Yangon, Myanmar, 14 Muharram 1435/18 November 2013 (MINA) – Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI ) Ekmeleddin Ihsanoglu mengatakan bahwa kunjungan emosionalnya kepada komunitas Muslim Rohingya yang dianiaya, dikejar dari rumah mereka dan dibakar di Myanmar oleh massa Budha, membuatnya menangis.
“Saya tidak pernah punya perasaan seperti itu,” kata Ihsanoglu pada Sabtu malam, saat ia dan delegasi lainnya dari OKI, blok negara-negara Islam terbesar di dunia, dalam tur tiga hari ke Myanmar untuk melakukan pembicaraan dengan presiden, menteri pemerintah, kelompok antar agama dan badan-badan PBB.
Ihsannoglu mengatakan banyak emosi yang tinggal di kamp-kamp kumuh yang bertebaran di luar ibukota negara bagian Rakhine, Sittwe, yang memciptakan kesan terdalam, Saudi Gazette melaporkan yang diberitakan Mi’raj News Agency (MINA).
“Saya menangis,” kata Ihsanoglu.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Myanmar adalah negara mayoritas beragama Budha dengan jumlah 60 juta, yang baru keluar dari setengah abad kekuasaan militer pada tahun 2011, namun transisi menuju demokrasi telah dirusak oleh kekerasan sektarian yang telah menewaskan lebih dari 240 orang dan 240.000 lainnya dipaksa meninggalkan rumah mereka.
Sebagian besar korban adalah etnis Rohingya. Meskipun banyak dari keluarga mereka adalah generasi yang sudah lama tinggal di negeri itu, namun semua telah ditolak kewarganegaraannya oleh pemerintah.
Banyak anak-anak di kamp-kamp pengungsian tidak pergi ke sekolah selama lebih dari setahun. Mereka yang ingin memperoleh perawatan medis atau meninggalkan perawatan, harus membayar suap yang besar.
Sementara pekerja bantuan kemanusiaan menghadapi ancaman konstan oleh umat Budha Rakhine yang menuduh mereka bias mendukung Rohingya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Ihsanoglu mengatakan bahwa saat mengunjungi kamp-kamp Sittwe, ia dan anggota lain dari delegasi OKI bertemu dengan 5.000 etnis Rohingya, namun karena hambatan bahasa, mereka tidak dapat berkomunikasi.
“Mereka sudah putus asa. Mereka takut. Mereka senang kami berada di sana, tapi itu kebahagiaan yang dinyatakan dalam tangisan,” katanya, menambahkan bahwa ia akhirnya mampu menawarkan ucapan Islam, “Assalamu ‘alaikum” dan orang-orang membalasnya.
“Saya tidak bisa menjelaskan perasaan saya,” katanya.
Ihsanoglu menyebut kunjungannya sukses, terutama karena ia datang atas undangan pemerintah yang sebagian besar tetap diam tentang serangan berulang pada minoritas Muslim.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Ia mengatakan ia menerima jaminan bahwa pemerintah sedang berusaha untuk menyelesaikan masalah kewarganegaraan bagi 800.000 Rohingya, tapi tidak memberikan rincian. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan