Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA, Pembina Ma’had Tahfidzul Quran DTI Bekasi Jawa Barat
Kita di sini, begini dan saat ini adalah atas izin Allah. Tidak ada yang kebetulan. Semua pasti ada hikmahnya. Semua dengan izin Allah.
Bersendikan kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaah* menjadikan kita dalam Qudrat ini untuk mengabdi kepada Allah. Maka, kita berbuat karena atas perintah Allah dan mengharap ridha Allah.
Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama
Kejadian pencurian, pun terjadi atas izin Allah, tapi mencuri itu tidak diridhai Allah. Bagi kita yang kecurian atau kehilangan, tentu ridha terhadap taqdir Allah, hingga Allah pun ridha pada kita.
Tentang semua atas izin Allah ini, disebutkan di dalam ayat:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS Al-An’am [6]: 59).
Pada ayat lain disebutkan bahwa kunci-kunci perkara yang ghaib itu ada lima.
Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Kunci-kunci perkara yang gaib itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu yang disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang:
1. Hari Kiamat,
2. Dialah yang menurunkan hujan,
3. Mengetahui apa yang ada dalam rahim,
4. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok,
5. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Luqman [31]: 34).
Berkaitan dengan ayat ini, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu menjelaskan, bahwa tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia (Allah) mengetahuinya. Juga tidak ada sebuah pohon pun, baik di daratan maupun di lautan, melainkan ada Malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya. Malaikat itu mencatat daun-daun yang gugur dari pohon itu.
Ibnu Abu Hatim menambahkan, bahwa tidak ada suatu pohon pun di bumi, tidak pula sebuah biji pun yang ditanam melainkan padanya terdapat Malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk melaporkan kepada-Nya apa yang terjadi pada pohon itu. Termasuk mengenai masa lembabnya apabila mengalami kelembaban, dan masa keringnya apabila mengalami kekeringan.
Baca Juga: Ternyata Aku Kuat
Karena semua atas izin Allah dan diketahui-Nya, maka marilah kita lebih barhati-hati lagi dalam berkata dan bertindak, agar selalu selaras dengan tuntunan Allah.
Juga, tidak menyandarkan segala sesuatunya pada orang lain atau pada diri sendiri. Namun menyandarkannya mutlak kepada Allah.
Karena semua sudah tercatat, kita juga tahunya setelah terjadi. Maka, tidak ada sedikitpun rasa su’udzan, prasangka buruk, menolak taqdir, dan seandainya begini, seandainya begitu. Karena semuanya berlangsung atas izin-Nya semata.
Segala mudharat dan manfaat, anugerah dan musibah, terjadi atas izin Allah. Jadi, tidak perlu cemas berlebihan, berharap berlebihan, semuanya wajar saja. Semua pasti ada hikmahnya, tinggal kita tingkatkan tawakkal kepada-Nya.
Baca Juga: Amalan Pengundang Rezki Berkah lagi Melimpah
Untuk itu, marilah kita menggapai ridha Allah di setiap waktu, tempat dan kesempatan. Dan kita berharap, jangan sekejap pun terlepas dari Allah.
Seperti doa pagi dan sore yang diajarkan Nabi Shallalahu ‘Alaihi Wasallam :
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ
وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
Artinya: “Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya.” (HR Ibnu As-Sunni, An-Nasa’i, Al-Bazzar dan Al-Hakim. Sanad hadits hasan – Al Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah).
Semoga dengan izin Allah, kita selalu mendapatkan ridha-Nya. Selamanya. Aamiin. (A/RS2/P1)
Baca Juga: Mendidik dengan Kasih Sayang
Mi’raj News Agency (MINA)