Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SETAHUN PEMBANTAIAN 2.147 WARGA PALESTINA OLEH ISRAEL

Rudi Hendrik - Rabu, 8 Juli 2015 - 21:08 WIB

Rabu, 8 Juli 2015 - 21:08 WIB

822 Views

Reruntuhan bangunan akibat agresi Israel pada 7 Juli-26 Agustus 2014 menjadi pemandangan sehari-hari warga Palestina di Jalur Gaza. (Foto: AA)
Reruntuhan bangunan akibat agresi <a href=

Israel pada 7 Juli-26 Agustus 2014 menjadi pemandangan sehari-hari warga Palestina di Jalur Gaza. (Foto: AA)" width="300" height="204" /> Reruntuhan bangunan akibat agresi Israel pada 7 Juli-26 Agustus 2014 menjadi pemandangan sehari-hari warga Palestina di Jalur Gaza. (Foto: AA)

Oleh: Rudi Hendrik, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Setelah satu tahun, tidak satu pun desa di Jalur Gaza yang tidak memiliki tanda-tanda bekas perang setelah agresi ketiga Israel.

Padahal sejak tanggal 7 Juli 2014, Israel melancarkan perang terhadap Jalur Gaza yang bernama Operasi Protective Edge dan berakhir pada 26 Agustus 2014.

Adapun kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza menamai perang itu “Eaten Straw”, mengacu pada ayat Al-Quran tentang kekalahan musuh-musuh Islam.

Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina, reruntuhan yang diciptakan oleh perang 51 hari itu diperkirakan hampir 2,5 juta ton.

Puing-puing ini selalu ada di depan mata warga Palestina, mengingatkan mereka tentang konsekuensi yang dahsyat dan kepahitan dari agresi Israel.

Jalur Gaza dikenal sebagai daerah yang paling padat penduduknya di dunia dengan 1,8 juta penduduk.

Selama 51 hari, daerah kantong terblokade ini dihujani agresi militer Israel melalui darat, laut dan udara.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Laporan Departemen Kesehatan Palestina menyebutkan, agresi brutal militer Israel menyebabkan pembunuhan terhadap 2.147 warga Palestina, di antaranya 578 anak, 489 wanita dan 102 orang tua. Sebanyak 11.000 warga Palestina terluka.

Menurut laporan itu, Israel membantai 144 keluarga, menewaskan tiga atau lebih anggota keluarga dari masing-masing.

Di sisi lain, pernyataan pejabat Israel telah mengungkapkan bahwa 68 tentaranya tewas, empat warga sipil dan satu pekerja asing.

Jumlah warga dan tentara Israel yang terluka adalah 2.522. Sebanyak 740 di antaranya adalah tentara dan sekitar setengah dari mereka telah menjadi cacat, menurut laporan Israel yang dirilis pekan lalu.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Selama perang, Brigade Qassam sebagai sayap militer Hamas, mengumumkan pada 20 Juli 2014, telah menahan tentara Israel bernama Shaul Aaron.

Dua hari kemudian, tentara Israel mengakui mereka telah kehilangan Aaron yang mereka duga kemungkinan besar tewas dalam pertempuran melawan pejuang Hamas.

Israel menuduh Hamas menahan mayat perwira Israel lainnya, Hadar Goldin, yang dianggap tewas dalam bentrokan bersenjata di timur kota Rafah pada tanggal 1 Agustus 2014. Namun Hamas membantah klaim itu.

Harian Israel baru-baru ini menerbitkan laporan seputar kemungkinan adanya tentara yang masih “hidup” dan ditahan oleh Hamas.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Selama agresi terbesar Israel terhadap Jalur Gaza itu, pasukan Israel melancarkan total 60.664 serangan udara, darat dan laut terhadap wilayah terblokade itu.

Menurut statistik yang dikumpulkan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) yang berkoordinasi dengan Program Pembangunan Nasional Bersatu (UNDP), jumlah unit rumah yang hancur total mencapai 12.000, dengan jumlah rumah rusak sebagian mencapai 160.000.

Menurut laporan PBB, penampungan UNRWA telah menampung 300.000 pengungsi di lebih 91 sekolah dan fasilitas milik PBB.

Masih ada sekitar 22.000 warga Palestina berstatus tunawisma di tempat penampungan dan akomodasi sementara, atau hidup dengan keluarga mereka.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina serta organisasi-organisasi amal Arab dan internasional, telah mendistribusikan rumah bergerak untuk mereka yang terkena dampak agresi terbaru.

“Jumlah unit perumahan sementara (kafilah) yang ditempati telah mencapai sekitar 600 rumah bergerak. Penduduknya hidup dalam kondisi yang sangat prihatin,” kata panitia penampungan dari Kementerian.

Menurut statistik dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), serangan Israel menyebabkan total 22 sekolah hancur, selain merusak 118 lainnya.

Kementerian Ekonomi Palestina menaksir kerugian langsung dan tidak langsung di rumah-rumah dan infrastruktur, dan kerugian ekonomi nasional di seluruh Jalur Gaza, total sekitar 5 miliar dolar.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Lima ratus fasilitas ekonomi, besar dan strategis, menengah dan kecil, rusak.

Menurut Departemen Pertanian, perang menyebabkan kerugian di sektor pertanian mencapai 550 juta dolar.

Kementerian Wakaf Keagamaan mengatakan, 64 masjid hancur total selama agresi dan 150 lainnya rusak sebagian.

Menurut Departemen Kesehatan, pesawat Israel menargetkan lebih dari 30 rumah sakit dan pusat kesehatan.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Menurut Sindikat Nelayan, sekitar 4.000 nelayan yang mendukung lebih 50.000 warga, terkena kerugian besar selama agresi, melebihi 6 juta dolar.

Bank Dunia merilis sebuah pernyataan pada tanggal 22 Mei 2014 yang mengatakan, tingkat pengangguran di Jalur Gaza telah mencapai 43 persen, persentase pengangguran tertinggi di dunia.

Hampir 80 persen dari penduduk menerima manfaat jaminan sosial dan 40 persen dari mereka masih mendekam di bawah garis kemiskinan.

Di bawah naungan Mesir, Israel mencapai gencatan senjata dengan kelompok Palestina di Jalur Gaza pada 26 Agustus 2014.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Gencatan senjata mengakhiri perang 51hari dan itu termasuk dalam ketentuan dimulainya kembali perundingan Palestina-Israel secara tidak resmi dalam waktu satu bulan sejak berlakunya gencatan senjata.

Pihak Palestina dan Israel sepakat pada 23 September 2014 untuk mengadakan perundingan tidak resmi dengan mediasi Mesir, bertujuan memperkuat gencatan senjata. Sumber: AA. (T/P001/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Rekomendasi untuk Anda