Sunhaji, seorang pedagang es teh di Magelang, Jawa Tengah mendadak viral setelah sebuah video tersebar di media sosial. Video tersebut menunjukkan dirinya diomeli dengan kata-kata kasar oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah.
Video tersebut dengan cepat menyebar, di-remix dan diparodikan sedemikian rupa oleh netizen di Indonesia hingga mencapai 2 juta lebih cuitan dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, sebuah unggahan di media sosial menampilkan pesan dari pendukung Manchester United Indonesia. “Menjunjung es teh maupun menjunjung trofi, keduanya sama-sama mulia,” ungkap Manchester United Indonesia di platform X, seolah memberi sindiran terkait kejadian tersebut.
Pada platform X, kata-kata seperti “es teh”, “Prabowo”, “copot”, dan “Gus Miftah” sempat menjadi trending topics setelah video itu viral dan mendapat reaksi negatif dari netizen. Kata-kata tersebut bisa dirangkai menjadi sebuah kalimat yang menyiratkan pesan tertentu.
Dari Malaysia, Perdana Menteri Anwar Ibrahim juga ikut menyinggung soal es teh yang sedang ramai dibicarakan di Indonesia. Narasi Es Teh terus menggelinding, sulit dikendalikan dan telah menyasar banyak pihak yang empati dan peduli.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Menyusul kehebohan tersebut, Gus Miftah kemudian menemui Sunhaji untuk meminta maaf setelah mendapatkan teguran dari presiden. Kasus perundungan ini bukan hanya mengungkapkan sikap sosial seorang pejabat, tetapi juga mengingatkan kita akan es teh—minuman sederhana yang mampu menghidupi banyak orang, seperti Sunhaji.
Sebelum menjadi perbincangan hangat di media sosial, es teh sudah lama menjadi minuman favorit di Indonesia, terutama di tengah cuaca panas akibat krisis iklim yang disebabkan oleh pemanasan global. Es Teh menjadi minumam murah meriah pelepas dahaga dan bisa dinikmati semua lapisan masyarakat tanpa kasta.
Di Indonesia, minuman teh mudah ditemukan dan banyak dijual, bahkan di pinggir jalan. Meski terlihat sederhana, es teh manis memiliki sejarah yang panjang dan telah dikenal sejak abad ke-19.
Berbagai ulasan artikel mencatat bahwa es teh telah dinikmati oleh masyarakat Amerika sejak zaman kolonial. Namun, pada masa itu, teh yang dikonsumsi biasanya merupakan campuran teh dan alkohol. Teh non-alkohol baru muncul pada 1876 dalam buku resep Buckeye karya Estelle Woods Wilcox.
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
Awalnya, teh yang disajikan adalah teh panas. Namun, sejarah penyajian teh dingin (dengan es batu) memiliki beberapa versi. Es teh pertama kali dipopulerkan di Amerika Utara pada abad ke-19 oleh Richard Blechynden, seorang komisaris teh asal India. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa ketika Blechynden melakukan promosi teh di Paviliun India, cuaca sangat panas, dan dia memutuskan untuk menuangkan tehnya ke dalam es batu, sehingga terciptalah es teh pertama.
Sejarawan Pamela J. Vaccaro, sebelum Blechynden, menulis bahwa seorang pria bernama N.B. Reed sudah menjual es teh sejak 1893. Reed membuat es teh dengan mencampurkan potongan es dari kolam dan danau selama musim dingin. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, dengan hadirnya kulkas di rumah-rumah, orang-orang mulai menggunakan es dari freezer menggantikan bongkahan salju. Pada abad ke-19, teh yang dikonsumsi di Amerika biasanya adalah teh hitam dan teh hijau tanpa pemanis.
Pada abad ke-20, es teh manis mulai populer di Amerika Selatan. Diduga, hal ini terjadi karena cuaca panas di wilayah tersebut, yang tidak memiliki banyak salju, sehingga es dikirim dari Amerika Utara. Pengiriman es ini dimulai sekitar pergantian abad ke-19, saat Amerika mendominasi perdagangan es global.
Gus Miftah dan Sunhaji sang penjual es teh menjadi narasi penutup tahun di awal Desember 2024. Netizen sepertinya belum puas, jika desakan mundur untuk Gus Miftah mundur sebagai Utusan Khusus Presiden Prabowo belum tercapai, ada sekitar 7 petisi berisi puluhan ribu tandatangan warga terkait desakan munduru tersebut.
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Hingga Jumat perbincangan dan ulasan media masih menjadi tranding topik yang terus dinarasikan. Gus Miftah dan Sunhaji telah membuka jalan bagi solidaritas warga di negeri ini, bahwa perangai pejabat publik akan selalu terpantau warga.
Terdapat hikmah dalam peristiwa perundungan kepada penjual Es Teh bahwa untuk menaikkan derajat seseorang, banyak cara yang Allah Ta’ala berikan. Sunhaji salah satunya, hinaan atas dirinya telah membuka jalan rezeki yang tidak disangka dan bahkan bisa jadi tidak pernah terpikirkan oleh Sunhaji selama ini.
Pun demikian, Gus Miftah perlu belajar dari kasus ini, sehebat apapun jam terbangnya di jalan dakwah, toh ia bisa terpeleset lidah yang menjadikannya dirundung seluruh anak negeri.
Simpati, empati, dan solidaritas bagi Sunhaji enjadi petanda bangkitnya kesadaran warga +62 atas kesewenangan perilaku elite siapa pun ia. Anda, kita, dan siapa saja perlu mawas diri dan berhati-hati menjaga lisan agar tak terjerembab ke dalam kehinaan. Salam Es Teh! []
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)