Semarang, MINA – Pagelaran kirab budaya Dugderan di Kota Semarang, Jawa Tengah dalam menyambut bulan Ramadhan, Sabtu (9/3) berlangsung meriah, meski diiringi hujan deras.
Prosesi kirab diawali upacara di Balai Kota Semarang, dengan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang berperan sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum. Gelaran budaya itu menjadi tradisi rutin masyarakat yang dilakukan pada akhir bulan Sya’ban, menjelang awal Ramadhan.
Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum adalah personifikasi Bupati Semarang Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat karena kali ini sosok wali kota dijabat oleh perempuan.
“Ini menjadi salah satu rangkaian nguri-uri budaya dengan kegiatan-kegiatan menjelang Ramadhan,” kata Ita, sapaan akrab Hevearita, yang diarak dengan kereta kencana menuju Masjid Kauman Semarang atau Masjid Agung Semarang.
Baca Juga: ANTARA Lampung Siap Sebarkan Informasi Terkait Palestina
Tak ketinggalan, Warak Ngendog, sosok binatang imajiner khas Semarang yang merupakan perpaduan kambing, buraq, dan naga turut ditampilkan dalam berbagai ukuran pada kirab budaya itu.
Ada arak-arakan pasukan bergada atau prajurit 40-an. Ditambah ada pembagian kue keranjang dari Paguyuban Tionghoa, selain kue ‘ganjel rel’ di Masjid Agung Semarang dan dibagikan di alun-alun karena jaraknya masih berdekatan dengan Imlek.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso mengatakan, Dugderan diinisiasi oleh Bupati Semarang Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat pada tahun 1881 dan dilestarikan tiap tahun menjelang Ramadhan.
Bukan hanya penanda masuk bulan puasa, kata dia, Dugderan juga merupakan bentuk toleransi dari berbagai budaya yang dibawa masyarakat di Semarang, seperti Jawa, Arab, China, dan Melayu. (R/P2/B04)
Baca Juga: Pesantren Al-Fatah Lampung dan AWG Kembangkan Literasi Kepalestinaan
Mi’raj News Agency (MINA)