SANDERA ABU SAYYAF DI FILIPINA MINTA DIBEBASKAN

Foto kedua warga Jerman yang disandera oleh militan Abu Sayyaf, Filipina (Foto: Mindanao Examiner)
Foto kedua warga Jerman yang disandera oleh militan , (Foto: Mindanao Examiner)

Manila, 6 Dzulhijjah 1435/30 September 2014 (MINA) – Melalui panggilan telepon pagi ke stasiun radio Filipina, Senin (29/9), dua warga Jerman yang disandera oleh kelompok gerilyawan Abu Sayyaf di pulau selatan Sulu, meminta pemerintahnya untuk menyelamatkan nyawa mereka.

“Saya sangat menderita karena disandera dan sekarang saya harus berbaring di tanah, tidur di tanah. Kondisi medis saya memburuk dan saya sangat takut kepada diri saya sendiri,” kata Stefan Viktor Okonek yang berusia 71 tahun.

Pasangan ini menghilang di perairan Pulau Palawan pada 25 April lalu saat berlayar ke Malaysia untuk liburan, dilaporkan hilang setelah nelayan Filipina melihat perahu mereka kosong.

Awal bulan ini, kelompok  gerilyawan Abu Sayyaf mengancam akan memenggal kepala salah satu dari sandera pada 10 Oktober, kecuali dibayar tebusan P250 juta ($ 5,62 juta) dan pemerintah Jerman berhenti mendukung kampanye pimpinan Amerika Serikat terhadap Negara Islam di Irak dan Levant (ISIS).

Herike Diesen (55) mengatakan kepada Radio Mindanao Network, dia hanya ingin bertemu keluarganya lagi.

“Situasi sangat menegangkan dan kami tidak yakin berapa lama kami tahan menderita,” kata Diesen. “Hidup di hutan juga sangat berbahaya, karena kami dapat tertular penyakit tropis – malaria atau lainnya – jadi kami sangat ingin keluar dari sini secepat mungkin.”

Okonek mengaku sebagai seorang dokter yang datang ke Filipina untuk liburan, tapi sayangnya itu tidak terjadi.

Juru bicara kelompok Abu Sayyaf yang mengaku bernama Abu Rame mengatakan, pasangan itu ditahan di Sulu, sebuah provinsi pulau di Wilayah Otonomi Muslim Mindanao.

Abu Rame mengultimatum pemerintah Jerman karena Abu Sayyaf juga terlibat dalam kegiatan serupa dengan ISIS untuk membela tanah air.

Pria itu kemudian membiarkan Okonek dan Diesen menyampaikan pesan kepada keluarganya serta pemerintah Jerman dan Filipina, tetapi melarang keduanya diwawancarai.

Pekan lalu, pesan akun Twitter yang dikaitkan dengan kelompok itu menyebutkan, “Abu Sayyaf mengatakan #Pemerintah Manila harus membayar 250 juta peso, #Pemerintah Jerman harus berhenti mendukung AS dalam perang melawan ISIS#”.

Sebuah foto yang menyertai pesan tersebut menunjukkan orang bersenjata bertopeng, salah satu dari mereka mengancam menyerang pasangan Jerman dengan bolo, sebuah pisau mirip parang.

Salah satu foto menunjukkan Okonek dan Diesen di belakang bendera Jerman, dikelilingi oleh 10 orang bersenjata di hutan. Bendera hitam bertuliskan Arab terlihat sebagai latar belakang. (T/P001/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0