Tangerang, MINA – Ada enam isu aktual yang harus diselesaikan umat Islam saat ini. Demikian Presiden RI ke-enam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjadi Keynote Speaker pada Rapat Kerja dan Sarasehan Internasional Kyai dan Pimpinan Pesantren Alumni Gontor dan Alumni Daar El Qolam di Tangerang, Banten, Sabtu, (20/1).
“Setidaknya ada enam isu aktual yang harus diselesaikan umat Islam, dan kita berharap Indonesia dengan 85 % muslimnya dapat selesaikan ini,” katanya.
Pertama, Urusan Palestina dan Yerusalem. “Tegas sikap kita (Indonesia), pernyataan Trump itu ilegal. Pada 1948 PBB tetapkan Israel dan Palestina sama-sama negara merdeka, khusus Yerusalem masih dalam pengawasan dunia, tiba-tiba ditetapkan sebagai ibukota Israel,” katanya.
Lebih lanjut, SBY mengatakan Indonesia sudah berperan dengan menolak pernyataan Trump, namun itu tidak cukup.
“Negara harus melakukan upaya internasional, menggalang umat Islam sedunia, negara lain, PBB jangan sampai secara sepihak membenarkan Israel jadikan Yerusalem sebagai ibukota,” ktanya.
Sebab menurutnya selama ini Indonesia selalu terdepan membantu Palestina dan berharap ini terus berlanjut.
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
Kedua, Islamophobia. Umat Islam harus aktif patahkan isu ini. “Hentikan, lawan, kita harus aktif berikan contoh sesuai Al-Quran dan Sunnah. Kalau dijalankan maka islamophobia akan berkurang. Tapi jangan sampai di Indonesia yang mayoritas ada islamophobia,” katanya.
Ketiga, isu tentang radikalisme yang selalu digunakan untuk menyerang Islam.
“Radikalisme ada di agama dan etnis, manapun. Tidak benar radikalisme menjadi-jadi disematkan kepada Islam, itu dilebih=lebihkan,” ujarnya.
Isu ke-empat yakni isu Hubungan Islam dan Barat.
“Islam sedunia merasa tidak mendapatkan keadilan, selalu disalahkan. Barat sendiri takut pada Islam, jadi berhadap-hadapan. Ini karena salah pengertian, persepsi ini harus diperbaiki,” katanya.
Kasus Charlie Hebdo pada akhir 2014. Barat menganggap itu sebagai kebebasan berekspresi.
“Kalau begitu caranya tidak akan damai Islam dan Barat. Tolong pemimpin negara barat fahami ini, bagi anda ini kebebasan, tapi bagi kami itu melecehkan,” tegasnya.
Sementara kelima adalah dua isu lain ini khusus bagi umat Islam Indonesia, yakni Isu toleransi dan kebhinekaan.
“Jangan terlalu cepat menuduh yang ini tidak toleran, anti Kebhinnekaan, ayo duduk bersama, kita menyatukan, jangan dipisahkan. Lebih baik dibimbing diingatkan,” katanya.
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Sementara isu ke-enam yakni hubungan negara dengan pemimpin umat.
“Ulama, Kyai akhir-akhir ini mudah sekali dikriminalkan, dinilai hate speach. Kalau terus terjadi tidak baik. Tidak boleh terjadi di Indonesia. Sebaiknya pemerintah dengan ulama saling menjaga hubungan baik, saling mengingatkan,” katanya.
Pada penutup pembicaraannya, SBY berharap ponpes terus berkontribusi untuk negara.
Jadilah ponpes yang menaburkan nilai unggul maju berdaya saing.
“Kyai agar mendidik putra putri kita menjadi putra bangsa berakhlak tangguh berdaya saing sehingga jadi tokoh di bangsa ini. Dan terus berkontribusi untuk merekatkan ukhuwah Islamiyah,” katanya.
Dalam kesempatan ini SBY juga memaparkan tentang dirinya sendiri yang merupakan keluarga besar Ponpes Gontor.
“Salah satu dari istri pendiri Gontor adalah adik dari eyang saya. Dan Ayah saya sempat nyantri di Gontor sebelum akhirnya keluar karena ikut berjuang dengan bergabung ke TNI. Saya bersyukur bangga menjadi keluarga besar pendiri, alumni, serta pengasuh pondok pesantren Gontor,” katanya.
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue
Rapat dan Sarasehan Kyai Internasional ini merupakan rangkaian dari Milad ke 50 Ponpes Daar El Qolam.
Lebih dari 400 ponpes anak dan cucu dari ponpes modern Gontor, dengan sekitar 1200 kyai dari seluruh Indonesia juga beberapa negara lain hadir pada kegiatan ini. (L/B01/P1).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Kamis Ini