PESANTREN bukan hanya menjadi pusat pendidikan agama Islam bagi generasi masa depan. Namun, seiring perkembangan zaman, banyak lembaga pesantren mulai mencetak generasi santri yang juga terampil dalam dunia usaha. Konsep ini dikenal dengan sebutan Santripreneur, perpaduan antara santri dan entrepreneur (wirausaha). Jadi, santripreneur membangun ekonomi lewat produk UKMK.
Salah satu pendekatan yang kini gencar diterapkan adalah latihan produksi Usaha Kecil, Mikro, dan Koperasi (UKMK) yang dilakukan langsung di lingkungan pesantren.
Program ini bertujuan membekali santri dengan keterampilan wirausaha berbasis praktik, sekaligus menanamkan nilai-nilai ekonomi Islam sejak dini.
Tentu saja pelatihan yang diberikan untuk santri sangat beragam. Mulai dari pelatihan produksi makanan olahan seperti kripik, roti, dan minuman herbal, hingga pembuatan sabun natural, kerajinan tangan, bahkan pengelolaan toko online. Seluruh proses dilakukan oleh para santri, dari tahap produksi hingga pemasaran.
Baca Juga: Bukan Sekadar Perjalanan, Umroh Menjadi Jalan Pembersihan Jiwa dan Ketaqwaan Sosial
Bisa juga misalnya dalam kaitannya dengan Solidaritas Palestina, santri-santri diajarkan cara membuat aksessories, cendera mata, kerajinan tangan yang berakitan dengan Palestina. Mulai dari pin, gelang, hiasan dinding, cetak kaos, dll. Sebagian hasil keuntungannya bisa untuk didonasikan untuk perjuangan Palestina.
Produk-produk karya santri bisa dipasarkan ke masyarakat sekitar, koperasi pesantren, hingga marketplace digital. Tak sedikit yang berhasil menciptakan merek sendiri dan meraih keuntungan.
Tentu Program santripreneur membangun ekonomi lewat produk UKMK ini tidak hanya fokus pada keuntungan finansial. Lebih dari itu, latihan UKMK menjadi sarana pendidikan karakter, khususnya dalam hal kemandirian, kerja sama tim, dan tanggung jawab.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, potensi wirausaha dari kalangan pesantren sangat besar. Dengan jumlah pesantren mencapai lebih dari 30 ribu pesantren di seluruh Indonesia, pemberdayaan ekonomi berbasis santri bisa menjadi motor penggerak ekonomi umat.
Baca Juga: Menumbuhkan Jiwa Santripreneur di Pesantren
Berbagai pihak pun mulai melirik potensi santripreneur ini. Pemerintah melalui Kemenkop UKM dan Kementerian Agama menggulirkan program pelatihan, bantuan alat produksi, serta akses permodalan syariah untuk unit usaha pesantren.
Sementara itu, beberapa lembaga keuangan syariah dan startup teknologi juga mulai menjalin kemitraan untuk memperkuat ekosistem bisnis pesantren.
Gerakan santripreneur ini tenu saja bukan sekadar tren, tapi langkah nyata membangun ekonomi berbasis nilai Islam. Santri masa kini tidak hanya menguasai hafalan Al-Quran, kitab kuning, dan ilmu-ilmu lainnya, tetapi juga mampu merintis usaha, menciptakan lapangan kerja, dan berkontribusi pada kemajuan ekonomi bangsa.
Ini terutama dikerjakan oleh santri-santri yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sehingga diharapkan dapat mendongrak pula perekonomian keluarganya. Dan bisa dilanjutkan selepas lulus pesantren, menjadi profesi yang digelutinya.
Baca Juga: Pentingnya Husnuzan: Melatih Pikiran Positif ala Nabi Muhammad SAW
Dengan dukungan yang tepat, melalui program santripreneur membangun ekonomi lewat produk UKMK, santri-santri bisa menjadi pelaku usaha yang berdaya saing tinggi, tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai penjaga moral dan nilai keislaman. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Umat Islam Harus Kaya, Bukan Miskin