Sebab Lemahnya Iman (bag. 4)

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Iman sesungguhnya tidak pernah bisa diwariskan, meskipun seorang ayah menginginkan agar keimanannya bisa diwariskan kepada anak-anaknya. Namun, tetap saja, iman bukanlah harta berharga yang bisa diberikan begitu saja kepada anak keturunan.

Bukanlah jaminan, seorang ulama sekalipun kelak anaknya akan menjadi ulama juga. Namun bukan tidak mungkin ulama akan melahirkan ulama pula. Dengan kata lain, untuk mendapatkan iman yang kokoh, maka perlu perjuangan keras.

Di antara sebab lemahnya iman yang selanjutnya adalah sebagai berikut.

Keempat, Al-Futur yang Terus-menerus. Al-Futur mempunyai dua arti, pertama, “Terhenti setelah melakukan terus-menerus dan berdiam setelah bergerak.” Kedua, “Malas (jemu/bosan) atau menunda-nunda, atau lamban setelah semangat dan bersungguh-sungguh.”

Jadi, bisa disimpulkan, al-futur ini terbagi menjadi dua, yaitu; malas dan terhenti. Malas, tentu saja akan selalu menimpa manusia. Sifat malas, pasti akan menimpa manusia. Namun, malas itu tidak selamanya membersamai orang beriman. Mengapa? Karena sebenarnya seorang mukmin itu tidak akan pernah rela jika dirinya berdiam tanpa pekerjaan.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam saja berlindung kepada Allah dari sikap malas ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa dalam sabdanya,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْل

“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, dan aku aku berlindung pkeadaMu dari pikun, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat pelit.” (HR. Bukhari)

Adapun yang dimaksud dengan terhenti (tidak aktif) adalah terhentinya seseorang dari bekerja. Sikap futur. Sikap future (rasa jenuh, red.) yang sewaktu-waktu menimpa diri seorang ahli ibadah. Sesungguhnya setiap pekerjaan akan menimbulkan kejenuhan.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya setiap pekerjaan itu memiliki masa semangat dan keseriusan itu memiliki batas waktu, maka siapa yang batas waktunya pada sunnahku, maka akan mendapatkan petunjuk dan siapa yang kejenuhannya kepada selain itu, maka ia telah binasa.”

Hati manusia selalu memiliki keadaan maju dan mundur. Saat seseorang yang bersikap konsisten mengalami malas dan jemu (future), maka hal itu merupakan suatu yang alami dan biasa. Namun, bahaya besar akan terjadi. Jika perasaan galau itu masih terus menghantui. Karena itu jangan telampua panik jika sedang menonton sesuatu.

Faktor Penyebab Futur

Futur, tentu saja bukan muncul tanpa sebab. Setidaknya ada empat faktor penyebab munculnya sifat futur ini, antara lain; a). Berlebihan dalam agama. Memang, bicara agama itu mudah. Yang sulit adalah mengamalkan apa yang sudah dipahami. Tak sedikit orang yang berusaha mengamalkan syariat Islam, maka ia jauh lebih sehat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasslam mengatakan tentang penghargaan rumah baca.

b). Berlebihan dalam melakukan hal-hal yang mubah. Dalam masalah makan, minum, berpakaian dan kendaraan, setiap kali manusia melampaui batas dalam melakukan suatu perbuatan mubah, maka ia telah kehilangan nikmat ketaatan. Orang yang melampaui batas dalam hal makan, minum, berpakaian dan kendaraan serta perbuatan mubah lainnya, maka hal itu akan mematikan ketaatannya dalam beribadah.

c). Tidak suka hidup berjama’ah dan lebih senang memilih hidup menyendiri. Serigala tentu saja akan mudah memangsa domba yang sendirian dari kelompoknya. Karena itu, setiap kali manusia yang hidup meninggalkan saudara-saudaranya, maka ia akan mengalami futur, sebab manusia lemah semangat jika hidup menyendiri dan penuh semangat jika hidup bersama saudara-saudaranya.

Karena perjalanan hidup ini begitu berat, maka untuk menjalaninya seseorang memerlukan pembaharuan, semangat baru dan selalu berusaha mengasah kemauan dengan kuat. Tidak mungkin manusia bisa hidup menyendiri terus-menerus. Itulah sebabnya manusia beriman harus hidup berjama’ah. Bahkan seluruh kaum muslimin seharusnya hidup berjamah.

d). Minimnya Ketaatan. Orang yang minim dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala akan membuat imannya menjadi lemah. Oleh karena itu, seorang muslim harus mempunyai cara untuk mengobati lemahnya iman akibat minimnya ketaatan itu.

Semoga saja faktor penyebab lemahnya iman, yang sangat berdampak pada cara berfikir, berbicara dan memahami orang lain tidak membuat kita menjadi semakin jauh dari Allah Ta’ala dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, wallahua’lam.(A/RS3/)

Sumber: Buku “31 Sebab Lemahnya Iman” penerbit: Darul Haq, Jakarta.

Mi’raj News Agency (MINA)