Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SLEMAN TERAPKAN PROGRAM BIOGAS DI TUJUH DESA

Rana Setiawan - Ahad, 24 Agustus 2014 - 12:13 WIB

Ahad, 24 Agustus 2014 - 12:13 WIB

1190 Views

Model Biogas untuk Pedesaan. (Foto: gilaidea)
Model <a href=

Biogas untuk Pedesaan. (Foto: gilaidea)" width="300" height="189" /> Model Biogas untuk Pedesaan. (Foto: gilaidea)

Sleman, 28 Syawwal 1435/24 Agustus 2014 (MINA) – Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,  mulai menerapkan program biogas dari kotoran sapi di tujuh desa.

Dengan program biogas dari kotoran sapi itu, diharapkan masyarakat dapat memperoleh sumber energi terbarukan.

“Diharapkan pula warga desa tidak bergantung pada Elpiji dan kayu bakar, karena sudah ada alternatif bahan bakar baru,” kata Kepala Seksi Pengembangan Dinas SDAEM Kabupaten Sleman, Purwoko, demikian siaran pers Kominfo yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.

Menurut Purwoko, program awal tersebut diterapkan pada tujuh desa yang tersebar di Kecamatan Tempel dua desa, Kecamatan Cangkringan dua desa, Kecamatan Kalasan dua desa, dan satu desa di Kecamatan Moyudan.

Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan 

“Sejak Juni lalu, telah dipersiapkan sarana prasarananya, berikut proses kimiawi untuk mengubah kotoran sapi menjadi gas. Setelah dijadikan biogas, kotoran ternak tersebut masih bisa digunakan sebagai pupuk untuk tanaman,” katanya.

Lebih Hemat

Salah satu penerima bantuan biogas Ratih (28) warga Dusun Karanggawang Kulon, Mororejo, KecamatanTempel mengaku senang dengan bantuan tersebut.

“Kami saat ini tidak khawatir dengan stok gas mau pun kenaikan harga elpiji, karena sudah menggunakan kompor gas yang bahan bakarnya dari kotoran sapi atau biogas,” kata Ratih sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Antara.

Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan

Menurut dia, dirinya sudah lebih dari satu pekan ini menggunakan kompor beserta fasilitas digester bantuan Pemerintah Kabupaten Sleman.

“Apinya biru dan nyalanya besar, masakannya lebih cepat matang,” katanya.

Ia mengatakan, penggunaan biogas lebih hemat, karena tidak usah membeli gas di pasaran sebab cukup dengan hanya mengisikan kotoran sapi ke digester yang disediakan Pemkab Sleman.

“Cukup isi alat itu (digester) dengan kotoran sapi, setiap tiga hari sekali. Kemudian bila tenaga gas habis, tunggu dua jam, sudah terisi kembali dan siap digunakan. Kotoran sapi sebagai bahan pembuat gas, diperoleh dari kandang milik warga sekitar,” katanya.

Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan

Ratih merupakan penerima bantuan awal fasilitas biogas yang diinisiasi Dinas SDAEM Kabupaten Sleman.

Di Dusunnya, Karanggawang Kulon, Mororejo, Tempel, ada empat warga yang menerima bantuan tersebut. Namun baru keluarganya yang menerima peralatan berupa kompor serta manometer biogas yang dialirkan ke rumahnya.

Untuk diketahui, biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4) 50 samapi 70 persen, gas karbon dioksida (CO2) 30 sampai 40 persen, hidrogen (H2) 5 sampai 10 persen, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit.

Bahan bakar yang satu ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari fosil.  Sifatnya yang ramah lingkungan merupakan keunggulan dari biogas.

Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

Kondisi ini merupakan suatu langkah untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global yang diisukan berasal bari bahan bakar fosil. (T/R05/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Kolom
MINA Preneur
Sosok