Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sahar Nakayama, Hafizah Muda Pertama Asal Jepang

siti aisyah - Rabu, 11 Maret 2020 - 11:27 WIB

Rabu, 11 Maret 2020 - 11:27 WIB

21 Views ㅤ

Sahar Nakayama adalah Hafizah muda pertama asal Jepang. Namanya cukup terkenal di dunia terutama Indonesia setelah stasiun televisi swasta di Indonesia meliput Sahar pada 2015 silam, yang di tahun itu juga, saat usianya baru 13 tahun berhasil menyelesaikan hafalan Qur’an 30 Juz.

Lahir dan tumbuh besar dalam lingkungan keluarga muslim di negara super maju teknologi, Jepang, tak menjadikan Sahar surut untuk memiliki cita-cita menjadi Hafizah dan seorang pendakwah kelak di negeri Sakura itu. Ayah Sahar merupakan seorang muslim asal Pakistan dan ibunya adalah orang asli Jepang yang telah memeluk agama Islam.

Sahar sendiri memiliki keinginan menjadi Hafizah pada usia 5 tahun, saat itu ia termotivasi berkat temannya yang ingin menjadi seorang penghafal Qur’an dan dia juga ingin melakukan hal yang sama.

Sejak itu, akhirnya Sahar belajar huruf Arab dan setahun kemudian ia mulai menghafal Al-Qur’an saat usianya enam tahun. Pada masa duduk di bangku TK itu jugalah Sahar telah menggunakan hijab.

Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan

Pada hari ke-27 Ramadhan tahun 2015, di usianya yang baru 13 tahun, Sahar menjadi Hafizah pertama asal Jepang. Cita-cita yang sejak kecil ia inginkan tercapai di usianya yang masih sangat muda, hal itu tak lepas dari dukungan dan bimbingan guru mengajinya, Niezz Muhammad yang berasal dari Pakistan.

Dalam salah satu video blog (Vlog) yang diunggah di YouTube Nazaya Zulaikha pada 2019, Sahar bercerita bahwa saat itu tahun 2015 hafalannya baru 26 Juz, kemudian sang guru memotivasinya untuk menyelesaikan hafalannya di bulan Ramadhan tahun itu.

“Aku biasa ke masjid untuk belajar dan menghafal Qur’an. Awalnya menghafal setengah halaman sehari dan setelah berhasil menghafal setengah dari Qur’an, lalu aku menghafal satu halaman per hari. Aku membacakan apa yang sudah aku hafal di hadapan guruku,” kata Sahar.

Menurut dia, surat terakhir yang dihafal adalah Al-Baqarah. Saat itu gurunya menginginkan Sahar menjadi Hafizah di Bulan Ramadhan, maka di bulan itu Sahar diminta menghafal dua halaman per hari.

Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat

“Aku menghabiskan waktu tujuh tahun untuk bisa menghafal seluruh Al-Qur’an,” kata Sahar. Ia juga memiliki keinginan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain.

Anak pertama dari empat bersaudara itu, kini telah beranjak dewasa. Remaja 18 tahun asal Tokyo itu saat ini tengah menempuh pendidikan kelas tiga SMA di sekolah umum Jepang. Impiannya untuk mempelajari Islam lebih dalam lagi, masih terpatri dalam benaknya. Ia memiliki impian untuk kuliah di Arab.

“Aku tidak hanya ingin hafal Al-Qur’an, aku juga ingin belajar di Arab, belajar Islam di sana dan kemudian kembali ke Jepang. Lalu mengajarkan Al-Qur’an dan Islam kepada generasi muslim kedua yang lahir dan tumbuh di Jepang seperti aku,” ucapnya.

Menjadi penghafal Al-Qur’an tentu akan memiliki nilai derajat yang tinggi di sisi Allah dan mempunyai keutamaannya tersendiri. Dalam satu hadits riwayat Bukhori disebutkan bahwa “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”.

Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi

Semoga kisah Sahar ini, dapat memotivasi kita semua untuk selalu membaca, mentadaburi, menghafal dan mengajarkan Al-Qur’an kepada generasi selanjutnya. (A/R6/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Profil Hassan Nasrallah, Pemimpin Hezbollah yang Gugur Dibunuh Israel

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Indonesia
Internasional
Asia
MINA Sport
Khadijah
MINA Millenia
Khadijah
MINA Preneur
Palestina