PALESTINA merupakan negeri yang diberkahi, al maqdis memiliki keutamaan yang disebut dalam nash Alquran dan Sunnah. Sejarah Palestina dalam Islam banyak diulas asal usul dan muasalnya di mana tidak diragukan lagi bahwa negeri ini memiliki keutamaan karena karena sejak dahulu di tanah ini banyak nabi dan rasul penyampai risalah suci.
Dr Thariq As-Suwaidan dalam bukunya berjudul Filastin; At-Tarikh Al- Mushawwar, Ensiklopedi Palestina Bergambar menjelaskan bahwa nama Sejarah Palestina dalam Islam merujuk kepada bangsa-bangsa lain yang datang dari pulau lautan teduh, khususnya dari Pulau Krita.
Krita merupakan sebuah pulau yang ternama. Sepertinya penduduk pulau ini tertimpa kelaparan atau situasi tertentu yang memaksa mereka menyerang kawasan pesisir Syam dan Mesir.
Mereka pertama kali diadang Raja Ramses III dalam perang Lozen yang terjadi di Mesir. Ramses tidak menginginkan mereka berdomisili di Mesir. Setelah melalui serangkaian tarik ulur akhirnya disepakati mereka harus angkat kaki menuju Palestina.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Raja Ramses memerintahkan mereka menempati kawasan Selatan Palestina di kawasan yang disebut Palast. Buku-buku sejarah dan kitab suci menyebut nama kawasan ini. Karena itulah penduduk kawasan ini dinisbatkan kepada Palast.
Seiring perjalanan waktu, nama ini berubah menjadi Palestina. Bangsa-bangsa ini kemudian bertetangga dengan orng-orang Kan’an dan Yabisi, penduduk asli kawasan setempat. Karena itulah nasab dan bahasa mereka membaur dan melebur bersama bangsa asli yang lebih banyak jumlanya dan lebih maju dalam peradaban.
Orang-orang Yebus meleber bersama orang-orang Kan’an. Lalu setelah itu jejak mereka hilang dalam sejarah. Jelas dari narasi di atas, tidak ada sama sekali kaum Yahudi pada fase sejarah Palestina awal. Lantas di manakan mereka dalam fase sejarah tersebut? Semua peninggalan sejarah, kitab suci,dan buku-buku barat menunjukan bahwa penduduk asli Palestina adalah orang-orang Kan’an dan Yebus.
Ketika Palestina berada di bawah pemerintahan Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab, wilayah ini dianggap sebagai bagian dari negeri Syam. Pada masa khulafaur Rasyidin, Syam terbagi menjadi beberapa kota administratif, termasuk Palestina dan Yordania.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Pada masa kekhalifahan Bani Umayah, kota administratif Palestina membentang dari Rafah hingga el Lajun, dengan ibukota di Alladu, yang kemudian dipindahkan ke Remlah oleh Sulaiman bin Abdul Malik.
Sementara pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, Palestina menjadi wilayah yang berdiri sendiri dengan Remlah sebagai pusat pemerintahan. Palestina terbagi menjadi 12 kota, termasuk Remlah, al Quds, Gaza, dan Nablus. Pada masa pemerintahan Mamalik dan Turki Utsmani, Palestina terbagi menjadi beberapa wilayah administratif yang lebih kecil.
Penamaan Palestina sudah ada sejak lama dan wilayah ini selalu dianggap sebagai bagian dari negeri Syam. Pembagian wilayah administratif dilakukan untuk memudahkan kontrol dan tidak mempengaruhi perasaan penduduk asli bahwa mereka adalah bagian dari umat Islam yang utuh..
Tim kajian dakwah alhikmah yang menyarikan buku Ardhu Filistin wa Sya’buha karya Dr. Muhsin Muhammad Shaleh, Warsito, Lc (pent) meringkaskan Sejarah Palestina dalam Islam merupakan nama untuk menyebut wilayah Barat Daya negeri Syam.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Sebuah wilayah yang terletak di bagian barat benua Asia dan bagian pantai timur Laut Tengah. Palestina terletak di titik strategis penting, karena dianggap sebagai penghubung antara benua Asia dan Afrika, di samping sebagai sentra yang mempertemukan wilayah dunia Islam.
Nama klasik yang terkenal untuk sebutan negeri ini adalah “tanah Kan’an”, karena yang pertama kali bermukim di sini yang dikenal dalam sejarah adalah bangsa Kan’an, mereka datang dari Jazirah Arab sekitar 2500 tahun S.M. Dalam buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina,” karya Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani juga disebutkan muasal bangsa Palestina dan tanah Kan’an.
Pada buku tersebut dijelaskan beberapa bantahan klaim Zionis Yahudi yang sepanjang masa ini menguasai bumi Palestina. Pertama, bantahan klaim Yahudi yang mengaitkan agama Yahudi dengan Nabi-Nabi yang sejatinya mengajarkan tauhidullah, kebenaran dan kedamaian.
Dalam sejarah Palestina Kuno, bahwa tanah Palestina yang awalnya bernama Ardhu Kan’aan adalah wilayah milik anak keturunan Ham bin Nuh ‘Alaihis Salam. Nuh ‘Alaihis Salam adalah utusan Allah yang mengajarkan tauhidullah kepada kaumnya, dan Nabi Nuh adalah sebagai seorang Muslim.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Sangat jelas, tidak tercatat sedikitpun nama atau bangsa Yahudi sebagai penghuni awal apalagi pemilik tanah Palestina. Demikian pula Nabi Ya‘qub ‘Alaihis Salam yang digelari dengan “Israil” (artinya yang suka berjalan malam atau hamba Allah). Maka, anak keturunannya disebut sebagai Bani Ya’qub atau Bani Israil.
Sampai zaman itu pula, zaman Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam beserta anak-anaknya, belum muncul dan dikenal agama Yahudi dan Nasrani. Nabi Ya’kub ‘Alaihis Salam tetap mengajarkan agama Islam dengan landasan tauhidullah, dan merupakan seorang Muslim, yang berserah diri kepada Allah ‘Alaihis Salam. Hal ini diperkuat dengan firman Allah pada Surat Al-Baqarah ayat 133.
Ajaran agama yang disampaikan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam adalah tauhid kepada Allah, berlaku sebagai Muslim, orang yang berserah diri kepada Allah. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam bukan dan tidak mengajarkan agama Yahudi, bukan pula Nasrani. (Q.S. Ali Imran [3] : 67).
Dari sejarah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam ini tercatat bahwa tidak ada jejak agama Yahudi sedikitpun. Terlebih agama Yahudi dan agama Nasrani itu muncul setelah masa Nabi Musa ‘Alaihis Salam, sekitar 1.500 tahun setelah masa Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Nama Palestina sendiri diambil dari salah satu bangsa-bangsa pelaut, kemungkinan mereka datang dari daerah barat Asia kecil dan wilayah laut Ijah sekitar abad ke 12 S.M. Nama ini diketemukan diukiran Mesir dengan nama “Ba Lam Sin Ta, PLST”. Adapun penambahan Nun “N” kemungkinan untuk menunjukan kata plural atau jama’.
Mereka bermukim di wilayah-wilayah pesisir dan berasimilasi dengan orang-orang Kan’an dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun orang-orang Kan’an memberikan nama buat tanah wilayah tersebut dengan nama mereka (orang-orang Palestina).
Mengenai bentuk dan batas-batas wilayah Palestina pada zaman dahulu belum dikenal secara konkrit seperti sekarang, kecuali pada masa penjajahan Inggris atas Palestina tahun 1920-1923.
Dalam perjalanan sejarahnya, penetapan batas wilayah ini terkadang menyempit dan meluas, namun secara umum ada hal yang konstan tentang wilayah ini bahwa ia tetap terletak di antara Laut Tengah, Laut Mati dan Sungai Jordan sebagai bagian dari wilayah negeri Syam.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Sejarah Palestina dalam Islam dimulai dengan penaklukan oleh Kekhalifahan Rasyidin pada abad ke-7, yang membawa wilayah ini di bawah pengaruh Islam. Khalifah Umar bin Khattab menunjukkan toleransi besar terhadap penduduk setempat, memungkinkan umat Kristen dan Islam hidup berdampingan dengan damai. Islam menjadi agama mayoritas di Palestina pada abad ke-9, dan bahasa Arab mulai digunakan secara luas.
Pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, ketertiban terjaga di Palestina, dan banyak penduduk dengan sukarela memeluk Islam. Sejarah Palestina dalam Islam menempatkan bahasa Arab menjadi bahasa utama di seluruh Palestina. Pada masa Kesultanan Utsmaniyah (1516-1917), kepemimpinan diperkuat dengan memastikan pentingnya Islam di wilayah tersebut. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah