New York, 15 Dzulqa’dah 1437/18 Agustus 2016 (MINA) – Nashwan Uppal (12 tahun), seorang siswa Muslim dengan keterbatasn fisik (cacat), dipaksa oleh pejabat sekolah di New York, Amerika Serikat untuk menandatangani pengakuan palsu yang menyatakan ia adalah seorang “teroris,” keluarganya pun mengajukan gugatan ke pemerintah federal 50 juta dolar AS (sekitar Rp655 miliar).
Nashwan Uppal, siswa kelas tujuh di sebuah Sekolah Menengah Islip Timur (East Islip Middle School/EIMS), New York, seringkali dilecehkan oleh teman-temannya yang memanggilnya sebagai teroris, seperti dilaporkan Daily Sabah edisi Rabu (17/8).
Uppal, yang tidak mengerti apa yang mereka katakan karena cacatnya, akhirnya menjawab bahwa ia akan “meledakkan” pagar luar sekolah.
Menyusul insiden itu, seperti disebutkan dalam gugatan, pejabat sekolah memanggil Uppal dan menyuruhnya untuk mengakui bahwa ia adalah anggota dari Daesh (ISIS) sebelum memaksa dia untuk menandatangani pengakuan palsu dan mencari barang-barang miliknya.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Klaim Gugatan
Harian New York Post edisi Selasa (16/8) melaporkan, klaim gugatan yang diajukan di pengadilan federal Brooklyn, menyebutkan, Nashwan Uppal sedang duduk di kantin sekolah pada 6 Januari lalu ketika teman-temannya mulai bertanya kepadanya apa yang dia akan “ledakkan berikutnya.”
Uppal saat itu berusaha untuk pindah ke meja lain dan tidak melakukan apa pun. Namun teman-temannya mengikutinya dan terus memberikan ejekan Islamofobia mereka.
Gugatan melanjutkan, keesokan harinya, Uppal ditarik dari kelas olahraga oleh Inspektur John Dolan, Principal Mark Bernard dan Kepala Asisten Jason Stanton, dan diinterogasi.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
“Stanton berulang kali meminta Nashwan apakah dia seorang teroris dan membuat bom di rumahnya,” ujar gugatan.
Ketika ia mengatakan “tidak”, Stanton semakin marah dan berteriak, “Jangan berbohong kepada kami!”
Uppal gemetar dan dipaksa untuk menulis pengakuan yang mengatakan ia “bagian dari ISIS, tahu bagaimana membuat bom, bahwa ia memiliki bom di rumahnya, dan bahwa ia akan meledakkan pagar sekolah,” kata gugatan itu.
Pejabat akhirnya membiarkan dia menelepon ibunya, Nubaisha Amar, yang diberitahu anaknya telah berjanji setia untuk ISIS dan akan meledakkan sekolah.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Ibu dan anak dikawal polisi kembali ke rumah mereka sebelum mencari seluruh isi rumah dan menyimpulkan bahwa ia tidak ada ancaman apapun. Tapi Uppal diskors selama sepekan untuk “kegiatan kriminal.”
Jaksa David Antwork mengatakan anak itu secara emosional mengelami trauma.
“Hak-hak sipil Nashwan Uppal ini telah diinjak-injak, dengan memarahi dan mempermalukan dia dengan memaksanya untuk mengakui kejahatan yang tidak ia lakukan. Sementara mengabaikan fakta bahwa ia tak henti-hentinya diganggu dan telah dikenal bahwa anak ini memiliki keterbatasan fisik, sosial, bahasa dan ketidakmampuan belajar,” kata Antwork.
Sementara itu, pihak sekolah Islip menolak memberikan komentar. (T/P4/P2)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tiba di Peru, Prabowo akan Hadiri KTT APEC