Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seribu Satu Jalan Menuju Surga

Rendi Setiawan - Ahad, 7 Agustus 2016 - 16:08 WIB

Ahad, 7 Agustus 2016 - 16:08 WIB

735 Views

Oleh Dudin Shobaruddin, Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Malaysia

Dalam kehidupan umat manusia sejak dahulu kala sudah diberi pilihan dan dua cara kehidupan baik di diduni ataupun diakherat.

Dalam surat Al-Balad, Allah Ta’ala berfirman;

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Artinya: “Dan Kami tunjukan kepadanya dua jalan.” (Qs. Al-Balad: 10).

Dalam tafsir Ibnu Katsir, arti dari dua jalan itu adalah dua jalan yang mendaki. Dua jalan itu yang mendaki itu mesti dipilih sebab kesatu jalan kebajikan dan kedua adalah jalan keburukan. Pilihlah dengan akal budi yang telah dianugrahkan Allah dan bimbingan taufiq hidayah Ilahi jalan yang baik dan jauhilah jalan yang membawa celaka. (juz 30: hal 162).

Seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Masud dalam Tafsir ibnu Katsir, dua jalan ini adalah jalan yang baik dan yang buruk. Jalan yang baik balasannya adalah surga dan yang buruk adalah neraka.

Bagi orang beriman, mempercayai surga dan neraka merupakan syarat utama dalam rukun iman, sehingga dengan demikian, dia tahu dengan akal yang dianugrahkan mana jalan yang baik yang akan mebawa ke surga dan mana jalan yang buruk yang mebawa ke neraka.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Iman pada surga merupakan sifat orang bertaqwa, jalannya orang-orang sholeh, jejaknya para nabi dan rasul, yang menjadi ketentraman aqidah mereka, baiknya perbuatan mereka, baik budi pekertinya. Ini keutamaan iman pada surga. Di antara beberapa keterangan tentang bagaimana jalan menuju surga dapat tercapai, berikut adalah hadist-hadits yang berkenaan dengannya;

Pertama, orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat

Mengucapkan dua kalimat syahadat adalah merupakan prasyaratan utama seorang hamba menjadi muslim. Ia adalah satu pengakuan bahwa tiada hak yang wajib disembah melainkan Allah dan mengakui bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Jika seseorang telah menyatakan hal tersebut, maka dia adalah seorang muslim yang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dalam istilah lain bahwa setiap individu yang telah menyatakan bai’atnya, yaitu sumpah setia kepada Allah melalui utusan-Nya untuk mentauhidkan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Ini syahadah (persaksian) kepada Allah, sementara syahadah pada Rasul-Nya adalah mengakui bahwa Muhammad adalah hamba yang diutus Allah untuk menjadi contoh bagi umatnya dalam menghambakan dirinya kepada Allah.  Keduanya adalah mata rantai yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Allah berfirman

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbae’atkepadamu (Muhammad, masuk Islam) adalah berbae’at kepada Allah, tangan Allah diatas tangan mereka, barangsiapa yang meruksak bae’atnya dia telah meruksak dirinya, dan barang siapa yang menepati bae’atnya  sepertinya yang dijanjikan Alah maka allah akan memberinya pahala yang besar” (Qs. Al-Fath:10).

Ayat di atas ada kaitannya dengan kesaksian keimanan seseorang hamba kepada khaliknya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalallam dari  Ubadah bin Shamit telah bersabda:

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

منْ شَهِدَ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ مِنْ أَبْوَابِهَا الثَّمَانِيَةِ أَيِّهَا شَاَء

 وفى رواية مسلم : أدخله الله على ما كان من عمل. . هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ ، أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ

Artinya: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah melainkan Allah dan tiada sekutu bagiNya dan Muhammad adalah hamda dan utusan-Nya , dan Isa adalah hamda dan utusan-Nya, dan kalimahNya yang ditiupkan kepada Maryam serta ruh yang ditiupkannya, bersaksi bahwa Jannah atau Surga adalah benar, neraka adalah benar,  Allah akan memasukan ke dalam surga darimana pintu yang dai suka, yang memiliki 8 pintu”. –Dalam riwayat dari Muslim, “Allah memasukannya kedalam surga sesuai dengan amal perbuatannya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Tidak cukup dengan pernyataan, tapi juga memerulkan komitmen dengan menepati janji dan persaksiannya apa yang perlu dilakukan sebagai amal soleh yang akan mengantarkannya ke surga.

Kedua, iman kepada surga membangkitkan semangat beramal

Menyakini dan mempercayai akan adanya surga tidak cukup dengan pengakuan semat, ia perlu dibuktikan dengan amal perbuatan. Karena itu hamba yang mengimaninya akan timbul rasa keinginan yang tinggi dalam usah mengejarnya  untuk memasukinya.  Dalam satu atsar yaitu perkataan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Haram bin Hiban:

Surga merasa aneh bagaimana yang mencarinya terlantar tidur, dan aneh bagi neraka bagaimana  ia tidur sedang ia dikejarnya…”.

Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital

Semua kita menginginkan masuk ke dalam surga, tapi apakah mungkin kita meraihnya dengan hanya tidur? Tentu tidak ia perlu semangat beramal, semangat berjuang, semangat menmpuh apapun yang harus dilaluinya. Kerikil-kerikil tajam harus dilalui dan ditempuhnya, kesempitan dan kesusahan harus dilaluinya. Lihat para sahabat, bebagai macam halangan dan rintangan tidak sedikitpun mematahkan semangatnya untuk meraih surga Allah ini.

Siapapun para sahabat terutama sahabat yang terdahulu masuk Islam, bagaimana mereka mendapat tantangan yang luar biasa dari kaum kuffar Qurasy, yang memaksa mereka hijrah ke Thaif, hijrah ke Ethiopia dan seterusnya hingga hijrah ke Madinah yang pada akhirnya menjadi pusat kegiatan dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahahabatnya.

Yang menginginkan surga tentu harus beramal sesuai dengan petunjuk nabi, mulai dari pagi sampai tidur kembali jangan ada satu incipun yang jauh dari lingkaran yang bakal menjauhkan dari surga. Sebaliknya orang yang  tidak menghendaki masuk neraka juga demikian bagaimana dia menjauhi hal-hal yang mendekatkan dengan api neraka. Dia tidak lari dari kemungkaran, tidak menjauh dari ancaman, sedang neraka terus menunggu kita. Sekiranya kita tidur dalam keadaan tidak menjauhnya tentu kita akan terjerumus ke dalamnya.

Ketiga, mengimani adanya surga membangkitkan semangat berkorban

Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!

Bagi setiap orang yang mencintai dan merindui seseorang atau bagi seseorang yang menghendaki satu cita-cita, maka tentu lazimnya adalah berani berkorban baik itu waktu, keuangan dan lain-lainnya. Begitupun dalam hal Jannah atau Surga yang dipercayai dan diidam-idamkannya tentu harus melalui pengorbanan.

Disini, minimal ada dua pengorbanan yang harus ditempuh.

Bersabar dengan Penyakitnya

روى البخاري في صحيحه بسنده عن عطاء بن أبي رباح قال: قال لي ابن عباس: “ألا أُرِيكَ امرأةً من أهلِ الجنةِ؟ قلت: بلى، قال: هذه المرأة السوداء، أتت النبيَّ صلى الله عليه وسلم فقالت: إني أُصرَع، وإني أتكشَّف، فادعُ الله لي، قال: “إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ ولكِ الجنةُ، وإن شئتِ دعوتُ اللهَ أن يعافِيَكِ”، فقالت: أصبرُ…(بخاري رقم : 5652 ومسلم رقم:2576)

Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI

Artinya: Diriwayatkan oleh Bukhary dari Atha bin Abi Rabah berkata: berkata kepada Ibnu Abas, apakah kamu tidak melihat seorang perempuan dari ahli Surga? Tentu, dia berkata lagi: Wanita ini hitam ini telah datang kepada baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata: Saya adalah orang memiliki penyakit epilepsy/ayan, doakanlah kepada Allah untuk kesembuhan, maka Nabi bersabda: sekiranya kamu sobar maka bagimu adalah surge, jika kamu menghendaki aku berdoa kepada Allah supaya menyembuhkanmu, maka wanita berkata: saya akan bersobar.  (Hr. Bukhari No. 5652 dan Muslim No. 2576).

Dengan penyakit yang menimpa kepada wanita ini sekiranya Allah tidak menyembuhkannya maka dia rela untuk bersabar, dan baginda nabi memberi khobar gembira atas kesabarannya dengan Surga. Inilah sebuah pengorbanan bagi seorang hamba yang beriman, apapun yang menimpa atas kehendak Allah sekiranya tidak juga sembuh setelah berusaha dengan pengobatan dan doa maka diakhir kemudian dihadapi dengan kesobaran dan ganjaran yang akan diterima adalah surga.

Ikhlas dengan Jiwa dan Hartanya

Pengorbanan adalah merupakan seni untuk meraih segala cita-cita dan keinginan. Tanpa pengorbanan maka mustahil cita-cita itu dapat dicapai. Sebagai contoh, seorang yang ingin meraih gelas samada S1, S2 dan S3 maka berapa uang yang harus dikorbankan, berapa lama waktu yang diperlukan dan berapa tenaga, pikiran yang harus dituangkan. Apalagi urusan surgawi, yang sudah tentu perlu pengorbanan.

Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika

Kalau sebelum ini pengorbanan dari segi kesehatan maka kini giliran keuangan atau harta kekayaan. Banyak firman Allah dan hadits Rasulullah menyentuh akan hal ini dalam bab khusus yaitu bab Zakat, infaq dan Shodaqah. Pelaksanaannya tentu dengan segala syarat dan kerriteria yang telah ditentukan menurut al-Quran dan Sunnah. Umpanya sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam,

Yang artinya: “Dari Abi Ayub Al-Anshori berkata, seseorang telah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: berikanlah kepadaku, amalan apa yang menyebabkanku masuk surga? Nabi bersabda: “Kamu memperibadati Allah dengan tidak mempersekutukannya, menegakan shalat, mengeluarkan zakat dan menjalin tali shilaturahim.

Dalam Al-Qur’an, Allah telah mengulang-ulang tentang wajibnya mengorbankan harta dan jiwa sekalipun dalam mengejar surgawi. Sebagai contoh firman Allah;

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram

Artinya:“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”. (Qs. At-Taubah: 111)

Disini, Allah menegaskan janji-Nya kepada orang-orang beriman yang mengorbankan jiwa raga dan harta benda mereka di jalan-Nya, dengan menggunakan kalimat ‘membeli’ yang maksudnya menukar jiwa dan harta itu dengan surga sebagai harga dari apa yang telah mereka korbankan itu. Mereka berjihad di jalan Allah sehingga dapat membunuh para musuh Allah ataupun terbunuh/syahid. Allah menegaskan kebenaran akan janji-Nya dalam Taurat dan Injil, sebagaimana juga ditegaskan dalam al-Qur’an.  Tentu tiada seorangpun yang dapata menandingi ketulusan dan ketepatan dalam janjinya melebihi Allah Ta’ala.

Karena itu, berembiralah wahai orang-orang yang beriman, yang berjihad di jalan-Nya yang telah kalian korbankan, baik jiwa ataupun harta yang fana ini karena Allah menggantinya dengan surga yang kekal selamanya. Jual beli seperti ini tentu suatu keuntungan yang amat besar bagi orang-orang beriman yang tidak tolok bandingnya. (P011/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Kolom
Kolom
Indonesia
Kolom