Manila, 3 Rajab 1437/10 April 2016 (MINA) – Setidaknya 18 tentara tewas dan lebih dari 50 lainnya luka-luka pada Sabtu (9/4) dalam pertempuran sengit dengan kelompok bersenjata Abu Sayyaf di pulau Basilan, Filipina Selatan.
Ini adalah jumlah korban terbesar dalam satu hari bagi pasukan pemerintah di tahun ini. Militer telah lama berjuang memerangi gerilyawan bersenjata di selatan negeri itu, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sementara dilaporkan bahwa lima anggota Abu Sayyaf tewas dalam pertempuran sembilan jam itu.
Tiga pejabat militer mengatakan, pertempuran sepanjang hari terjadi dengan sengit. Sumber ini mengisyaratkan anonim kepada kantor berita AP, karena mereka tidak diizinkan untuk membahas rincian kepada publik.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Sementara itu, laporan media lokal menyebutkan, sekitar 100 anggota Abu Sayyaf bentrok dengan tentara dan empat tentara telah dipenggal.
Tahun lalu, lebih dari 30 pasukan komando polisi tewas oleh serangan kelompok bersenjata terhadap pemerintah di daratan Mindanao.
Beberapa kelompok gerilyawan di wilayah itu dilaporkan telah bersekutu dan menjadi pengikut kelompok Islamic State (ISIS/Daesh), termasuk kelompok Abu Sayyaf yang menyatakan janji setianya pada 2014.
Sementara itu, informasi dari badan intelijen Indonesia menyebutkan bahwa 10 warga Indonesia yang disandera berada di pulau Sulu, bukan di Basilan.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Pemerintah Indonesia tetap mengedepankan upaya diplomasi untuk membebaskan warganya dari Abu Sayyaf yang menuntut tebusan sebesar Rp14,5 miliar.
Amerika Serikat dan Filipina secara terpisah telah mengecap kelompok Abu Sayyaf sebagai organisasi “teroris”.
Kelompok Abu Sayaf dikenal suka melakukan pengeboman mematikan, pemerasan, penculikan untuk tebusan, dan pemenggalan terhadap penduduk setempat dan orang asing, termasuk misionaris Kristen di selatan.
Pada 2013, Abu Sayyaf pernah diperangi oleh kelompok bersenjata utama Muslim, Front Pembebasan Nasional Moro (MNFL) karena dianggap melanggar HAM dan ajaran Islam.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Meski jumlah kelompok Abu Sayyaf semakin sedikit, tetapi kelompok itu tetap menjadi ancaman utama bagi pemerintah Filipina. (T/P001/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon