Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SEKITAR 1,2 JUTA PENDUDUK MYANMAR BELUM TERDAFTAR

Admin - Ahad, 31 Agustus 2014 - 03:38 WIB

Ahad, 31 Agustus 2014 - 03:38 WIB

979 Views ㅤ

Massa Buddha Myanmar Bakar Sekolah Dan Gedung (Photo : Press Tv)
peta Myanmar

(Photo: asiabriefing)

Naypyidaw, 4 Dzulqo’dah 1435/30 Agustus 2014 (MINA) – Kementerian Imigrasi dan Kependudukan Myanmar mengumumkan hasil sementara dari sensus  yang menunjukkan  negara itu berpenduduk 51.400.000 orang, hampir sepuluh juta lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya.

Diperkirakan sebanyak 1,2 juta warga minoritas Islam dari suku Rohingya, tidak diikutkan dalam sensus ini, seperti yang diberitakan  Democratic Voice of Burma (DVB) dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu.

DVB melaporkan hasil sensus itu mengemukakan, jumlah penduduk terdiri dari sebanyak 26.598.244 perempuan dan laki-laki 24.821.176.

Dilaporkan pula, sebanyak 50.213.067 orang dicacah, namun  diperkirakan belum termasuk 1,2 juta orang di negara-negara bagian Arakan, Kachin dan Karen.

Baca Juga: PKK Umumkan Gencatan Senjata dengan Turkiye

Menurut pernyataan  Dana Kependudukan PBB (UNFPA), sekitar 1,09 juta orang belum terhitung di negara bagian Arakan.”Kebanyakan adalah mereka yang ingin mengidentifikasi diri sebagai etnis Rohingya, mereka ini  tidak dihitung,” kata pernyataan itu.

Warga Rohingya beragama Islam ditolak kewarganegaraan di Myanmar, karena pemerintah dan sebagian besar masyarakat menganggapnya sebagai imigran ilegal dari Bangladesh walau sudah puluhan tahun etnis itu mukim di Myanmar.

Sensus nasional Myanmar ini, pertama dalam 30 tahun, dilakukan dari 29 Maret – 10 April, dinilai sangat kontroversial terutama menyangkut tidak disertakannta warga minoritas beragama Islam.

Sementara pertanyaan tentang etnisitas mengusik banyak orang di Myanmar yang telah berjuang dengan pemberontakan etnis dan represi minoritas selama beberapa dekade. Hal itu sangat sensitif di negara bagian Arakan, di mana orang-orang yang mengidentifikasi diri sebagai Rohingya diperintahkan untuk menyebut diri dengan “Bengali “atau” lain “.

Baca Juga: 20 Ribu Orang, Mayoritas Anak-Anak di Malaysia Hilang Sejak 2014  

Sensus ini juga bermasalah di wilayah  lain, antaranya petugas sensus tidak mampu  pergi ke beberapa daerah yang dikendalikan Tentara Kemerdekaan Kachin di utara Myanmar, di mana sejak pertengahan 2011 terjadi konflik bersenjata yang meresahkan bahkan menghilangkan nyawa masyarakat.

Pertempuran di Negara Bagian Kachin dan Shan bagian utara negara tersebut menyebabkan sekitar 120.000 orang memilih mengungsi selama tiga tahun terakhir, sedangkan jumlah yang tidak diketahui di antaranya melarikan diri ke China. Adanya penduduk yang melarikan diri ini juga menjadi penyebab tidak akuratnya hasil sensus.

Sementara itu di Karen, tenggara Myanmar, UNFPA mengatakan, Uni Nasional Karen memberikan data yang mereka kumpulkan secara independen untuk satu area, namun menemukan hal yang berbeda dalam hasil sensus yang diumumkan pemerintah.

UNFPA, yang telah memberikan logistik dan dukungan keuangan untuk sensus Myanmar, mengatakan pengumpulan data dan analisis dilakukan di bawah bimbingan dari para ahli asing dan sesuai dengan standar internasional.

Baca Juga: Iran Sebut Sanksi Baru AS Tanda Permusuhan yang Jelas

“Sensus ini adalah sumber daya nasional yang berharga,” kata perwakilan UNFPA Janet Jackson, berbicara pada pertemuan di Rangoon pada Sabtu (30/8). “Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, negara akan memiliki data yang dibutuhkan untuk menempatkan jalan, sekolah, fasilitas kesehatan dan infrastruktur penting lainnya untuk orang yang paling membutuhkannya.”

UNFPA mengatakan, informasi yang lebih rinci akan tersedia dalam Mei 2015 tahun depan, dan  menutup kemungkinan data yang dianalisis sedikit berbeda dari hasil awal.(T/P004/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: 19 Orang Tewas dalam Kecelakaan Bus di Thailand Tengah  

Rekomendasi untuk Anda

Pemandangan kerusakan yang terjadi di kamp pengungsi Jenin saat pasukan Israel melanjutkan operasi mereka di Jenin, Tepi Barat pada 03 September 2024. (Foto: Anadolu Agency/Issam Rimawi)
Palestina
Afrika
Internasional
Internasional