Seruan Bersama Menolak Aneksasi Tepi Barat Palestina Menggema di Jakarta

(Foto: Abdullah/MINA)

Jakarta, MINA – Umat manusia di dunia diserukan untuk bersatu-padu menghentikan segala aksi brutal Israel yang mengancam perdamaian di Timur Tengah serta berisiko mengganggu kestabilan dan keamanan dunia.

Seluruh masyarakat dunia juga diserukan untuk dengan tegas menolak rencana pencaplokan dengan paksa () Israel terhadap bagian yang lebih besar dari Palestina mulai awal Juli 2020.

Pencaplokan tersebut bukan saja sebuah pelanggaran terhadap hak azasi manusia yang berat namun juga merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelecehan terhadap hukum internasional.

Seruan bersama ini mengemuka pada saat Konferensi Pers ‘Menolak Aneksasi Tepi Barat Palestina’ yang digelar Al Aqsa Working Group (AWG) bersama Maemuna Center (Mae-C) di Jakarta, Kamis (25/6).

Konferensi Pers disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Kantor Berita MINA dan Al Jama’ah TV ini menghadirkan pembicara Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun, Ketua Umum AWG Agus Sudarmadji, Ketua Presidium Medical Emergency Rescue – Committee (MER-C) dr. Sarbini Abdul Murad, dan Wartawan senior Aat Surya Safaat, serta dimoderatori oleh Kepala Redaksi Arab MINA Rifa Berliana Arifin.

Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur menekankan, berbagai komponen perjuangan harus bekerja lebih serius dan sungguh- sungguh dalam upaya mewujudkan kemerdekaan Palestina dan membebaskan Masjid Al-Aqsa.

“Kita semua harus ikut berjuang menuju kemenangan Al-Aqsa dan Palestina, bertindak dalam posisi apapun sesuai bidang masing-masing, dan jangan pernah berhenti,” tegas Imaam Yakhsyallah yang juga selaku Pembina Utama AWG.

Dia memberikan bukti sejarah, betapa Nabi Muhammad telah beramal, bekerja, dengan sungguh-sungguh dan serius sepanjang 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.

“Kemudian terjadilah pembebasan Mekkah,” ujarnya di hadapan puluhan wartawan, perwakilan organisasi kemanusiaan, pondok pesantren, dan mahasiswa.

Dalam kesempatan itu, Dubes Zuhair Al Shun menyatakan apresiasi tertinggi untuk Indonesia yang terus konsisten mendukung negara Palestina. Pemerintah Indonesia dinilai menunjukan posisi yang jelas dalam bersikap, termasuk masalah aneksasi yang akan dilakukan Israel.

Menurutnya, Indonesia dinilai terus menyuarakan seputar kemerdekaan masyarakat Palestina. Indonesia juga ikut mendukung hak dari bangsa Palestina hingga saat ini, bahkan memutuskan tetap tidak melakukan hubungan diplomatik dengan Israel.

“Kami mengapresiasi langkah Menteri Luar Negeri Republik Indonesia yang secara cepat merespons rencana Israel menganeksasi Tepi Barat. Tentu dukungan ini sangat penting, bukan saja bagi bangsa Palestina, tetapi juga bagi dunia Islam,” kata Al Shun.

Perburuk Kondisi Kemanusiaan

Ketua Presidium MER-C dr. Sarbini Abdul Murad mengatakan, rencana Israel yang akan mencaplok wilayah Tepi Barat, Palestina, bisa memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah itu.

Menurutnya, dunia Barat, Timur, hingga dunia Islam menolak dan mengecam langkah Israel. Dia menegaskan, hanya Amerika Serikat yang sangat mendukung rencana aneksasi Israel yang sesuai jadwal akan dilakukan pada 1 Juli mendatang.

“Kami secara tegas mengecam langkah aneksasi karena sangat berbahaya bagi kemanusiaan. Kami sebagai lembaga kemanusiaan mengapresiasi AWG yang merespons tindakan sepihak Israel,” tegas Sarbini.

Aneksasi atau pencaplokan dengan paksa wilayah Tepi Barat merupakan bagian dari rencana perdamaian Timur Tengah atau Deal of the Century (Kesepakatan Abad Ini)” yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 28 Januari lalu. Sebagai barter atas pengakuan Palestina sebagai negara merdeka yang berdaulat, AS menawarkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tidak terbagi.

Selain itu, dalam proposal Trump, Israel akan mencaplok 30-40 persen tanah dari Tepi Barat, termasuk semua bagian Yerusalem Timur yang selama ini diimpikan Palestina sebagai ibu kota negara mereka saat nantinya merdeka. Sementara, wilayah Palestina yang kian sempit dalam rancangan itu tinggal berupa noktah-noktah yang dihubungkan oleh jembatan dan terowongan.

Secara sepihak, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang kembali memimpin pada akhir Mei lalu bertekad mewujudkan rencana AS tersebut. Netanyahu mengatakan, Israel tidak akan melewatkan “peluang bersejarah” untuk memperluas kedaulatannya di Tepi Barat.

Beberapa bulan terakhir PM Netanyahu secara lebih dari satu kesempatan menegaskan untuk memulai aneksasi 30 persen wilayah Tepi Barat pada awal Juli mendatang.

Boikot Produk Israel dan Peran Media

Sementara Ketua Umum AWG Agus Sudarmaji menyatakan, pihaknya mengajak semua pribadi dan lembaga yang peduli terhadap nasib Palestina dan Masjid Al Aqsa untuk selalu bersikap positif, optimistis, sabar dan tidak berfrustrasi dalam memberikan dukungan nyata terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina dan Al Aqsa.

“Sikap positif tersebut perlu diiringi dengan doa kiranya Allah Yang Maha Kuasa memberikan keselamatan terhadap bangsa Palestina dan seluruh warga dunia, aamiin,” kata Agus.

Dia ,melanjutkan, AWG sebagai lembaga yang dibentuk dari berbagai elemen untuk mendukung Palestina ini juga menyerukan komunitas internasional untuk memberikan sanksi terhadap Israel, salah satunya dengan memboikot produk-produk Israel maupun produk yang mendukung zionisme.

“Rekan-rekan di Malaysia sudah melakukan boikot yang masif dan produk-produk disebutkan mendukung zionsime terdampak akibat sikap boikot itu,” ujar Agus.

Menurutnya, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes agar Israel membatalkan rencananya menganeksasi wilayah Palestina di Tepi Barat dan Lembah Jordan yang kemungkinan akan dilakukan pada awal Juli tahun ini.

Selain itu, wartawan senior Aat Surya Safaat menyatakan optimistis media massa dan media sosial (medsos) bisa menjadi kekuatan alternatif untuk menekan keangkuhan Israel, termasuk membatalkan rencana Pemerintah Zionis tersebut yang akan menganeksasi wilayah Tepi Barat Palestina.

“Wartawan dan pengguna medsos bisa mempengaruhi opini publik dunia bagi penghentian rencana aneksasi Israel atas wilayah Tepi Barat yang merupakan bagian dari rencana ‘Deal of tge Century’ yang diprakarsai Amerika,” imbuhnya.

Menurut mantan Kepala Biro Kantor Berita ANTARA di New York yang juga pernah menjadi Direktur Pemberitaan ANTARA itu, sejarah membuktikan bahwa pers berperanan besar dalam mengakhiri perang Vietnam dan menghentikan politik apartheid di Afrika Selatan, bahkan mendorong pengakuan Kemerdekaan RI oleh dunia internasional.

Penerima “Press Card Number One” dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Hari Pers Nasional di Banjarmasin Kalimantan Selatan 9 Februari 2020 itu lebih lanjut menyatakan keyakinannya bahwa media massa di dunia internasional bisa menjadi kekuatan alternatif untuk menghentikan kekejaman Israel atas Palestina.

Ia menilai, media massa bisa berperan melakukan “second track diplomacy” dalam mendorong negara-negara besar dan berpengaruh seperti Russia dan China untuk menghentikan rencana aneksasi Israel atas Tepi Barat Palestina.

Salah satu pendiri Mi’raj Islamic News Agency (MINA), kantor berita yang menyiarkan berita dalam Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab itu juga mengungkapkan telah terbentuknya Aliansi Media Muslim Internasional atau IMMA (International Muslim Media Alliance) pada 26 Mei 2016 di Jakarta.(A/R1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Comments are closed.