Moscow, 4 Ramadhan 1435/2 Juli 2014 (MINA) – Pemerintah Rusia akan menginvestasikan 620 milyar rubel ($ 18,2 milyar) di Crimea sampai dengan tahun 2020, lebih besar dari pinjaman yang diberikan kepada Ukraina oleh Barat.
Menteri Pembangunan Daerah Rusia mengatakan, Selasa (1/7), menurut program pembangunan, Crimea disiapkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Rusia, proyek meliputi pembangunan sebuah jembatan di atas Selat Kerch untuk menghubungkan Crimea dan Rusia.
Departemen Keuangan Rusia memperkirakan defisit anggaran Crimea mencapai $ 1,5 milyar pada awal Maret tahun ini, dan negara harus menghabiskan lebih banyak uang untuk air dan energi, Anadolu Agency yang dikutip MINA.
Cabang-cabang utama ekonomi Crimea adalah pariwisata dan pertanian. Pendapatan pariwisatanya menurun setelah tercipta ketegangan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Pada Mei tahun ini, Dewan Gubernur dari Dana Moneter Internasional mendukung program anti-krisis baru untuk Ukraina yang mengharapkan fasilitas pinjaman dengan jumlah dari sekitar $ 17 milyar selama dua tahun ke depan.
Ketegangan di Ukraina Timur meninggi setelah separatis di dua wilayah timur mendeklarasikan kemerdekaannya dari Ukraina dan aneksasi Rusia terhadap Crimea pada 21 Maret.
Negara-negara Barat telah menyalahkan Rusia yang menghasut konflik di Ukraina dan mendukung kelompok-kelompok separatis, dan telah berusaha menghukum Moskow dengan memberlakukan sanksi ekonomi setelah aneksasi Crimea.
Muslim Tatar Crimea adalah salah satu penentang paling keras atas aneksasi Rusia terhadap Crimea dari Ukraina.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Era 1944, Soviet mendeportasi 200.000 etnis Tatar ke Siberia dan Asia Tengah serta banyak membunuh yang lainnya, menjadi alasan bagi Tatar Crimea menaruh ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pemerintah Rusia. Banyak yang masih mengasosiasikan kekuasaan Moskow dengan penindasan, pengasingan dan penderitaan. (T/P09/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon