Jeddah, MINA – Arab Saudi dan Amerika Serikat mendesak pihak-pihak yang bertikai di Sudan untuk menyetujui dan secara efektif menerapkan gencatan senjata baru di tengah konflik di negara Afrika timur laut itu.
Selama beberapa pekan, Saudi dan AS telah berusaha menengahi pihak-pihak yang bertikai di Sudan.
Pada 21 Mei, kedua negara berhasil menengahi perjanjian gencatan senjata sementara untuk membantu pengiriman bantuan kemanusiaan. Peninsula Qatar melaporkan, ahad (4/6).
Namun upaya mereka mendapat hambatan ketika militer mengumumkan pada Rabu (31/5), mereka tidak akan lagi berpartisipasi dalam pembicaraan gencatan senjata yang diadakan di kota pesisir Jeddah, Saudi.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Menyusul keputusan militer, AS dan Arab Saudi mengatakan mereka menangguhkan pembicaraan “sebagai akibat dari pelanggaran serius berulang kali terhadap gencatan senjata jangka pendek.”
Pemerintahan Presiden Joe Biden memberlakukan sanksi terhadap perusahaan pertahanan utama Sudan yang dijalankan oleh militer dan RSF serta orang-orang yang “melanggengkan kekerasan” di Sudan.
Dalam pernyataannya, Washington dan Riyad mengatakan mereka terus melibatkan perwakilan militer dan RSF yang tetap berada di Jeddah.
Mereka mendesak pihak yang bertikai di Sudan untuk menyetujui dan menerapkan gencatan senjata baru menyusul gencatan senjata terbaru yang berakhir Sabtu malam. Tujuannya adalah untuk akhirnya menghentikan permusuhan secara permanen di negara yang dilanda perang itu, kata mereka.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa diskusi tersebut berfokus pada “memfasilitasi bantuan kemanusiaan” dan mencapai kesepakatan tentang “langkah-langkah jangka pendek yang harus diambil oleh para pihak” sebelum melanjutkan pembicaraan.
Pertempuran telah mengubah ibu kota, Khartoum, dan daerah perkotaan lainnya menjadi medan perang, mengakibatkan penjarahan dan penghancuran yang meluas di daerah pemukiman di seluruh negeri.
Konflik juga telah membuat lebih dari 1,65 juta orang mengungsi ke daerah yang lebih aman di Sudan dan negara-negara tetangga.
Kantor dan gudang kelompok bantuan, fasilitas perawatan kesehatan dan infrastruktur sipil lainnya telah diserang dan dijarah, termasuk gudang Program Pangan Dunia baru-baru ini di kota Obeid di Kordofan Utara pada 1 Januari.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Ada laporan kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan perempuan dan anak perempuan di Khartoum dan wilayah Darfur barat, yang telah menyaksikan beberapa pertempuran terburuk dalam konflik tersebut. Hampir semua kasus serangan seksual yang dilaporkan disalahkan pada RSF, yang tidak menanggapi permintaan komentar berulang kali.
Penduduk melaporkan pertempuran sengit selama dua hari terakhir di Khartoum dan kota tetangga Omdurman dan Bahri.
Pertempuran juga dilaporkan terjadi di bagian utara wilayah Darfur, yang telah menyaksikan beberapa pertempuran terburuk sejak pertempuran dimulai pada 15 April. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu