Al-Quds (Yerusalem), MINA – Laporan Pusat Informasi Wadi Hilweh Palestina (Silwan) mengungkapkan, sekitar 1.944 pemukim ekstrimis Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsa di Yerusalem selama bulan Februari 2019.
Dalam laporan bulanannya, Silwan menunjukkan bahwa para penyerang Israel merupakan 520 siswa dari lembaga agama Yahudi dan universitas-universitas Ibrani, serta Menteri Pertanian Israel Uri Ariel, dan seorang rabi Israel yang ekstremis, Yehuda Glick, demikian MEMO melaporkan, Rabu (6/3).
Silwan mencatat, pasukan pendudukan Israel meningkatkan pelanggaran di dalam kompleks Al-Aqsa dalam upaya untuk memadamkan demonstrasi yang menentang penutupan gerbang Al-Rahmah, yang telah ditutup oleh otoritas Israel selama 16 tahun.
“Pasukan pendudukan Israel telah menangkap lebih dari 220 warga Palestina, 43 anak di bawah umur dan 12 anak-anak, 170 di antaranya ditahan selama periode antara 18 hingga 28 Februari setelah aksi pembukaan gerbang Al-Rahma,” kata pusat informasi itu dalam laporannya.
Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti
Penangkapan itu mencakup Kepala Dewan Wakaf Islam Syaikh Abdul-Azim Salhab, Wakil Direktur Wakaf Islam dan Urusan Al-Aqsa Syaikh Najeh Bkerat, dan Gubernur Yerusalem dari Otoritas Palestina (PA) Adnan Ghaith.
Laporan itu juga mengatakan, otoritas Israel telah mengeluarkan resolusi pengusiran dari Al-Aqsa dan Kota Tua Yerusalem terhadap 133 warga Palestina, termasuk mengusir dan melarang pegawai terkemuka, karyawan di Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, 17 anak di bawah umur, dan 15 warga Palestina.
Selain itu, Otoritas pendudukan Israel telah menghancurkan 15 fasilitas yang ada Yerusalem pada Februari, termasuk tujuh bangunan yang dihancurkan oleh pemilik Palestina, yang mereka dipaksa untuk melakukannya oleh pemerintah kota Israel karena diduga tidak mendapatkan izin bangunan.
Laporan itu mencatat bahwa polisi Israel memaksa keluarga terkemuka Yerusalem, yang dijuluki “Abu Assab,” untuk meninggalkan rumah mereka di kota suci, tempat mereka tinggal sejak 1952. Hal itu dilakukan oleh pendudukan Israel demi para pemukim ilegal. (T/Ais/R01)
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Mi’raj News Agency (MINA)