Oleh: Rifa Berliana Arifin, Redaktur MINA
Kita sering mendengar sebuah mitos tentang keberadaan sebuah senjata yang mampu membelah batu dalam sekali libasan. Seorang pengkaji sejarah dan pakar pedang barat Prof Peter Paulfer mengungkap ada satu pedang di dunia yang pernah ia kaji dan terbukti memiliki kemampuan membelah sebuah objek yang sangat keras.
Ternyata pedang itu adalah milik seorang Salahuddin Ayyubi, sebuah warisan yang agung dan fenomenal dimiliki pleh Umat Islam.
Pedang milik Shalahuddin adalah pedang paling tajam yang pernah tercatat dalam sejarah. Robert Curl pakar kimia dunia mengakui dan menyetujui hal tersebut. Ketajamannya mampu menembus armor, membelah perisai, pedang, dan batu tanpa menumpulkan pedangnya itu sendiri. Saking tajamnya, ia bisa memotong kain sutra di atas udara.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Pedang Salahuddin itu memiliki bentuk lengkungan yang khas. Pedangnya memiliki pola yang seperti air mengalir, ajaibnya pola itu bukan hasil ukiran akan tetapi secara langsung dan alami diproduksi dalam proses pembuatannya.
Pedang tersebut dibuat dengan menggunakan teknik tempa besi “Damacusss”, yaitu dengan memasukkan carbon nanotubes (CNT) pada pedang agar pedang lebih tajam dan ringan.
Rahasia dalam teknik pembuatan pedang ini sangat dikagumi oleh para sarjana Barat serta peneliti metalurgi dan material. Di zaman modern ini para ahli metalurgi belum mampu sukses menghasilkan pedang yang dilengkapi dengan nanoteknologi yang dibuat selama masa peradaban Islam masa lalu antara abad ke-11 dan ke-12.
Apa itu carbon nanotubes (CNT) ?
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Ditemukannya unsur CNT pada pedang Salahudin membuktikan kualitas teknik tempa besi dan kemajuan teknologi Islam dalam 2000 tahun lampu. CNT merupakan rantai atom karbon yang saling berhubungan, membentuk slinder heksagonal dengan diameter sekecil 1-2 nanometer. CNT memiliki kekuatan 10 kali lebih besar dari besi biasa juga dapat menahan suhu tinggi dan lebih ringan dibawa.
Pedang dengan ciri khas itu telah menjadi saksi kepemimpinan Salahuddin Ayyubi ketika memimpin tentara Muslim di Perang Salib padaa abad ke-12. Tak hanya itu, perisai dan armor Salahuddin Ayyubi juga dibuat khusus menggunakan teknik yang sama seperti pembuatan pedangnya.
Teknik pembuatan pedang Salahuddin Ayyubi menjadi sebuah kerahasiaan sejak zaman dahulu. Ilmu pembuatannya hanya diturunkan dan dikuasai oleh sejumlah kecil keluarga penempa besi di Damaskus.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Dengan berbagai penemuan baru dalam pembuatan besi, akhirnya teknik pembuatan besi ini terus dilupakan sejak abad ke-18. Pembuatannya juga dikatakan terhenti akibat menipisnya sumber besi dari unsur khusus didatangkan dari India. Yang tersisa hanyalah pedang dan senjata perang lainnya yang tersebar di museum-museum di seluruh dunia.
Sampai saat ini, para ilmuwan dan ahli pembuat senjata masih belum mampu menghasilkan pedang yang kualitasnya yang sebanding dengan pedang Salahuddin Ayyubi. (A/RA-1/RS2)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh