Dengan Shalat Gerhana, Kita Tingkatkan Ketaatan Kepada Allah dan Rasul-Nya dalam Mewujudkan Kehidupan Berjama’ah
Oleh : Wahyudi KS
بــــســم الله الرحمن الرحيم
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَـيِّأَتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
وَالصَّلَاة وَالسَّلَام عَلَى رَسُول الله وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَه, مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَألَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا ِالله,
أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ () يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا () يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا () يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا () أمـّا بعد :
فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Hadirin, Jama’ah Shalat Gerhana yang mengharap ampunan dan ridlo Allah
Siang ini kita menyaksikan peristiwa penting, yaitu terjadinya gerhana matahari. Sebagaimana telah disyariatkan dalam ajaran Islam, setiap kali terjadi gerhana, baik bulan maupun matahari disyariatkan mendirikan shalat gerhana. Peristiwa ini sebagai tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk meningkatkan taqwa kita kepada-Nya, Rabb yang Maha Kuasa mengatur segala keadaan dan kejadian. Allah Ta’ala adalah satu-satunya yang wajib kita sembah, kepada-Nya bergantung semua makhluk. Maka, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. Karena seorang hamba dimuliakan Allah sejauh mana ketaqwaan hamba tersebut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Harta berlimpah, jabatan tinggi dan panjangnya gelar bila tanpa taqwa, maka tidaklah menjadikan seseorang mulia di sisi Allah.
Jama’ah Shalat Gerhana yang Mengharap ampunan dan ridla Allah
Di antara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah keteraturan peredaran alam semesta ini. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan ciptaan Allah yang menghiasi seluruh peredaran benda-benda di jagat raya. Terbit dan terbenamnya matahari dan bulan, serta keteraturan perjalanan semua benda-benda langit merupakan sunnatullah, karena semua itu berjalan sesuai dengan perintah Allah semata.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Kita telah menyaksikan betapa Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan alam semesta dan seluruh isinya, mengatur peredaran waktu, pergantian siang dan malam, mengatur peredaran seluruh benda langit yang tak terhingga jumlahnya tanpa terjadi benturan antara satu dengan yang lainnya, semua itu memberi pelajaran bagi hamba-Nya untuk senantiasa berfikir dan tafakur mengambil hikmah atas seluruh peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat 190 :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal”
Demikian pula dalam surat Luqman ayat 29, disebutkan :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَأَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Jama’ah Shalat Gerhana yang dirahmati Allah
Sudah menjadi kewajiban manusia yang dikaruniai akal fikiran untuk memahami ayat-ayat kauniah yang terbentang di alam maya pada ini. Dengan adanya perintah dan petunjuk untuk senantiasa memahami alam semesta ini, maka atas dasar ini pemahaman manusia terhadap alam semesta akan semakin bertambah. Hal ini dapat dibuktikan ketika para ilmuwan muslim menemukan banyak kecocokan gejala-gejala alamiah antara ayat-ayat kauniah, dengan ayat-ayat qauliyah, yakni Al Qur’an. Maka tidak jarang dari mereka yang masuk Islam karenanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Apabila kita renungkan secara seksama, maka semua makhluk yang diciptakan Allah, baik benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa, pada hakekatnya semua itu tunduk dan patuh kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah,
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri”. (QS. An-Nahl ; 49)
Hamba-hamba Allah yang mengharap ampunan dan ridla-Nya
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Untuk itu, peristiwa terjadinya gerhana matahari merupakan proses fenomena alam dalam menjalankan keteraturannya sesuai orbit peredarannya yang telah di atur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pada jaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, terjadinya gerhana yang pertama kali yaitu gerhana matahari pada pagi hari tanggal 29 Syawwal tahun ke 10 Hijriyah, bertepatan dengan hari Senin tanggal 27 Januari 623 Masehi. Masyarakat Madinah di kejutkan dengan hilangnya cahaya matahari di pagi hari.
Orang-orang saat itu menyangka, gerhana yang terjadi pada saat itu sebagai tanda matinya seseorang yang ternama atau dilahirkan seorang raja. Dan momen saat itu bertepatan dengan wafatnya Ibrahim putra tercinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Rasul sekaligus Imaamul Muslimin / pemimpina umat memberi penjelasan kepada para sahabat saat itu. Dan diserukan Ash shalatu Jaami’ah (Mari kita shalat berjama’ah); yang maksudnya mengajak jama’ah kaum muslimin agar berkumpul untuk shalat gerhana berjama’ah, laki-laki maupun perempuan. Dan untuk mendengarkan khutbah beliau sehubungan dengan gerhana matahari tersebut, dengan khutbah yang isinya antara lain, beliau bersabda :
إنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ». ثُمَّ قَالَ « يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِىَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِىَ أَمَتُهُ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah. ”Kemudian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda :
Wahai ummat Muhammad, demi Allah, tidak ada dzat yang lebih pencemburu dari pada Allah, melebihi cemburunya kalian ketika budak lelaki dan budak perempuan kalian berzina. Wahai Ummat Muhammad, demi Allah, andai kalian tahu apa yang aku tahu, kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (Shahih Al Bukhari, Juz 4, hal. 254, no. 1044)
Setelah disampaikan khutbah itu, para sahabat pun banyak yang menangis karena keimanannya kepada takdir yang diterima dari Allah dan Rasul-Nya.
Di antara hikmah yang kita dapatkan dari peristiwa gerhana ini adalah Matahari, Bumi dan Bulan yang begitu besar dapat melaksanakan ketaatan pada Maha Pencipta, Allah Azza wa Jalla.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Kita sebagai hamba-hamba Allah, makhluk yang sangat kecil dibandingkan alam semesta ini, semestinya lebih takut dan wajib untuk istiqamah dalam taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada Ulil Amri selama haq, dalam mewujudkan kehidupan berjama’ah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An Nisa: 59)
Dalam hadis Riwayat Abu Hurairah ra., Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَد اَطَاعَ الله وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى الله وَمَنْ يُطِعِ الْاَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَن يَّعْصِ الْاَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي.
“Barang siapa menaatiku, maka sesungguhnya ia telah menaati Allah dan barang siapa memaksiatiku maka sesungguhnya ia memaksiati Allah, dan barang siapa menaati amir maka sesungguhnya ia menaati aku, dan barang siapa memaksiati amir maka sesungguhnya memaksiatiku”. (HR. Muslim)
Jama’ah Shalat Gerhana yang dimuliakan Allah
Dalam Khutbah Gerhana tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan dengan enam hal :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
- Berdo’a kepada Allah, memohon ampun dengan banyak istighfar dan mengharap ridla serta karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Bertakbir, mengagungkan Allah dengan lisan dan perbuatan, mengikis segala bentuk arogansi dan kesombongan. Tumbuhkan rasa takut hanya kepada Allah Yang Maha Pemilik jagat raya alam semesta ini. Jika Allah berkehendak, sangat mudah untuk memadamkan cahaya matahari dan bulan, sehingga dunia gelap gulita selamanya.
- Mendirikan Shalat, untuk tetap komitmen beribadah kepada Allah, dalam kondisi apapun. Setiap muslim diwajibkan shalat lima waktu sesudah baligh dan selama akalnya sehat.
- Bersedekah, Sedekah adalah bukti keimanan seseorang kepada Allah, dan Rasul-Nya, dan beriman kepada akhirat. Semua kebaikan seorang muslim akan dinilai sedekah, selama ia menjaga niatnya yang ikhlash, dan tuntunan sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
- Menjaga diri dari maksiat, Hendaknya setiap kita berusaha menjaga kesucian diri kita, maka berjuanglah untuk selalu menghindar dari kemaksiatan, dan tetaplah dalam ketaatan.
- Banyak menangis dan sedikit tertawa, sebagai ciri dari keimanannya kepada hari pembalasan, bahwasanya manusia lebih banyak yang merugi daripada yang beruntung. Oleh karena itu, kita lebih baik banyak menangis di dunia memohon ampunan Allah, dengan tetap istiqamah dalam ketaatan, walau banyak rintangan, godaan, dan bahkan ancaman. Kita tetap bertahan dalam kebenaran, mengutamakan kecintaan kepada Allah, dan kepada Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah.
Jama’ah Shalat Gerhana yang dirahmati Allah
Marilah peristiwa gerhana ini kita jadikan momen awal perubahan diri kita untuk menjadi lebih baik. Kita tekadkan, bahwa sesudah ini kita bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan kesalahan. Momentum emas ini terjadi di penghujung bulan Ramadlan. Kita bertekad untuk selalu meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal sholeh, agar kita dapat istiqamah dalam melaksanakan kebenaran Islam seraya berjama’ah, terpimpin oleh seorang Imaam, dan pulang kepada Allah dengan husnul khatimah.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberikan cahaya-Nya kepada kita, agar tidak terjadi gerhana keimanan pada pada diri kita. Dan semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa menyertai kita dan membimbing kita agar senantiasa di atas jalan yang lurus.
Marilah kita tundukkan hati dan fokuskan pikiran kita untuk berdo’a kepada-Nya.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ, اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤمِنِيْنَ وَالمُؤمِنَات اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَات
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ، أَرِنَا الْحَقَّ حَقّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَوَفِّقْنَا لِاجْتِنَابِهِ، وَلَا تَجْعَلْه مُلْتَبِسًا عَلَيْنَا فَنَضِلَّ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَة وَقِنَا عَذَابَ النَّار
(Ak/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)