Jakarta, MINA – Sekertaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan mengatakan, bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam merupakan momentum refleksi perbaikan akhlak umat.
“Peringatan Maulid Nabi Muhammad tidak hanya bersifat rutinitas setiap tahun, tetapi substansi harus dimaknai lahirnya seorang pemimpin yang berhasil mengubah tatanan dunia,” kata Buya Amirsyah dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu (8/10).
Ia mengatakan, pada Sabtu 8 Oktober bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1444 Hijriyah, di mana umat Islam pringati kelahiran Nabi Muhammad. Beliau berhasil mengubah zaman jahiliyah ke zaman kehidupan dengan bangun peradaban manusia.
“Peringatan Maulid Nabi sebagai bagian meneruskan risalah Nabi Muhammad SAW melalui dakwah amar makruf nahi mungkar,” jelas Buya Amirsyah.
Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan
Lanjut katanya, salah satu substansi risalah yang dibawa Nabi Muhammad adalah mengubah perilaku manusia yang lebih baik yang sebut akhlakul karimah.
Buya Amirsyah menjelaskan, keberhasilan Nabi Muhammad dalam merubah akhlak manusia pada saat itu dilakukan dengan keteladanan yang dimilikinya. Kemudian berhasil membentuk kehidupan manusia yang berperadaban.
Apalagi, jelasnya, Nabi Muhammad SAW memiliki visi kerasulan untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (Islam rahmatan lil ‘alamin).
Menurutnya, hal ini sangat relevan dengan misi Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah dan menjadi contoh yang baik bagi semua makhluk di muka bumi.
Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama
‘’Tantangan yang dihadapi saat ini sangat relevan dengan misi yang dibawa Nabi Muhammad yaitu akhlakul karimah. Manusia yang tidak berhasil mengubah perilaku akan menjadi sebuah peradaban yang mundur atau yang disebut degradasi,’’ ujarnya.
Buya Amirsyah menyebut, Rasulullah merupakan sosok pemimpin yang tiada bandingnya dengan tokoh di permukaan bumi ini. Hal ini tercermin dari akhlak mulia yang dimilikinya, sehingga menjadi teladan bagi umat manusia.
‘’Oleh karenanya, diharapkan keteladanan ini bisa dijadikan bagian dari hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW. Qudwah hasanah beliau diakui bukan sebatas di kalangan dunia Islam, tapi juga di seluruh penjuru dunia,’’ katanya.
Ia menyebutkan, peringatan Maulid Nabi Muhammad dapat disebut sebagai ibadah aktual (ghairu-mahdhah) yang baik dan positif (bidah hasanah).
Baca Juga: Industri Farmasi Didorong Daftar Sertifikasi Halal
Peringatan Maulid Nabi kata Buya Amirsyah, pada hakikatnya bukan sekadar perayaan yang bersifat seremonial, melainkan harus mampu memperkuat kembali sosok dan perilaku (akhlak) Nabi Muhammad yang mulia pada diri umat Islam.
‘’Semua itu bermuala pada perilaku. Jadi semakin baik akhlaknya maka semakin baik keyakinan, muamalah dan ibadahnya, aspek ini sangat penting,’’ katanya. (R/ZM/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Cenderung Mendung, Sebagian Hujan Ringan Sore Hari