Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SELAMATKAN AL-AQSHA

Rana Setiawan - Jumat, 2 Oktober 2015 - 15:03 WIB

Jumat, 2 Oktober 2015 - 15:03 WIB

837 Views

Bentrokan baru meletus Senin pagi antara polisi Israel dan pemuda Palestina.(Foto: Inet)
Bentrokan baru meletus Senin pagi antara polisi <a href=

Israel dan pemuda Palestina.(Foto: Inet)" width="300" height="225" /> Polisi Israel menyerbu Masjid Al-Qibly, Kompleks Masjid Al-Aqsha, Kota Al-Quds, Palestina saat bentrokan terjadi dengan jamaah Muslim Palestina, Senin (28/9) pagi.(Foto: Inet)

Oleh Rana Setiawan, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Palestina, Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha berada pada kedudukan dan tempat yang terhormat di hati kaum muslimin seluruh dunia. Islam telah menempatkan dan menambah kemuliaan bagi Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha melalui ungkapan ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkannya sebagai negeri penuh berkah dan suci.

Kemuliaan dan penghormatan pun semakin bertambah dengan peristiwa Isra Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, di mana beliau menjadi imam sholat bagi para nabi dan rasul ‘Alaihissallam di Masjid Al-Aqsha.

Hal ini menegaskan bahwa Islam adalah kalimat Allah terakhir bagi manusia sekaligus menunjukkan Shibghah (warna) terakhir bagi Al-Aqsha di dalam Syariat Allah adalah Shibghah Islam hingga hari Kiamat, maka jelaslah Al-Aqsha menjadi milik ummat Islam ini.

Baca Juga: Jama’ah Adalah Benteng Terakhir di Tengah Badai Fitnah

Semua itu diabadikan dalam puncak kefasihan firman Allah Subahanahu Wa Ta’ala yang artinya: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah kami berkati…”(Qs. Al-Isra ayat 1)

Hingga kini, Al-Quds dan Palestina yang diberkahi menjadi tawanan tangan-tangan Yahudi yang membuat luka mendalam di hati setiap Muslim, menyuburkan kerinduan untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dan melakukan sholat di dalamnya.

Israel merebut Al-Quds Timur, di mana Masjid Al-Aqsha berada, dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui masyarakat internasional.

Meningkatnya kunjungan pemukim ilegal ekstrimis Yahudi ke situs tersuci ketiga bagi umat Islam itu menimbulkan kekhawatiran bagi Muslim tentang kemungkinan dirubahnya aturan yang sudah ada oleh Otoritas Israel.

Baca Juga: Rendah Hati di Zaman yang Mengagungkan Eksistensi

Sejak 24 Agustus lalu, Otoritas Pendudukan Israel telah melancarkan kebijakan membagi Masjid Al-Aqsha secara tempat dan waktu bagi umat Islam dan Yahudi, dengan menutup semua gerbang menuju AL-Aqsha setiap harinya pada pukul 7:30-11:30 waktu setempat.

Pada waktu tersebut, anak-anak, Muslimah, dan pelajar Palestina tidak diizinkan masuk lingkungan Masjid Al-Aqsha, sementara para ekstrimis yahudi diizinkan menyerbu Masjid di bawah perlindungan tentara Israel.

Pada 8 September 2015, Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya’alon, mengumumkan, memboikot dua kelompok Muslim Palestina yang aktif melakukan kegiataan pembelaan di kompleks Masjid Al-Aqsha.

Kelompok Palestina Murabitatdan Murabitun yang selalu berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsha untuk memprotes apa yang mereka anggap semakin meningkatnya kontrol Israel atas tempat tersuci ketiga bagi umat Islam itu, di tengah gencarnya kunjungan provokatif kelompok pemukim ilegal Yahudi di bawah penjagaan pasukan bersenjata.

Baca Juga: Belajar Memaafkan Meski Hati Belum Ikhlas

Pada Ahad (13/9), saat perayaan Tahun Baru Yahudi, ratusan ekstrimis Yahudi menyerbu Al-Aqsha di bawah pengawalan ketat tentara Israel. Bentrokan pun pecah saat pasukan keamanan Israel dengan kekuatan besar menangkap dan menyerang jamaah Muslim Palestina yang berada di dalam Masjid Al-Aqsha. Bentrokan dan keadaan tegang di Al-Quds terjadi selama empat hari berturut-turut.

Bahkan demi melancarkan Yahudisasi di wilayah itu, Otoritas distrik Israel di Al-Quds, belum lama ini, memutuskan mengubah sejumlah jalan berbahasa Arab di Al-Quds Timur dengan bahasa Ibrani yang jumlanya mencapai 800 jalan.

Semuanya menjadi target penjajahan. Semua nama-nama Arab diganti dengan nama-nama Ibrani seperti Wadi Helwah dengan nama “Sher Lamalot” selain nama Malot Miyan Jehon, Hangshor, dan Malot Gair David serta nama-nama lain yang sama sekali tak ada hubunganya dengan tempat tersebut.

Mereka juga menamakan jalan yang menghubungkan antara Gerbang Zahraoh dengan Gerbang Al-Asbat atau museum Palestina dengan nama Amer Drawari pengagas otoritas purbakala Zionis.

Baca Juga: Jangan Hanya Islam di KTP, Jadikan Islam di Hati

Syaikh Al-Jarrah pun tak lepas dari Yahudisasi. Sejumlah jalan yang dulunya bernuansa Arab diubah menjadi nama-nama ibrani.

Hari ini, Masjid Al-Aqsha telah sepenuhnya ditutup untuk pertama kalinya sejak 1967. Presiden Mahmoud Abbas telah menyatakan tindakan penutupan Al-Aqsha bagi umat Islam sebagai ‘tindakan perang’.

Bahaya yang ditimbulkan terhadap situs tersuci ketiga umat Islam ini telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dan Parlemen Israel tengah membahas pembagian situs suci Islam di Al-Quds ini, antara umat Islam dan Yahudi dalam beberapa pekan ke depan.

Seruan dari Haramain

Baca Juga: Ini Cara Islam Memberantas Judi Online di Kalangan Rakyat Kecil

Seruan menyelamatkan Al-Aqsha juga disampaikan dalam momen suci Idul Adha tahun ini yang dimanfaatkan dua khatib di dua masjid tersuci di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah Munawarah.

Dua khatib Idul Adha 1436 Hijriyyah di dua masjid tersuci di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah Munawarah menyerukan agar menyelamatkan dan menolong Masjid Al-Aqsha. Mereka menyebut apa yang menimpa masjid Al-Aqsha adalah pelanggaran dari penjajah Israel yang “menyakitkan hati umat Islam

Khatib di Masjidil Haram, Syekh Khalid Ghamidi mengkritik kondisi umat. “Umat saat ini melewati periode yang berbeda, mengherankan namun menyakitkan. Dipenuhi dengan kezhaliman dari musuh mereka dan dikuasai mereka.”

Syekh Ghamidi berbicara soal masjidil Aqsha, “Apa yang kita saksikan tentang apa yang terjadi di Baitul Maqdis (Al-Quds) dan tindakan permusuhan serta pelanggaran penjajah Israel terhadap masjid Al-Aqsha, dan juga yang terjadi di negeri muslim lain sangat menyakitkan hati.”

Baca Juga: Al-Quds Gerbang Bumi Menuju Surga

Seperti diberitakan Kantor Berita Saudi WAS, sekitar satu juta jamaah shalat menunaikan shalat Idul Adha di Masjid Nabawi dan luber hingga ke jalan-jalan.

Sementara itu, Khatib Masjid Nabawi, Syekh Abdul Bari Tsubaiti menyerukan agar umat Islam banyak istigfar dan membebaskan diri dari neraka. Ia juga menegaskan jika saat ini masjid Al-Aqsha merintih karena kehilangan rasa aman dan karena kehormatannya dilanggar.

Para perusak mempermainkan kesuciannya di halaman Masjid Al-Aqsha. Dan ini sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk membela dan.menjaganya dari kejahatan para penjajah.

Syekh Abdul Bari memberikan apresiasi kepada warga Al-Quds yang memiliki sikap heroik, penuh harga diri dan pengorbanan dalam membela Al-Aqsha.

Baca Juga: 20 Tahun BDS, Konsisten Serukan Aksi Global Akhiri Apartheid Israel

Sebelumnya, Mufti Arab Saudi, Syekh Abdul Aziz Alu Syekh, Rabu, 23 September 2015 siang mengingatkan bahaya dari rencana yahudi membagi Masjidil Aqsha Mubarak.

Dalam khutbah Arafah, Mufti Saudi mengatakan, “Wahai sekalian kaum muslimin, Masjidil Aqsha saat ini mengadu kepada Allah, kemudian kepada umat Islam atas kejahatan dan penodaan yang dilakukan kaum yahudi terhadapnya, serta penghinaan dan larangan shalat di dalamnya.”

Dari Masjid Namirah, usai shalat dzuhur dan ashar jamak dan qashar, Alu Syeikh menyebutkan, kaum Yahudi memanfaatkan kesibukan kaum muslimin dengan urusan internal mereka, untuk membagi dan menghinakan Masjidil Aqsha Mubarak.

Demikian juga Dr. Ahmad Thayib, Grand Syekh Al-Azhar Asy-Syarif, memberikan kecaman kejahatan entitas zionis pada kiblat pertama umat Islam, Masjid Al-Aqsha Al-Quds. Begitu Juga praktik barbar, penodaan, perusakan atau pelecehan tempat suci umat Islam yang dilakukan oleh zionis yang disertai penyerangan terhadap para jamaah dengan menggunakan senjata yang sangat merusak nilai-nilai hak asasi manusia.

Baca Juga: Cara Ampuh Melindungi Akun Media Sosial dari Peretasan

Perlu diadakan pertemuan mendesak guna mengambil tindakan tegas terhadap zionis atas kejahatan yang mereka perbuat. Grand Syekh berkata “Bahwasanya telah tiba masanya untuk menghentikan kejahatan tersebut, saatnya untuk mengambil sebuah kebijakan mulia sesuai dengan peradaban arab dan muslim dalam membela tempat-tempat suci umat Islam.”

Di sisi lain, Syeikh Ahmad Thayib menekankan kepada seluruh pemuda Mesir dan seluruh umat Islam untuk bersatu mendukung secara maksimal usaha ini.

Sudah terlalu banyak kejahatan yang telah dan sedang dilakukan oleh Zionis terhadap Masjid Al-Aqsha yang menjadi jantung hati umat Islam.

Setiap Muslimin harus merasakan tanggungjawab untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha dari upaya pembakaran untuk kedua kalinya, atau dihancurkan dan diganti dengan kuil Yahudi, maka harus ada tindakan nyata yang segera dilakukan.

Baca Juga: “Nasi Box” dan Diplomasi Sepak Bola: Saat Indonesia Memikat Dunia Lewat Piala Presiden 2025

Ghazwah Al-Aqsha

Sebagaimana kiprah Aqsa Working Group (AWG), lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk untuk mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin demi pembebasan Masjid Al-Aqsha.

Lembaga yang kini tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa cabang di luar negeri itu dibentuk berdasarkan keputusan sidang akhir Al-Aqsha International Conference di Jakarta pada 21 Agustus 2008.

Berbagai macam bentuk sosialisasi dan aksi dalam upaya perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha pun dilakukan. Lembaga itu memprakarsai Konferensi Internasional untuk Pembebasan Al-Aqsha di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, tahun 2012 lalu yang menghasilkan “Deklarasi Bandung untuk Pembebasan Al-Quds dan Kemerdekaan Palestina.”

Baca Juga: Boikot Zionis Senjata Paling Mematikan   

Lembaga yang diketuai Agus Sudarmaji, MSc. tersebut sering mengadakan Konferensi Al-Aqsha untuk mensosialisasikan akan pentingnya perjuangan ini. Bekerjasama dengan Ma’had Al-Fatah Indonesia mengirim para da’i ke berbagai daerah untuk menyampaikan masalah-masalah Palestina. Bahkan juga bekerjasama dengan beberapa stasiun radio di Jabotabek dan melakukan sosialisasi melalui cabangnya di 18 provinsi.

Bahkan AWG bekerjasama dengan Al-Quds Institute Yaman mengadakan Pelatihan Kader Da’i Internasional Al-Quds Institute Yaman Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pada Maret – Mei 2009. Sejumlah 25 da’i yang terdiri dari para pengurus dan mubaligh serta mubalighah dari wilayah-wilayah di Indonesia mendaptkan pembekalan khusus tentang kepalestinaan dan Baitul Maqdis lewat program daurah (pendidikan khusus) sekitar tiga bulan di ibukota Yaman, Sana`a.

AWG juga bekerjasama dengan Muassasah Al-Quds (pimpinan Dr. Yusuf Al-Qaradhawi) menyelenggarakan diklat kajian Palestina dalam rangka meningkatkan solidaritas pembelaan atas tempat ibadah Masjid Al-Aqsha dan nasib warga Palestina 15-31 Mei 2010 di Graha Insan Cita, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

Sebenarnya upaya perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha pun sudah dilakukan secara diam-diam dan tanpa banyak media yang merekam dengan inisiatif Jamaah Muslimin (Hizbullah), membuka jalan bagi terciptanya sebuah kesadaran dan kebersamaan kaum Muslimin dengan strategi yang jelas dan terarah terutama yang ditujukan kepada umat Islam di Tanah Air dalam membela Palestina tempat kiblat pertama dan tanah suci ketiga umat Islam.

Sejak itu, Jamaah Muslimin (Hizbullah) memaklumkan Program Pembebasan (Ghazwah) Al-Aqsha ke dunia Islam sejak 24 Sya’ban 1427 H./17 September 2006 M. Pukul. 11.50 WIB dengan Pembacaan “Maklumat Ghazwah Al-Aqsha dan Ikrar Pembebasan Al-Aqsha” disampaikan Atas nama Umat Islam oleh Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah), K.H. Muhyiddin Hamidy (almarhum).

Sejak itu, Jamaah Muslimin (Hizbullah) telah menggelar sosialisasi Ghazwah Al-Aqsha berupa Gerak Jalan (Longmarch) Cinta Al-Aqsha, Bedah Buku Zionis, Pameran Foto Kekejaman Zionis, Pemutaran CD Palestina dan Perjuangan Islam, Seminar/Tabligh Akbar Al-Aqsha Haqquna, pengumpulan dana Dinar Lil Palestina/One Man One Dinar, Penerbitan Kalender dan Buku Al-Aqsha, dan penyiapan mujahid Al-Aqsha, hingga saat ini.

Pernyataan Ghazwah Al-Aqsha, perang membebaskan Al-Aqsha hak kaum muslimin dengan slogannya “Al-Aqsha Haqquna (Al-Aqsha Hak Kaum Muslimiin)!” diikuti takbir “Allahu Akbar!” menjadi sinyal kebangkitan umat Islam untuk menyongsong pembebasan Masjid Al-Aqsha, bahkan slogan itu sudah menggema di bumi Gaza, Palestina yang disosialisasikan oleh duta Jamaah Muslimin (Hizbullah).

Gerakan Global

Hari ini, setelah shalat Jumat, 2 Oktober 2015, masyarakat Islam di ASEAN mengadakan aksi damai serentak di sejumlah kota di negara-negara kawasan itu, untuk memprotes serangan terbaru Israel terhadap Masjid Al-Aqsha, di Kota Al-Quds, Palestina.

Sebuah gerakan global “Selamatkan Al-Quds” yang dilaksanakan serentak di sejumlah kota di empat negara angggota ASEAN, yaitu Malaysia, Thailand, Bangkok, dan Filipina, yang dimotori Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM) dan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM).

Ada pun di Indonesia aksi damai ini dikoordinir Aqsa Working Group (AWG) bersama Forum Umat Islam (FUI), dan Front Pembela Islam (FPI), dan juga didukung lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).

Ketua Umum AWG Agus Sudarmaji, selaku koordinator aksi damai, mengatakan, aksi damai berupa “Gerak Jalan (Longmarch) Cinta Masjid Al-Aqsha” yang dihadiri sekitar 2.000 masyarakat Muslim dari berbagai kalangan dimulai dari Tugu Proklamasi Jakarta dan berakhir di Kedutaan Besar Palestina Jakarta, dengan acara puncak orasi para tokoh Islam dan penyerahan Pernyataan Sikap Dukungan Kemerdekaan Palestina dan Pembebasan Al-Aqsha yang diserahkan kepada Duta Besar Palestina Fariz N. Mehdawi.

Aksi damai ini juga akan digelar di beberapa kota di seluruh Indonesia, seperti Lampung, Bandung, Pontianak, Samarinda, Kupang dan lainnya.

Selain di Indonesia, sejumlah ormas Islam Malaysia yang tergabung dalam Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM) juga akan mengadakan aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kuala Lumpur juga usai Shalat Jumat.

kampanye global “Selamatkan Al-Quds” bertujuan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Kota Al-Quds dari serangan dan kekerasan terus menerus yang dilakukan oleh para pemukim ilegal ekstrimis Yahudi dan tentara Israel selama lebih dari enam dekade.

Aksi Global “selamatkan Al-Quds” menegaskan sesungguhnya pembebasan Al-Aqsha bukan sekedar merebut kembali sebuah masjid yang dinistakan oleh musuh-musuh Allah. Lebih dari itu, upaya tersebut adalah sebuah perjuangan mengembalikan dunia di bawah kepemimpinan yang akan merestorasi kedamaian dan keadilan di muka bumi yang pernah terjadi di bawah kekhalifahan Islam.

Aksi Nyata

Maka, untuk menunaikan tanggung jawab kita terhadap perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina, tentunya hal itu dimulai dari diri sendiri, ketahuilah sejarah dan berita yang berkaitan dengan Palestina dan Masjid Al-Aqsha.

Persiapkanlah diri dan keluarga untuk menyambut seruan jihad, jika memang telah datang seruan demi mempertahankan Masjid Al-Aqsha. Didiklah anak-anak, saudara, tetangga dan rekan kerja tentang kepentingan membela Masjid Al-Aqsha dalam aqidah umat Islam.

Bagi pemegang kepentingan di sekolah, anjurkan program yang berkaitan dengan kesadaran terhadap Masjid Al-Aqsha. Begitu juga jika menjadi pengurus masjid dan organisasi Islam setempat.

Bagi para pelajar, mahasiswa/i, pemuda pemudi, mempunyai tugas untuk menghidupkan ruh jihad bagi pembebasan Masjid Al-Aqsha di dalam hati setiap penghuni sekolah mau pun kampus sekalian. Anjurkanlah program memperingati Masjid Al-Aqsha di sekolah dan kampus dengan ceramah, konser amal, buletin, diskusi, forum, tayangan video dan berbagai jenis acara yang dapat dipikirkan secara kreatif.

Jika mampu, sebarkan artikel ini dan artikel lain yang berkaitan dengan Masjid Al-Aqsha kepada mereka, saudara-saudara kita, agar kesadaran yang muncul nanti akan membawa kepada hasil yang positif di masa mendatang.

Lakukanlah segera tindakan proaktif sebelum sampai waktunya umat Islam hanya mengenali Masjid Al-Aqsha setelah ia dihancurkan dan diganti dengan Kuil Yahudi. Pada saat itu, segalanya sudah terlambat! (R05/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda