New York, MINA – Sekretaris PBB Antonio Guterres mengkhawatirkan tentang kekerasan yang terjadi di barat Myanmar, Rakhine State, tidak terkontrol.
Pada hari Jumat (1/9) ia memperingatkan terjadinya bencana kemanusiaan yang menjulang setelah adanya pembunuhan hampir 400 orang, kebanyakan Muslim Rohingya.
“Sekjen sangat prihatin dengan laporan perbuatan yang keterlaluan selama operasi keamanan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar di Rakhine State,” kata pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Sekjen PBB.
Ia mendesak dilakukannya pengekangan terhadap pasukan keamanan Myanmar dan ketenangan untuk menghindari terjadinya bencana kemanusiaan.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Warga Muslim Rohingya telah dicap sebagai imigran ilegal di Myanmar dan sebagian besar ditolak kewarganegaraannya. Mereka merupakan mayoritas korban tewas dan mengungsi sejak konflik tahun 2012.
Kerusuhan terbaru yang bermula dari serangan sekelompok militan Rohingya bernama Tentara Keselamatan Rohingya Arakan (ARSA), terhadap 30 pos polisi dan satu kamp militer pada 25 Agustus 2017, memaksa lebih 100.000 warga Rohingya melarikan diri ke arah Bangladesh. Sementara warga sipil Buddha mencari perlindungan ke Sittwe, ibu kota Rakhine State.
Sejumlah pihak mengindikasikan bahwa jumlah korban kemungkinan jauh lebih tinggi dari angka 400 jiwa.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera yang dikutip MINA, pengungsi Rohingya berbicara tentang wanita mereka diperkosa dan rumah-rumah dibakar hingga menjadi abu.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Pada hari Sabtu (2/9), pemerintah Myanmar mengatakan bahwa lebih dari 2.700 rumah telah dibakar di Rakhine. Sementara media lokal Arakan Times mengklaim 56 desa Rohingya telah dibakar dan lebih 3.000 rumah dibakar. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza