Gorontalo, MINA – Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terus bersinergi menerapkan berbagai strategi yang tepat guna menurunkan angka kemiskinan.
Hal itu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan yang terjadi di daerah tersebut.
“Pada awal 2019, kabar gembira berhembus dari Provinsi Gorontalo, di mana berdasarkan survei pada September 2018, BPS (Badan Pusat Statistik) setempat melansir adanya penurunan angka kemiskinan dari 16,81 persen atau sebanyak 198,51 ribu jiwa pada Maret 2018 menjadi 15,83 persen atau 188,30 ribu jiwa,” kata Direktur Pengelolaan Media Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Siti Meiningsih.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “Pembangunan SDM dan Sektor Pertanian di Gorontalo”, yang berlangsung di Aula Rumah Jabatan Gubernur Gorontalo, Rabu (30/1).
Sementara itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan, salah satu faktor terjadinya penurunan angka kemiskinan tersebut adalah adanya intervensi pemerintah di bidang pertanian, khususnya jagung.
Menurutnya, sebelumnya kondisi pertanian jagung di Gorontalo sangat memilukan karena sejumlah faktor, seperti benih yang kurang bagus dan pupuknya tidak ada.
“Sekarang Gorontalo ternyata berhasil mengekspor jagung 113 ribu ton. Mengapa? Pupuknya tersedia, bibitnya disediakan bagus. Selain itu, pak Menteri Pertanian juga membuat standar harga jagung tidak boleh di bawah Rp3.100,” kata Gubernur Gorontalo.
Lebih lanjut ia memaparkan, lalu kenapa kemiskinan menurun? karena pihaknya juga mengalokasikan anggaran untuk menggelar pasar murah.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
“Negara harus hadir di tengah-tengah rakyat. Artinya kita pemerintah harus hadir di rakyat. Kita harus ada untuk rakyat, yaitu adalah pasar murah. Akhirnya kemiskinan kita turun,” tambahnya. (R/R10/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah