yang memberikan dukungan kepada kelompok teroris, termasuk Daesh, YPG, PYD. Hal ini sangat jelas. Kami telah memastikan bukti, dengan gambar, foto dan video.”
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Namun, Erdogan tidak menjelaskan lebih lanjut tentang bukti yang bersangkutan. Demikian Al-Jazeera memberitakannya yang dikutip MINA.
Departemen Luar Negeri AS segera menolak klaim Erdogan tersebut dan menyebutnya “menggelikan”. Juru bicara Mark Toner mengatakan, tidak ada dasar untuk tuduhan seperti itu.
Secara terpisah, Rusia mengatakan pada hari yang sama bahwa keputusan AS untuk mengurangi pembatasan dalam mempersenjatai oposisi Suriah membuka jalan bagi pengiriman rudal anti-pesawat, langkah itu dikatakan akan langsung mengancam pasukan Rusia di Suriah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada Selasa (27/12) mengatakan, perubahan kebijakan yang ditetapkan dalam RUU kebijakan pertahanan tahunan AS yang ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Barack Obama pekan lalu, akan menyebabkan senjata berakhir di tangan “jihadis” dan kelompok oposisi “moderat” palsu yang telah lama berperang bersama-sama.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
UU itu memberikan pemerintah AS berikutnya di bawah Donald Trump wewenang untuk mengirim rudal anti-pesawat kepada oposisi moderat Suriah.
“Keputusan seperti itu adalah ancaman langsung terhadap angkatan udara Rusia, kepada personil militer Rusia lainnya, dan kedutaan besar kami di Suriah, yang mengalami tembakan lebih dari sekali. Oleh karena itu kami melihat langkah ini sebagai salah satu yang bermusuhan,” kata Zakharova dalam sebuah pernyataan. (T/RI-1/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu