Safari Ramadhan Bupati Paramitha, Merajut Kebersamaan dan Menebar Kasih di Bumi Brebes

DI BAWAH senja yang berpadu dengan lantunan azan Maghrib, ratusan warga Brebes berkumpul halaman Masjid Al-Falah Desa Kutamendala Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes Jawa Tengah, duduk lesehan tanpa melihat status sosial.

Ada yang mengenakan sarung sederhana, ada yang memakai kemeja rapi, semua menyatu dalam lingkaran persaudaraan.

Inilah pemandangan mengharukan dari Safari Ramadhan yang digelar Bupati Brebes, Hj. Paramitha Widya Kusuma, bersama sang suami Ahmad Saeful Ansori dan jajaran pejabat setempat.

Acara buka puasa bersama ini bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan sebuah manifesto nyata tentang makna ukhuwah (persaudaraan) dan kepedulian sosial.

Buka Puasa Bersama: Dari Meja Bupati ke Piring Rakyat

Tak ada kursi khusus atau meja berkelas. Bupati Paramitha duduk bersila di antara ibu-ibu pedagang petani, anak-anak yatim, dan para lansia. Dengan tangan sendiri, ia membagikan kurma dan takjil kepada warga.

“Inilah esensi Ramadhan: mengingat bahwa kita sama di mata Sang Pencipta. Lapar dan haus kita tak beda; begitu pula kebahagiaan saat berbuka,” ujarnya, disambut senyum warga.

Suaminya, yang turut aktif membagikan takjil, menambahkan, “Kebersamaan ini pengingat bahwa kepemimpinan harus turun ke jantung masyarakat.”

Baca Juga: 12 Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Tarawih Berjamaah, Ibadah yang Menyatukan

Usai shalat Maghrib dan menyantap hidangan sederhana, nasi, sayur dan tempe bacem, suasana berubah syahdu saat adzan Isya berkumandang.

Puluhan jamaah memadati ruangan Masjid Al-Falah, shaf rapi terbentuk tanpa memandang pangkat. Bupati dan para pejabat shalat berdampingan dengan buruh tani dan anak-anak.

“Ini pertama kalinya saya shalat tarawih satu shaf dengan bupati. Biasanya hanya lihat dari jauh,” kata Endah warga Kutamendala.

Santunan untuk Yatim dan Dhuafa, Air Mata yang Menyuburkan Harapan

Puncak acara adalah pemberian santunan kepada anak-anak yatim dan keluarga dhuafa. Setiap anak menerima paket bantuan dan sembako.

Suasana haru bercampur bahagia saat Bupati mengusap kepala salah satu anak yatim berusia 10 tahun yang ayahnya telah tiada. Tak hanya materi, Bupati juga menyisipkan pesan motivasi untuk tekun belajar dan sentuhan personal yang membuat banyak orang hanyut dalam suasana haru.

Hikmah di Balik Hidangan Sederhana

Dalam sambutannya, Bupati Paramitha menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremonial. “Ramadhan mengajarkan kita untuk merasakan denyut nadi masyarakat. Saat kita duduk sama rendah dengan rakyat, di situlah kita memahami bahwa kebijakan harus lahir dari empati, bukan angka anggaran.” Pesan ini diamini oleh Ustadz Khoeron, tokoh agama setempat: “Acara ini seperti tafsir hidup dari QS Al-Hujurat: 13, keragaman status bukan untuk dipertentangkan, tapi disatukan oleh takwa.”

Ramadhan sebagai Momentum Transformasi Sosial

Safari Ramadhan Bupati Brebes bukan hanya tentang buka bersama atau santunan. Ini adalah gerakan simbolik yang mengajak semua pihak meruntuhkan tembok ego sektoral. Seperti kata pepatah Jawa, “Memayu hayuning bawana” yang berarti memperindah keharmonisan dunia.

Di tengah gempuran individualisme modern, Brebes menunjukan bahwa kepemimpinan sejati dimulai dari keikhlasan mendengar, merangkul, dan berbagi.

Baca Juga: Puasa Ramadhan dan Kesederhanaan

Semoga gelombang kebersamaan ini tak berhenti di malam itu, tetapi terus mengalir menjadi energi perubahan bagi bumi Brebes. []

Mi’raj News Agency (MINA)