Rakhine, 24 Jumadil Awwal 1436/15 Maret 2015 (MINA) – Sebanyak 21 orang warga Rohingya tewas, 26 orang lainnya belum ditemukan, dalam kecelakaan feri yang terbalik di lepas pantai Myanmar bagian barat.
Polisi setempat mengatakan 21 orang tewas dan 26 lainnya dilaporkan hilang, lainnya selamat, setelah tenggelamnya feri yang membawa lebih dari 200 orang itu.
“Kami sudah menemukan 21 mayat, dua laki-laki dan 19 perempuan. Sekitar 26 penumpang masih hilang,” kata polisi yang tak dapat disebut namanya, RNA Press yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Polisi tersebut menjelaskan feri “Aung Takon” melakukan perjalanan pada Jumat setelah meninggalkan kota Kyaukphyu dalam perjalanan ke Sittwe di negara bagian Rakhine Barat.
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan
Sementara itu, dia menambahkan sejauh ini pihaknya telah menyelamatkan 167 penumpang.
Tiga kapal angkatan laut dan sejumlah kapal swasta dikirim menelusuri daerah sekitar kapal tenggelam.
“Kami menduga, kapal tenggelam karena kelebihan beban dengan barang bawaan,” kata petugas polisi.
Banyak warga Myanmar yang tinggal di sepanjang garis pantai yang rawan banjir dengan mengandalkan feri sebagai alat transportasi mereka.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Sebelumnya, sepuluh orang tewas dalam kasus yang sama pada 2010 di kawasan Irraweddy, sementara 38 tewas pada 2008 di Yway.
Dalam beberapa tahun terakhir negara bagian Rakhine telah menjadi titik keberangkatan untuk ribuan Muslim Rohingya yang putus asa dengan menggunakan perahu kecil dan penuh sesak untuk menghindari penganiayaan, dan negara tujuan mereka adalah Thailand dan Malaysia.
Kekerasan komunal antara umat Buddha dan Muslim Rohingya menelan 200 orang tewas pada 2012.
Sementara itu 140.000 orang, terutama Muslim Rohingya, terjebak di kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak di sekitar Sittwe setelah kehilangan rumah mereka dalam kerusuhan.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Muslim rohingya yang tidak diakui oleh pemerintah dan disebut sebagai “Bengali”, mereka sebagian besar dipandang sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.
Arakan Project, sebuah kelompok hak asasi pemantau keberangkatan mereka, diperkirakan pada Oktober lalu sekitar 100.000 Rohingya diperkirakan telah melarikan diri dengan perahu sejak 2012.
Banyak dari kapal-kapal yang hampir tidak layak pakai menyebrangi laut dan beberapa diketahui tidak pernah sampai di tempat tujuan.(T/P004/P2)
– See more at: http://rna-press.com/en/news/28540.html#sthash.76XuxKU8.dpuf
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam