Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setahun Serangan di Gaza Justru Memiskinkan Israel

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - 1 jam yang lalu

1 jam yang lalu

11 Views

Seorang Yahudi tua menyisihi makannya di bahu jalan pejalan kaki Tel Aviv. (Al Mayadeen)

Gaza, MINA – Satu tahun penuh Israel menyerang Gaza, Palestina. Israel yang berdalih membela diri, justru melakukan genosida di Gaza yang kemudian berdampak negatif pada ekonomi negara Zionis itu.

Dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (12/10), konsekuensi itu memberikan ancaman kemiskinan yang kini membayangi penduduk Israel. Ekonomi Israel telah menunjukkan tanda-tanda kelemahan besar, bahkan sebelum peristiwa 7 Oktober setahun silam.

Namun, situasinya diperburuk dengan adanya serangan Israel ke Gaza. Selama kuartal keempat tahun 2023, PDB Israel berkontraksi sebesar 21 persen.

Meskipun mengalami pemulihan sebesar 14 persen pada kuartal pertama tahun 2024, pertumbuhan melambat dan berada pada angka 0,7 persen pada kuartal kedua.

Baca Juga: Israel kembali Larang Warga Palestina Shalat Jumat di Masjid Ibrahimi

Hal itu mendorong para ekonom seperti Jacques Bendelac memperingatkan kemungkinan resesi jika perang tidak segera berakhir.

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memperkirakan pada bulan Agustus lalu bahwa serangan Israel ke Gaza —yang sekarang merupakan perang terpanjang sejak tahun 1948— berpotensi berlanjut hingga tahun 2025.

Ekonomi Israel juga menghadapi ancaman perang dari berbagai sisi karena agresi di front utara dengan Lebanon meningkat.

Tiga lembaga pemeringkat utama, termasuk Fitch, menurunkan peringkat utang Israel, yang mengindikasikan bahwa Israel berpotensi tidak dapat memenuhi kewajiban utangnya, meskipun peringkat kredit saat ini masih tetap tinggi.

Baca Juga: Palestina Sambut Baik Bergabungnya Bolivia di ICJ

Sektor pertumbuhan utama Israel adalah teknologi dan industri persenjataan, yang keduanya dikecualikan dari risiko perang sampai batas tertentu.

Namun, bidang-bidang utama lainnya seperti pariwisata, konstruksi, dan pertanian mengalami pukulan berat dan dinilai dapat mati satu demi satu, menurut Bendelec.

Setelah 7 Oktober 2023, Israel berhenti mengeluarkan izin kerja untuk warga Palestina, yang merupakan mayoritas angkatan kerja, mengakibatkan kekurangan tenaga kerja yang signifikan.

“Sebelum perang, sekitar 100.000 warga Palestina diberi izin kerja di wilayah pendudukan, dibandingkan dengan 8.000 saat ini,” ungkap Kav LaOved, organisasi hak buruh Israel. (Kmh)

Baca Juga: WHO: Hampir Tidak Ada Layanan Kesehatan Tersisa di Gaza Utara

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda