Safari Kemanusiaan, MER-C Bertemu Pengamat Timur Tengah dari UI

Depok, MINA – Lembaga medis dan perdamaian, Medical Emergency Rescue – Committee () dipimpin dr. bertemu Ketua Program Studi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam SKSG Universitas Indonesia (UI), di Depok, Ahad (7/11).

Dalam pertemuan yang merupakan rangkaian MER-C itu, Sarbini menyampaikan pentingnya semua pihak berdiskusi tentang kondisi Palestina. Ia menegaskan, penderitaan Palestina tidak boleh dimanfaatkan dalam bentuk apa pun.

“Orang-orang hanya respek ketika ada peristiwa besar, tapi begitu peristiwa besar itu hilang, maka lupa itu tentang Palestina. Jadi saya ingin mencoba mengkomunikasi bahwa kita punya dua tanggung jawab terhadap Palestina, yaitu tanggung jawab konstitusi dan tanggung jawab sejarah. Ini yang ingin kita sampaikan melalui Safari Kemanusiaan,” ujar Sarbini.

Menurut Sarbini, aksi-aksi kemanusiaan yang selama ini dilakukan belum mampu membuka mata Israel terkait penderitaan bangsa Palestina. Maka, kata dia, Indonesia sebagai rumah umat Islam yang besar perlu bersikap lebih nyata dalam mendukung Palestina.

Sementara itu, Ketua Program Studi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam SKSG Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi membenarkan apa yang disampaikan Sarbini. Menurutnya, memang Palestina membutuhkan dukungan lebih dari banyak pihak.

“Negara yang mengakui Israel sudah banyak, dari Amerika hingga Uni Eropa. Yang mengakui Palestina belum terlalu banyak. Sementara yang mengakui keduanya sejauh ini hanya Rusia atau Cina saja. Jadi dukungan terhadap Palestina masih jauh,” katanya.

Menurut Yon, Palestina bisa memunculkan kekuatan yang besar apabila dua fraksi besar di negara itu bisa bekerja sama, yakni Hamas di Jalur Gaza dan Fatah di Ramallah. Hanya saja, kata dia, rekonsiliasi kedua fraksi tersebut tidak mungkin dibiarkan begitu saja oleh Israel.

“Memang untuk berhadapan dengan Israel itu ada dua sisi, berinteraksi dengan perlawanan atau diplomasi. Dan dua-duanya sudah dilakukan oleh Palestina, tetapi memang terpisah, yakni Hamas dengan perlawanannya, kemudian PLO dengan diplomasinya,” tuturnya.

Yon menjelaskan, selama Hamas dan Fatah belum bersatu, maka akan sulit untuk berhadapan dengan Israel. Ia pun menyarankan pihak eksternal, khususnya dari Indonesia untuk memediasi rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah.

“Minimal masyarakat akar rumput di Palestina bersatu. Mungkin kalau langsung tokoh sentralnya ini akan sulit, tetapi kalau dimulai dari masyarakat, minimal sampai ke tokoh-tokoh menengah, ini bisa dilakukan,” katanya.

Terkait kepedulian terhadap Palestina, Yon mengapresiasi langkah MER-C yang melakukan Safari Kemanusiaan ke semua kalangan. Hal itu, menurutnya, bisa menjadi langkah awal memberikan dukungan yang besar kepada Palestina. (L/R2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.