Siswa Muslim dan Tibet Protes Diskriminasi Pendidikan

Pengunjuk rasa melancarkan aksi protes di Kota Xining, China, menuntut hak akses pendidikan yang sama bagi kelompok minoritas di wilayah negera komunis itu (Foto: RFA)
Pengunjuk rasa berdemonstrasi di Kota Xining, Cina, menuntut hak akses pendidikan yang sama bagi kelompok minoritas di wilayah negera komunis itu. (Foto: RFA)

Xining, Cina, 19 Rabi’ul Akhir 1437/29 Januari 2016 (MINA) – Siswa Tibet dan kalangan beserta orangtua mereka bersatu menggelar protes publik menuntut perbaikan pengelolaan dana pendidikan bagi kelompok minoritas di Provinsi Qinghai, barat laut Cina.

Seorang sumber warga Tibet mengatakan, seperti dilaporkan Rado Free Asia (RFA) pada Kamis (28/1), mereka menggelar aksi protes pada 24 Januari di luar kantor-kantor pemerintah di Xining, ibu kota Provinsi Qinghai.

Tuntutan utama unuk rasa itu adalah agar dilakukan penyelidikan terhadap kegiatan kepala departemen pendidikan Daerah Otonomi Bayan Khar (dalam bahasa Cina, Hualong) Hui di Prefektur Qinghai Tusshar (Haidong).

“Para demonstran adalah orangtua dan siswa dari Tibet dan Muslim yang bersekolah di sebuah sekolah lokal bernama Sekolah Gangjong,” kata sumber RFA, yang berbicara tanpa menyebut nama.

“Mereka menuntut hak memiliki kesempatan pendidikan yang sama seperti yang diberikan oleh Partai Komunis yang berkuasa dan pemerintah,” kata sumber itu.

Foto-foto tentang jalannya aksi protes yang beredar di situs media sosial menunjukkan para demonstran membawa spanduk bertuliskan, “Kami memprotes kepala departemen pendidikan, Ma Trinlung, karena menekan hak atas pendidikan kelompok minoritas di daerah miskin dan memblokir pelaksanaan kebijakan pendidikan kebangsaan”.

Di bawah pemerintahan Ma, “standar lisan dan tulisan Tibet telah secara dramatis menurun di setiap desa Palung County,” kata sumber RFA, menggunakan nama lain untuk Bayan.

Didirikan pada 2005 dengan bantuan dari bisnis lokal, Sekolah Gangjong mengajarkan kelas untuk siswa Tibet dan Muslim yang bermukim daerah terdekat. Instruksi diberikan dalam bahasa Tibet, China, dan bahasa Inggris, di antara mata pelajaran lain.

Menurut sumber tadi, meski pemerintah pusat di Beijing di kemudian hari setuju untuk memberikan dukungan dan fasilitas tambahan, departemen pendidikan di tingkat kabupaten telah memangkas dan menyalahgunakan dana yang dijanjikan.

Selain itu, otoritas pendidikan di tingkat kabupaten telah meremehkan pengajaran bahasa Tibet di sekolah teresebut.

“Otoritas sekolah telah pergi ke Xining berkali-kali untuk mengajukan banding, tetapi tidak berhasil,” kata sumber lainnya, menambahkan, “Jadi sekarang para orangtua dan siswa dari Sekolah Gangjong melancarkan aksi duduk-protes, mendesak penyelidikan.”

Hak bahasa telah menjadi fokus khusus dalam upaya warga Tibet menegaskan kembali identitas nasional dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara pihak berwenang China sering memberikan preferensi untuk instruksi dalam bahasa Mandarin dan menutup kelas bahasa Tibet yang diajarkan di luar sistem pendidikan yang dikendalikan negara. (P022/R05)

 

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)