Jakarta, MINA – Dunia internasional bereaksi keras terhadap serangan militer Israel, Jumat (13/6) dini hari, terhadap sejumlah fasilitas vital di Iran termasuk situs nuklir dan permukiman warga sipil yang menyebabkan jatuhnya puluhan korban, termasuk komandan militer dan ilmuwan nuklir senior Iran.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuduh Israel melakukan “kejahatan berat” dan memperingatkan bahwa Tel Aviv akan menghadapi “hukuman yang sangat keras.” Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer akan terus berlanjut “selama diperlukan.”
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan “penahanan diri maksimum” agar kawasan tidak terjerumus dalam konflik yang lebih dalam. Juru bicaranya, Farhan Haq, mengatakan Guterres sangat prihatin atas serangan terhadap instalasi nuklir Iran, terlebih di tengah berlangsungnya pembicaraan antara Iran dan Amerika Serikat terkait program nuklir Iran.
Negara-negara Timur Tengah seperti Oman, yang selama ini berperan sebagai mediator pembicaraan nuklir antara Washington dan Teheran, mengecam serangan itu sebagai “eskalasi berbahaya dan sembrono.” Oman menyebut tindakan Israel sebagai pelanggaran terhadap prinsip hukum internasional yang mengancam stabilitas regional.
Baca Juga: Mesir Tahan 200 Lebih Aktivis Jelang Pawai Global ke Gaza
Arab Saudi mengeluarkan pernyataan keras, menyebut serangan itu sebagai “tindakan keji” dan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Iran. Saudi juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bertindak dan menghentikan agresi berulang Israel.
Qatar juga menyampaikan keprihatinan mendalam dan menyerukan komunitas internasional untuk segera menghentikan pelanggaran Israel. Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut serangan itu sebagai pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan dan keamanan Iran, serta prinsip-prinsip dasar hukum internasional.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio menyatakan bahwa Israel melakukan serangan tersebut secara sepihak dan bahwa Washington “tidak terlibat langsung.” Ia menegaskan prioritas utama AS adalah melindungi personel dan kepentingannya di kawasan. “Iran tidak boleh menjadikan aset atau personel AS sebagai sasaran,” ujar Rubio.
Negara-negara Barat lainnya pun menyuarakan kekhawatiran. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan serangan itu memprihatinkan dan menyerukan semua pihak untuk meredakan ketegangan. “Stabilitas di Timur Tengah harus menjadi prioritas,” ujarnya.
Baca Juga: Dewan Lokal Prancis Desak Israel Dikeluarkan dari Acara Paris Air Show
Australia, melalui Menteri Luar Negeri Penny Wong, menyatakan keprihatinan mendalam dan meminta semua pihak untuk menahan diri serta kembali ke jalur diplomasi. “Program nuklir dan rudal balistik Iran memang menjadi perhatian, namun eskalasi militer hanya akan memperburuk situasi,” katanya.
Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon menyebut serangan itu sebagai “perkembangan yang tidak diinginkan” dan memperingatkan risiko salah kalkulasi yang tinggi di kawasan.
Dari Asia Timur, Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya menyayangkan penggunaan kekuatan militer di tengah proses diplomasi antara AS dan Iran. “Ini adalah tindakan yang sangat disesalkan dan memperparah situasi,” tegasnya.
Ketegangan antara Iran dan Israel telah meningkat selama beberapa bulan terakhir, namun serangan ini menandai lonjakan konflik yang berpotensi memicu perang regional. Komunitas internasional kini berada di persimpangan genting: memilih eskalasi lebih jauh atau memperkuat upaya diplomatik demi menjaga perdamaian kawasan.
Baca Juga: Menteri Israel Mundur karena Pemerintahnya Gagal Bebaskan Yahudi Haredi dari Wajib Militer
Komandan Garda Revolusi dan Ilmuwan Nuklir Tewas
Sebelumnya Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta mengecam keras serangan udara yang dilancarkan rezim Zionis Israel terhadap sejumlah kawasan di Iran, termasuk ibu kota Teheran, pada Jumat (13/6) dini hari.
Serangan tersebut menyebabkan kematian beberapa tokoh penting Iran, termasuk Komandan Garda Revolusi, Jenderal Hossein Salami, dan dua ilmuwan nuklir terkemuka, Mehdi Tehranchi dan Fereydoon Abbasi.
Dalam pernyataan resminya diterima MINA, Kedubes Iran menyatakan bahwa tindakan militer Israel tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan nasional Iran dan bertentangan langsung dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya Pasal 2 Ayat 4, yang melarang penggunaan kekuatan terhadap integritas wilayah negara lain.
Baca Juga: Pengamat Sebut Dua Badan Intelijen di Balik Serangan terhadap Pesawat Rusia
Serangan yang disebut sebagai “tindakan biadab dan kriminal” itu juga merenggut nyawa sejumlah warga sipil serta para akademisi dan tokoh militer lainnya.
Iran menegaskan, berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, negara tersebut memiliki hak sah untuk melakukan pembelaan diri dan akan merespons “dengan kekuatan penuh pada waktu dan cara yang dianggap tepat.”
Kedubes Iran menyerukan kepada seluruh negara anggota PBB, khususnya negara-negara di kawasan Timur Tengah, negara-negara Islam, dan Gerakan Non-Blok, untuk mengecam serangan tersebut dan segera mengambil langkah kolektif menghadapi eskalasi yang dinilai “berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya.”
Iran juga memperingatkan bahwa segala konsekuensi dari tindakan agresi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah Israel dan sekutu-sekutunya.
Baca Juga: Hind Rajab Gugat Perwira Israel yang Datang ke Belanda
Mereka meminta komunitas internasional, organisasi media, serta aktivis media sosial untuk menyampaikan informasi secara objektif dan meningkatkan kesadaran publik global atas dampak destruktif dari serangan ini.
Hingga berita ini diturunkan, serangan besar-besaran masih terus berlangsung di Teheran. Kantor berita semi-resmi Tasnim melaporkan bahwa selain Jenderal Salami dan dua ilmuwan nuklir, beberapa akademisi terkemuka dan pejabat militer Iran lainnya juga menjadi korban.
Iran telah menegaskan akan memberikan tanggapan “sebagaimana mestinya” terhadap serangan tersebut.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Siapkan Serangan ke Fasilitas Nuklir, Iran: Kami Siap