Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SERBA TERBALIK

Admin - Kamis, 29 Oktober 2015 - 16:09 WIB

Kamis, 29 Oktober 2015 - 16:09 WIB

381 Views ㅤ

(Sumber foto: Sky news)
(Sumber foto: Sky news)

(Sumber foto: Sky news)

Katie Stallard, koresponden Sky News, mengaku melihat biara umat Budha yang berada dekat kamp penampungan Rohingya di Sittwe, Rakhine, Myanmar, dijaga ketat tentara bersenjata lengkap. Mereka berada di belakang susunan karung pasir.

Pimpinan Biara Shwe Zar Di, Aria Vansa, menegaskan bahwa umat Budhalah saat ini yang sedang berada di bawah serangan. Dia menolak mengatakan kata “Rohingya”. Sebab, menurutnya, Rohingya bukanlah nama ras atau suku.

“Indonesia dan Malayasia merupakan tanah Budha. Mereka semua menjadi negara Islam. Begitupun dengan Afghanistan dan Turki. Kami tidak menyerang mereka, merekalah yang menyerang kami. Kami hanya bertahan,” tandas Aria.

Ketika kembali ke kamp pengungsi, Katie tidak menemukan bukti adanya motif serangan oleh Rohingya. Justru, dia menemukan banyak orang sakit, termasuk seorang penderita malaria berusia 13 tahun di dalam rumah kecil yang terbuat dari kayu.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Ayah anak tersebut kini tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki uang untuk membantu anaknya mendapatkan perawatan medis. Sebelumnya, dia bekerja sebagai buruh penarik angkong di sebuah perusahaan.

Di tempat lain, seorang anak mengalami kekurangan nutrisi. Satu kakinya juga terlihat sangat kurus. Ketika bajunya disingkapkan, perutnya yang buncit akan terlihat sangat jelas. Dia juga tampak sangat lesu. “Dia masih berusia enam tahun,” kata ibunya.

Di bagian kamp yang lain, satu keluarga juga sedang sibuk mempersiapkan pemakaman anak laki-laki mereka, Nadir Hussein, 25. Pada 8 November mendatang, Myanmar akan menggelar pemilu. Rohingya hanya bisa berharap dan berdoa tentang keadilan dan kebebasan.

Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian pada 1991 sekaligus kandidat calon presiden Myanmar, juga bungkam mengenai Rohingya. Padahal, seorang saksi yang turut melakukan serangan terhadap Rohingya juga mengaku dikirim untuk membantai umat Islam.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

“Kami dikirim dengan menggunakan bus ke Rakhine. Kami diberi makan gratis dua kali sehari. Sudah merupakan tugas kami untuk berpartisipasi dalam serangan itu,” kata orang tersebut secara anonim kepada Time, dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).(T/P020/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Kolom
Kolom
Indonesia
Kolom