Jenewa, MINA – Martin Griffiths, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat memperingatkan, lebih dari setengah penduduk Gaza atau satu juta orang berdesak-desakan di Rafah, Gaza selatan menghadapi ancaman kematian.
Griffiths menyebut, warga Palestina di Rafah hanya mempunyai sedikit makanan, sulit mendapatkan akses perawatan medis, tidak ada tempat untuk tidur dan aman dari agresi pendudukan Israel.
“Mereka, seperti seluruh penduduk Gaza adalah korban serangan yang intensitas, brutal dan cakupannya tidak ada yang menandingi,” kata Griffiths seperti dikutip dari Wafa, Rabu (14/2).
Ia memperingatkan komunitas internasional akan konsekuensi berbahaya dari setiap invasi darat di Rafah dan menekankan bahwa Pemerintah Israel tidak dapat terus mengabaikan seruan ini.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
“Sejarah tidak akan baik. Perang ini harus diakhiri,” pungkasnya.
Militer pendudukan Israel terus memborbardir Jalur Gaza baik melalui darat maupun udara sejak 7 Oktober 2023. Jumlah korban warga sipil Palestina terus bertambah, setidaknya 28.340 meninggal atau syahid dan 67.984 lainnya terluka.
Serangan membabi-buta Israel juga menyebabkan 86 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur wilayah kantong tersebut hancur, menurut data PBB. (T/RE1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza