Saat Allah ‘Sakit’, ‘Lapar’ dan ‘Haus’
Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Allah sakit? Pasti sebagian pembaca bertanya bagaimana mungkin Allah bisa sakit? Mustahil bagi Allah sakit. Bukankah Allah Taโala adalah Tuhan seluruh alam dan Raja di Raja? Lalu, bagaimana mungkin Allah bisa sakit?
Ada baiknya mari simak sebuah hadits Rasulullah Shallallahu โalaihi wasallam bersabda berikut ini,
ุนูู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู – ุฑูุถููู ุงูููู ุนููููู – ููุงูู: ููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููููู – ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู -: ุฅููู ุงูููู – ุนูุฒูู ููุฌูููู – ููููููู ูููู ู ุงูููููุงู ูุฉู : ููุง ุงุจููู ุขุฏูู ู ุ ู ูุฑูุถูุชู ููููู ู ุชูุนูุฏูููู ! ููุงูู : ููุง ุฑูุจูู ุ ูููููู ุฃุนููุฏููู ููุฃููุชู ุฑูุจูู ุงูุนูุงููู ูููู ุ! ููุงูู : ุฃู ูุง ุนูููู ูุชู ุฃููู ุนูุจูุฏูู ูููุงููุงู ู ูุฑูุถู ููููู ู ุชูุนูุฏููู ! ุฃู ูุง ุนูููู ูุชู ุฃููููู ูููู ุนูุฏูุชููู ููููุฌูุฏูุชููู ุนูููุฏููู ! ููุง ุงุจููู ุขุฏูู ู ุ ุงุณูุชูุทูุนูู ูุชููู ููููู ู ุชูุทูุนูู ููู ! ููุงูู : ููุง ุฑูุจูู ุ ูููููู ุฃุทูุนูู ููู ููุฃููุชู ุฑูุจูู ุงูุนูุงููู ูููู ุ! ููุงูู : ุฃู ูุง ุนูููู ูุชู ุฃููููู ุงุณูุชูุทูุนูู ููู ุนูุจูุฏูู ูููุงูู ููููู ู ุชูุทูุนูู ููู ! ุฃู ูุง ุนูููู ูุชู ุฃููููู ูููู ุฃุทูุนูู ูุชููู ููููุฌูุฏูุชู ุฐููููู ุนูููุฏูู ! ููุง ุงุจููู ุขุฏูู ู ุ ุงุณูุชูุณูููููุชููู ููููู ู ุชูุณูููููู ! ููุงูู : ููุง ุฑูุจูู ุ ูููููู ุฃุณูููููู ููุฃููุชู ุฑูุจูู ุงูุนูุงููู ููู ุ! ููุงูู : ุงุณูุชูุณูููุงูู ุนูุจูุฏูู ูููุงููู ููููู ู ุชูุณููููู ! ุฃู ูุง ุฃููููู ูููู ุณูููููุชููู ููููุฌูุฏูุชู ุฐููููู ุนูููุฏูู ! . ุฑูุงู ู ุณูู
Dari Abu Hurairah radhiyallahu โanhu, ia berkata, โRasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda,ย โSesungguhnya Allah โAzza wa Jalla berfirman pada hari kiamat, โWahai Anak Adam! Aku sakit, namun engkau tak menjengukKu!โ (Anak Adam) berkata, โWahai Rabbku, bagaimana aku menjenguk–Mu, sementara Engkau adalah Rabb seluruh alam semesta?โ (Allah) menjawab, โTidakkah engkau tahu bahwa hamba–Ku, si fulan, menderita sakit, namun engkau tidak menjenguknya? Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau menjenguknya, engkau akan mendapati-Ku di sisinya?โ
โWahai Anak Adam! Aku telah meminta makan kepadamu, namun engkau tak memberiKu makan!โ (Anak Adam) berkata, โWahai Rabbku, bagaimana aku memberi–Mu makan, sementara Engkau adalah Rabb seluruh alam semesta?โ (Allah) menjawab, โTidakkah engkau tahu bahwa hamba–Ku, si fulan, telah meminta makan kepadamu, tapi engkau tidak memberinya makan? Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya makan, engkau pasti akan mendapatkan (balasan) itu di sisi–Ku?โ
โWahai Anak Adam! Aku telah meminta minum kepadamu, namun engkau tak memberi–Ku minum!โ (Anak Adam) berkata, โWahai Rabbku, bagaimana aku memberi–Mu minum, sementara Engkau adalah Rabb seluruh alam semesta?โ (Allah) menjawab, โHamba-Ku, si fulan, telah meminta minum kepadamu, namun engkau tak memberinya minum! Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya minum, engkau pasti akan mendapatkan (balasan) itu di sisi–Kuโ.”
Derajat hadits di atas Shahih, diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullah. Bersumber dari kitab Riyadhus Shalihin, karya Al-Imam Abu Zakaria Yahya Muhyuddin bin Syaraf al-Nawawi rahimahullah (w. 676 H./1277 M.).
Makna umum
Dari Abu Hurairah radhiyallahu โanhu, ia berkata, โRasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda, โSesungguhnya Allah โAzza wa Jalla berfirman pada hari kiamat, โWahai Anak Adam! Aku sakit, namun engkau tak menjengukKu!โ (Anak Adam) berkata, โWahai Rabbku, bagaimana aku menjengukMu, sementara Engkau adalah Rabb seluruh alam semesta?โโ Yakni Engkau tidak butuh kepadaku hingga aku menjengukmu. (Allah) menjawab, โTidakkah engkau tahu bahwa hambaKu, si fulan, menderita sakit, namun engkau tidak menjenguknya? Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau menjenguknya, engkau akan mendapatiKu di sisinya?โ
Hadits ini tidak ada masalah terkait firman-Nya, โAku telah sakit, namun engkau tak menjengukKu!โ, karena mustahil bagi Allah untuk sakit; sebab sakit itu tanda kekurangan, sedangkan Allah Subhanahu wa Taโala tersucikan dari segala kekurangan. Jadi maksudnya adalah sakit hamba-Nya yang shalih dan wali-wali Allah Subhanahu wa Taโala serta orang-orang pilihan-Nya.
Oleh karena itu Dia berfirman, โTidakkah engkau tahu bahwa jika engkau menjenguknya, engkau akan mendapati-Ku di sisinya?โ, Dia tidak mengatakan, โengkau akan dapati itu di sisiKuโ sebagaimana firmanNya pada makan dan minum, tetapi Allah berfirman, โengkau akan mendapati-Ku di sisinya.โ Ini menunjukkan kedekatan orang sakit dengan Allah โAzza wa Jalla.
Oleh karena itu para ulama berkata, โSesungguhnya orang sakit itu lebih cepat dikabulkan doanya, baik ketika mendoakan kebaikan atau keburukan kepada seseorang.โ
โWahai Anak Adam! Aku telah meminta makan kepadamu, namun engkau tak memberiKu makan!โ Telah diketahui bersama bahwa Allah Taโala tidak meminta makan untuk diri-Nya sendiri berdasarkan Firman-Nya Tabaraka wa Taโala, “Dan Dia lah yang memberi makan dan tidak diberi makan.” (Qs. Al-Anโam: 14). Maka Allah Mahakaya atas segala sesuatu, tidak butuh makan atau minum, tetapi ada salah satu hamba-Nya yang lapar, lalu diketahui oleh seseorang namun tak memberinya makan.
Allah Taโala berfirman, โTidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya makan, engkau pasti akan mendapatkan (balasan) itu di sisiKu?โ Yakni engkau akan dapati pahalanya tersimpan untukmu di sisiKu, satu kebaikan menjadi sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat sampai tak terhingga.
Allah Taโala berfirman, โWahai Anak Adam! Aku telah meminta minum kepadamu, namun engkau tak memberiKu minum!โ (Anak Adam) berkata, โWahai Rabbku, bagaimana aku memberiMu minum, sementara Engkau adalah Rabb seluruh alam semesta?โ Yakni Engkau tak butuh makan minum. (Allah) menjawab, โHamba-Ku, si fulan, telah meminta minum kepadamu, namun engkau tak memberinya minum! Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya minum, engkau pasti akan mendapatkan (balasan) itu di sisiKu.” Memberi minum orang yang meminta minum, itu adalah tabungan bagimu di sisi Allah, satu kebaikan menjadi sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat sampai tak terhingga.
Ibroh hadits
Pertama, penetapan sifat kalam bagi Allah Taโala. Kedua, anjuran untuk menjenguk orang sakit, memberi makan dan berbagi air kepada orang yang membutuhkannya.
Kedua, kebaikan-kebaikan tidak akan disirna (disia-siakan) di sisi Allah. Kebaikan tu selalu tersimpan pada sisi Allah Taโala. Jadi, jangan khawatir ketika melakukan amal-amal kebaikan, maka Allah Taโala akan memberi balasannya kelak kepada yang melakukannya.
Ketiga, Hadits ini sebagai hujjah (bukti, argumen) atas batilnya keyakinan wihdatul wujud (manunggal kawula gusti, bersatunya abdi dengan Tuhan). Hal ini nampak pada masalah menjenguk, memberi makan dan minum; di mana ditetapkan perbedaan antara hamba dan sesembahan, antara Tuhan dan manusia, serta antara Pencipta dan makhluk, wallahuaโlam.(A/RS3/P1)
Miโraj News Agency (MINA)
Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.