Paris, Perancis, 23 Sya’ban 1436/10 Juni 2015 (MINA) – Ibu dari seorang pemuda Perancis menggugat pemerintah, Selasa (9/6), karena membiarkan anaknya terbang dan bergabung dengan kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah.
Bryan Dancona dari keluarga Katolik, meninggalkan kota kelahirannya, Nice, dua hari setelah merayakan Natal bersama kerabat di akhir 2013 dan sekarang berada di Suriah, ARA News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Berbicara di Pengadilan Administratif Paris, pengacara Samia Maktouf, Bryan kadang-kadang menelepon ibunya Nadine Dancona dari Suriah.
Nadine Dancona menuntut € 110.000 ($ 124.000) dengan alasan, polisi perbatasan di bandara Nice seharusnya menghentikan anaknya karena Bryan pada saat itu berusia 16 tahun, di bawah umur.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Bryan muncul tanpa membawa barang-barang pribadi selain surat-surat identitas dan naik penerbangan ke Turki, pos pendaratan bagi orang-orang yang hendak menuju negeri konflik Suriah.
Maktouf mengatakan, jika Nadine memenangi kasusnya, uang tersebut akan disumbangkan ke lembaga yang terlibat dalam memerangi terorisme.
“Apa yang dia coba lakukan adalah meningkatkan kesadaran otoritas publik,” kata Maktouf. “Apa yang telah terjadi pada ibu Bryan bisa terjadi pada ibu siapa pun,” tambahnya.
Pemerintah Perancis pada April 2014 mendirikan sebuah layanan online bagi keluarga yang menduga anggota keluarganya akan pergi, bertujuan mencegah calon-calon potensial yang mungkin bisa bergabung dengan kelompok bersenjata di Suriah
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Setahun kemudian, Perdana Menteri Manuel Valls mengatakan, hampir 1.900 kasus telah terdaftar, di mana seperempat adalah di bawah umur dan lebih 40 persen gadis-gadis muda.
Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve mengatakan pada Ahad (7/6), sebanyak 113 warga Perancis yang bergabung dengan pejuang di Suriah dan Irak, diyakini telah tewas.
Namun perwakilan Kementerian Dalam Negeri mengatakan kepada persidangan, nama Bryan tidak ada pada catatan polisi tersangka dan hakim negara berpendapat, polisi perbatasan tidak punya alasan pada saat itu untuk menangkap si pemuda yang kini berusia 18 tahun, karena mereka tidak memiliki permintaan resmi dari orang tuanya untuk menghentikannya.
Pengadilan akan memutuskan dalam waktu sekitar dua pekan mendatang.(T/P001/R05)
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah