Jakarta, 14 Shafar 1438/14 November 2016 (MINA) – Kemenangan Donald Trump dalam pilpres di AS beberapa waktu lalu memang menimbulkan kekhawatiran, utamanya pihak-pihak yang disebut dalam pidato selama kampanye seperti Muslim, Imigran, Hispanik, Afrika dan lain-lain.
Selain protes anti-Trump yang dilakukan warga hingga hari ini, masyarakat dari berbagai ras dan agama juga bersiap-siap mengantisipasi kebijakan Trump jika dia diputuskan sebagai Presiden AS akhir tahun ini.
Salah satunya, seperti disebutkan Imam masjid asal Indonesia di New York, Shamsi Ali, adalah dengan menguatkan konsolidasi internal maupun eksternal komunitas.
“Kita akan melakukan langkah-langkah konsolidasi, baik secara internal komunitas Muslim. Dan juga menguatkan kerjasama dengan komunitas lain yang memiliki kekhawatiran yang sama,” katanya kepada MINA baru-baru ini.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Menurut Shamsi, dengan terpilihnya Trump komunitas Muslim di Amerika memang ikut prihatin, bahkan khawatir jika hal ini menjadi preseden buruk ke depan. “Kenyataan bahwa Trump memang dianggap rasis oleh banyak kalangan, dan lebih khusus lagi telah memperlihatkan anti Islam yang tinggi,” tambahnya.
Menurut Pendiri Nusantara Foundation itu, masyarakat AS tidak perlu khawatir berlebihan jika memang Trump akan memimpin negara itu. Karena konstitusi AS dalam memandang tinggi kebebasan jauh lebih kuat di banding kebijakan diskriminasi yang akan dilakukan siapapun.
“Kalau memang betul dia akan memberlakukan apa yang dia (Trump) sebut selama ini, itu akan merupakan sebuah pelanggaran besar terhadap konstitusi AS yang selama ini menjamin kebebasan beragama,” katanya kepada media.(L/R04/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas