oleh: Bahron Ansori*
Pagi itu, matahari mulai beranjak dari peraduannya. Burung-burung pun bersautan. Tak ketinggalan para petani terlihat mulai menjalankan tugasnya masing-masing, pergi ke sawah. Sementara di sudut kampung, nampak beberapa anak perempuan dengan jilbabnya yang rapi baru saja keluar dari sebuah masjid. Karena penasaran, penulis pun mendatangi masjid tersebut.
Ternyata, di masjid Nurul Bayan (nama masjid tersebut) adalah tempat sekitar 30an anak perempuan belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an. Setelah bertanya dengan orang-orang disekitar masjid itulah MINA baru mengetahui bahwa di daerah itu telah berdiri pondok pesantren khusus penghafal Al-Qur’an putri, namanya PONDOK PESANTREN TAHFIDZ “NURULBAYAN” beralamat di Kp. Cinta Bakti, Ds. Mekarwangi, Kec. Lemah Sugih, Kab. Majalengka, Jawa Barat.
Hifzhul (menghafal) Qur’an merupakan kebutuhan umat Islam sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa huffazh (para penghafal) Al-Qur’an akan sepi dari suasana Qur’ani. Bahkan, umat Islam tidak akan meraih kembali izzahnya kecuali dengan kembali kepada Al-Qur’an secara utuh. Moral bangsa Indonesia yang notabene negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia cukup memprihatinkan, salah satu sebabnya adalah karena jauh dari pedoman hidup yaitu Al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasalam, yang artinya, “Sesunggunhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan menghinakan sebagian yang lainya.” (HR Imam Muslim).
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Menghafal adalah landasan awal ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menerima Al-Qur’an dari malaikat Jibril ‘alaihissalam. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Bahkan Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang menjelaskan (terdapat) di dalam dada-dada orang-orang yang diberikan ilmu..” (Qs. Al- Ankabut : 49).
Al-Qur’an adalah sumber dan muara semua sistem dan undang-undang umat ini. Karena Al Qur’an adalah undang-undang umat Islam, maka wajib bagi setiap muslim untuk berhukum dengannya dan menjadikannya sebagai sumber hukum bagi orang lain. Al-Qur’an merupakan referensi bagi semua persoalan dan tasyri’ (perundang-undangan). Tidak ada persoalan yang kecil ataupun besar sekalipun melainkan dijelaskan secara konprehensif di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam ayat-Nya; “Tidaklah Kami berlebih-lebihan (dalam menjelaskan) di dalam kitab ini sedikitpun..” “Dan tidaklah Tuhanmu lupa.”
Menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Sebagian ahli ilmu menegaskan bahwa menghafal Al-Qur’an itu merupakan kewajiban atas umat ini. Apabila telah dilakukan oleh sebagian kaum, maka akan terbebaslah kaum yang lain dari dosanya. Badruddin Zarkasyi mengatakan, “Sahabat-sahabat kami mengatakan, ‘Belajar Al-Qur’an itu hukumnya fardhu kifayah. Dan kegiatan menghapalkannya adalah wajib atas umat ini.’”
Laura Faghliry, wanita orientalis mengatakan, “Sungguh, hari-hari ini kita tidak bisa membendung terjangan ombak keimanan ribuan umat muslim yang mampu mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an dengan hafalan.”
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
James Minzez, seorang non Islam yang diharamkan mendapatkan cahaya Al-Qur’an mengatakan, “Mungkin itulah, Al-Qur’an merupakan kitab yang paling banyak dibaca manusia di atas dunia ini. Sungguh, ia adalah bacaan yang paling mudah dihafal manusia.”
Menghafal Al-Qur’an adalah proyek ibadah yang tidak mengenal bahasa kegagalan. Menghapal Al-Qur’an itu mendapat garansi kemudahan untuk semua orang. Al Qurthubi mengatakan tentang ayat, “Sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk diambil pelajaran.” (Qs. Al-Qomar : 17), yakni, “Kami mudahkan Al-Qur’an ini untuk dihafal, dan akan Kami bantu mereka yang mau menghafal. Lalu, adakah orang yang mau menghafal lalu mendapatkan pertolongan-Nya?”
Penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya.
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam ia berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki ‘keluarga’ di antara manusia sekalian.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Mereka adalah ahlul qur’an dan orang-orang pilihan-Nya.” (HR. Ibnu Majah).
Di sisi lain, patut disyukuri, geliat masyarakat hari ini sudah mulai sadar dan merasakan betapa pentingnya hidup dibawah naungan Al-Qur’an sehingga pondok-pondok pesantren dan lembaga-lembaga yang bergelut di bidang Al-Qur’an mulai tumbuh subur bermunculan di berbagai tempat. Namun masih disayangkan banyaknya pondok pesantren Al-Qur’an belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya bagi putri-putri mereka dikarenakan masih sangat jarangnya pondok-pondok tahfidz Al-Qur’an khusus untuk putri.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Atas dasar inilah dan dengan izin Allah, telah didirikan Ma’had Nurulbayan Litahfidzilquran khusus putri untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana perbaikan akhlaq dan moral kaum muslimah hari ini yang tidak bisa tidak, perbaikan harus dimulai dengan Al-Qur’an, dengan harapan bisa member andil dalam perbaikan moral bangsa.
Visi Misi Ma’had Tahfidz Nurulbayan
Adapun visi dan misi ma’had Nurulbayan Litahfidzilqur’an adalah “menjadi pusat penghafal Al-Qur’an yang mencetak kader da’iah bertaraf internasional (visi). Sementara misinya antara lain: memperkuat iman dan taqwa kepada Allah Ta’ala, mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah, melahirkan kader da’iah yang berkarakter Qur’ani, menjadi salah satu pusat lembaga study ilmu Al-Qur’an, Bahasa Arab dan ulumus syar’ie, menyadarkan masyarakat akan pentingnya mempelajari, membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an sedini mungkin serta mencetak penghafal Al-Qur’an yang mampu berbahasa Arab dan Inggris.
Tak muluk-muluk, target dan tujuan dari tahfidz Qur’an Nurulbayan ini antara lain adalah bagaimana agar thalibat (santri) mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwidnya, mampu menghafal Al-Qur’an 30 juz dalam waktu kurang dari dua tahun, mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab dan Inggris, memiliki aqidah yang benar dan berakhlaqul karimah serta mampu mengamalkan ibadah sesuai dengan contoh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Program Ma’had Nurulbayan
Ma’had Nurulbayan Litahfidzilqur’an mengusung satu program utama menghafal Al-Qur’an (hifdzulqur’an) dan beberapa program pendukung yang selalu di evaluasi setiap pekannya. Program itu antara lain: Yaitu program Unggulan/Utama yang bertujuan untuk mencetak para huffadz, yang hafal 30 juz. Meliputi empat tahapan antara lain sebagai berikut.
Pertama, tahsinul qur’an, yaitu tahapan awal sebelum santriwati masuk program hifdzulqur’an (menghafal). Dalam tahap ini peserta dites kemampuan dasar dalam membaca Al-Qur’an, selanjutnya memasuki masa pelatihan selama kurang lebih 2-3 bulan untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Setelah selesai masa pelatihan/perbaikan, santriwati dites kembali kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an. Bagi santriwati yang lulus tes, maka berhak mengikuti program selanjutnya.
Kedua, hifdzul qur’an (setoran baru), yaitu agenda kegiatan berupa setoran hafalan baru setelah peserta dianggap lulus dari tahap Tahsinul Qur’an. Sementara, untuk program harian yang akan dilaksanakan setiap hari oleh santriwati adalah wajib menghafal Al-Qur’an dan menyetorkan ayat-ayat yang sudah dihafalnya. Target pencapaian per hari 2 halaman dari Al-Quran.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Sementara untuk program mingguan antara lain santriwati diminta untuk menyetorkan seluruh hafalan baru dalam seminggu pada hari Ahad. Target total per minggu yang harus di capai adalah 1/2 juz dari Al-Qur’an. Sementara, untuk program bulanan adalah tes bulanan, dimana seluruh hafalan selama satu bulan dan hasil tes tersebut nantinya menjadi bahan penilaian apakah santriwati layak dan mampu untuk melanjutkan hafalan pada bulan berikutnya.
Target pencapaian, dengan akumulasi total dari program harian, program mingguan dan program bulanan. Maka, dapat di hitung antara lain; target pencapaian dalam seminggu adalah 1/2 juz. Target pencapaian dalam satu bulan adalah 2 juz. Target pencapaian dalam setahun minimal adalah 20 juz. Maka, dalam jangka 1,5 tahun insya Allah para santriwati sudah menyelesaikan 30 juz.
Ketiga, muroja’ah, yaitu program yang paling penting dan utama dalam proses menghafal Qur’an. Dimana setiap hari para santriwati diwajibkan mengulang hafalannya dan menyetorkan kembali pada musyrifah (ustadzah yang ditunjuk membimbing dan menerima hafalan santri), kegiatan ini menjadi tolak ukur bagi kenaikan hafalan para santriwati.
Keempat, sima’an, yaitu kegitan menyimak hafalan thalibat (santriwati). Kegiatan ini diadakan setiap selesai menghafal 1 juz, 5 juz dan kelipatan lima juz berikutnya. Kelima, pemutqinan hafalan (muroja’ah 30 juz), yaitu tahapan akhir program tahfidz, bagi santriwati yang berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz. Santri akan dites seluruh hafalannya setelah diberi waktu selama 6 bulan untuk mengulang seluruh hafalannya.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Adapun program pendukung yang tak kalah penting akan diterima para santriwati antara lain; pertama, ulumus syar’ie, yaitu program pembelajaran materi-materi yang mencakup seluruh aspek keilmuan Islam, sebagai pondasi awal bagi santriwati dalam beribadah, beraqidah dan berakhlaqul karimah dalam muamalah.
Kedua, program bahasa, yaitu program yang membekali Santriwati untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dibutuhkan pada saat ini, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris, sebagai bekal santriwati kelak dalam mengemban dakwah Qurani serta menyebarkan syiar Islam ke berbagai lapisan masyarakat di penjuru dunia.
Untuk menerapkan penggunaan kedua bahasa ini dalam praktek dilakukan beberapa aktifitas bahasa dengan cara yaitu: ilqoo mufrodat (memberikan kosakata baru) dan memberi tahkim (hukuman ringan sebagai peringatan bagi yang menggunakan bahasa arab/inggris) serta akan dilanjutkan dalam praktek muhadharah (pidato) dengan kedua bahasa tersebut. Dalam keseharian pun para santriwati diwajibkan untuk memakai kedua bahasa tersebut.
Ketiga, pengabdian, yaitu program mengabdikan diri sebagai bentuk rasa syukur setelah mengenyam pendidikan selama belajar di ma’had Nurulbayan Litahfidzilqur’an juga merupakan tugas akhir untuk persyaratan mendapatkan syahadah atau semacam tanda bukti bahwa si santri sudah benar-benar hafal 30 juz Al-Qur’an. Adapun tempat pengabdian disarankan di pondok pesantren, yayasan, atau lembaga pendidikan yang terjangkau oleh santriwati. Lama pengabdian minimal 6 bulan dan maksimal 1 tahun. Untuk pengambilan syahadah, santriwati wajib membawa surat keterangan pengabdian dari lembaga, yayasan, pondok pesantren tempat mengabdi.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Gratis 100%
Bagi Anda para orang tua yang mengidamkan anak-anak perempuannya menjadi seorang hafidzah di usia belia, maka silahkan saja mendaftarkan putrinya ke Pondok Pesantren Tahfidz “Nurulbayan” beralamat di Kp. Cinta Bakti, Ds. Mekarwangi, Kec. Lemah Sugih, Kab. Majalengka, Jawa Barat. Untuk lebih jelas silahkan menghubungi mudir ma’had Abdul Aziz Amrullah di nomor kontak 085781109134 atau Abu Zahwa di 081222220367 atau email: e-mail : [email protected]. Sementara itu bagi para muhsinin yang ingin menyisihkan sebagian rizkinya untuk membantu melahirkan para ahlullah bisa mengirimkan donasinya a.n Empud Saepudin: – Bank BRI no.rek: 7344 0100 1056 530 atau – Bank Mandiri no.rek: 90000 2524 4816.
Setiap santriwati yang belajar di ma’had Nurulbayan, tidak akan dipungut biaya serupiahpun. Untuk asrama dan lainnya juga tak dipungut biaya sepeserpun. Meski pesantren itu baru berdiri sekitar tujuh bulan lalu, namun beberapa santrinya sudah berhasil menghafal 1 atau 2 juz Al-Qur’an. “Saya bersyukur karena anak-anak di tahfidz ini baru berjalan sekitar tujuh bulan tapi sudah berhasil menghafal 2 juz,” jelas Amr.
Dia mengakui ma’had tahfidz yang dirintisnya memang dari segi fasilitas masih jauh dari kata sempurna. Namun, menurut pemuda lajang yang masih kuliah di LIPIA Jakarta itu, lokasi ma’had tahfidz Nurulbayan dari sisi geografis sangat strategis dan mendukung proses menghafal. “Di kampung Cinta Bakti ini termasuk sangat dingin karena lokasinya tak begitu jauh dari bawah kaki Gunung Ciremai,” katanya.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Ma’had tahfidz Nurulbayan adalah salah satu terobosan masa depan yang eksistensinya tentu akan sangat memberikan dampak positif bagi pembinaan akhlak para remaja Islam sebagai calon pemimpin masa depan. Jika pemimpin bangsa ini adalah orang-orang yang berakhlak mulia, dan selalu menjadikan Al-Qur’an dan sunnah dalam setiap mengambil keputusan, tentu tidak akan terjadi prilaku seperti korupsi, begal dan kriminal sejenisnya.
“Ya Allah, rahmatilah kami dengan Al-Qurán….Dan jadiakan ia bagi kami imam dan cahaya, petunjuk serta rahmat…. Ya Allah, ingatkanlah kami dari hafalan—hafalan kami yang kami lupakan dan ajarkanlah kami dari apa-apa yang kami tidak ketahui…” (T/R02/P3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
*Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu