Bama, Nigeria, 18 Ramadhan 1437/23 Juli 2016 (MINA) – Relawan kemanusiaan medis Dokter Lintas Batas (MSF) mengatakan, dalam sebulan terakhir, hampir 200 pengungsi yang menyelamatkan diri dari serangan kelompok Boko Haram, telah meninggal karena kelaparan dan dehidrasi di kamp di kota Bama, timur laut Nigeria.
Menurut pernyataan lembaga medis dunia itu pada Rabu (22/6), para pengungsi berbicara tentang anak-anak yang mati kelaparan dan mereka menggali kuburan baru setiap hari.
MSF mengatakan, sebuah kondisi “darurat bencana kemanusiaan” berlangsung di sebuah kamp darurat di sebuah kompleks rumah sakit, tempat 24.000 orang telah mengungsi.
Para dokter menyebut 16 anak kurus berisiko meninggal. MSF menemukan, satu dari lima, dari 15.000 anak yang menderita kekurangan gizi akut.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
“Kami melihat trauma pada wajah pasien kami yang telah menyaksikan dan selamat dari banyak kengerian,” kata Ghada Hatim, Kepala MSF misi di Nigeria, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Timnya mencapai Bama pada Selasa (21/6) setelah konvoi militer berangkat dari Maiduguri, ibukota negara bagian Borno yang merupakan markas militer Nigeria.
Meskipun Bama hanya berjarak 70km arah tenggara dari Maiduguri, bentrokan yang sedang berlangsung antara pemberontak dan pasukan pemerintah membuat perjalanan tidak aman.
Dr Christopher Mampula dari MSF menjelaskan melalui telepon dari Paris, kondisi rawan itu membuat petani tidak menanam tanaman selama 18 bulan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Militan Boko Haram sering menyerang dengan membakar rumah-rumah dan menghancurkan sumur milik penduduk di daerah yang suhunya sering di atas 40 derajat.
Kelompok bersenjata merebut Bama pada bulan September 2014 dan tentara Nigeria merebutnya kembali pada Maret 2015.
Menurut PBB, pengungsi di Bama berjumlah sekitar 1,8 juta warga Nigeria yang terpaksa meninggalkan rumahnya dan tinggal di dalam negeri. Sementara 155.000 lainnya berada di negara-negara tetangga. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu