Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SOSOK DIBALIK TERGULINGNYA MURSI

Admin - Ahad, 14 Juli 2013 - 02:59 WIB

Ahad, 14 Juli 2013 - 02:59 WIB

398 Views ㅤ

Oleh Syarif Hidayat

Kepala angkatan bersenjata Mesir Jenderal Abdul Fattah al-Sisi, telah menjabat menjadi kepala angkatan bersenjata kurang dari satu tahun dan sekarang dia adalah orang yang berperan dalam menjatuhkan orang yang memberinya jabatan yaitu Presiden Muhamad Mursi. Ketika Presiden Mohammed Mursi menunjuk Al Sisi sebagai jenderal angkatan bersenjata Mesir dan Menteri Pertahanan pada tanggal 12 Agustus 2012, hal itu dilihat sebagai upaya untuk merebut kembali kekuasaan politik dari militer, yang kendalinya telah direbut setelah Presiden Hosni Mubarak digulingkan.

Tapi adalah Al-Sisi yang memperingatkan Mursi jika pemerintah gagal untuk menanggapi “kehendak rakyat”, menyusul protes nasional. Dan dua hari kemudian, pada tanggal 3 Juli ia mengumumkan di TV menyatakan bahwa Mursi “tidak memenuhi tuntutan massa”.

Baca Juga: Gerakan Perlawanan Lebanon Tembakkan Roket ke Tzuriel Moshav Israel

Setelah beberapa bulan penunjukannya, Al-Sisi menjaga dirinya tetap tenang. Jauh dari sososk militer yang tegaskehadirannya begitu karismatik, sering terlihat tersenyum dan dikenal untuk menyampaikan pidato pada topik emotif. Setelah ultimatumnya kepada pemerintah dan lawan-lawannya untuk menyelesaikan krisis di negara itu dalam waktu 48 jam, helikopter militer melemparkan ribuan bendera Mesir kepada pengunjuk rasa di Tahrir Square.

Kerumunan bersorak menanggapi dengan teriakan “rakyat dan tentara adalah satu kesatuan”. Popularitasnya di kalangan demonstran anti Mursi adalah bukti dari pergeseran signifikan dalam citra publik. Pada April 2012 ia menjadi berita utama setelah mengeluarkan pernyataan mempertahankan perilaku angkatan bersenjata selama protes di Tahrir Square pada tahun 2011.

 Ketika kekerasan tentara dihentikan di Tahrir Square pada tanggal 9 Maret, 17 perempuan ditahan, dipukuli, ditusuk dengan tongkat sengatan listrik, digeledah, dipaksa untuk tunduk kepada “tes keperawanan” dan diancam dengan tuduhan prostitusi. Al Sisi mengatakan “prosedur tes keperawanan dilakukan untuk melindungi perempuan dari pemerkosaan serta untuk melindungi para prajurit dan petugas dari tuduhan perkosaan”, menurut surat kabar milik negara, al-Ahram.

Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (Scaf) dengan cepat menjauhkan diri dari komentar, tapi insiden tersebut tetap menjadi stigma bagi militer. Kemudian selama pertemuan di Kairo pada Juni 2012, Jenderal Sisi berjanji kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, bahwa tentara tidak akan lagi melaksanakan tes kontroversial itu. Dia mengatakan orang-orang yang menuduh adanya pelanggaran hak asasi manusia oleh tangan tentara harus melapor kepada jaksa militer dan menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh Mesir.

Baca Juga: Mantan Menlu Israel Serukan Penghancuran Total Pelabuhan Al-Hudaydah Yaman

Karir Militer

Lahir di Kairo pada 19 November 1954, Al Sisi bertugas di korps infanteri setelah lulus dari Akademi Militer Mesir pada tahun 1977. Meskipun tidak pernah mendapatkan pengalaman berperang sedikitpun  namun ia merangkak naik di jajaran tentara, menempati berbagai posisi senior, termasuk komandan batalyon infanteri mekanik dan kepala informasi dan keamanan di sekretariat umum Kementerian Pertahanan. Dia juga menjabat sebagai atase militer Mesir di Arab Saudi.

Kemudian, Gen Sisi menjabat sebagai kepala staf dan kemudian Panglima Militer bagian Utara, berkantor pusat di Alexandria, sebelum diangkat direktur Intelijen Militer dan Reconnaissance. Al sisi juga dipromosikan menjadi kepala angkatan bersenjata, ia duduk di Scaf sebagai mantan kepala Intelijen Militer, dan merupakan salah satu anggotanya termuda.

Hubungan Kuat Amerika

Baca Juga: Arab Saudi Jinakkan 989 Alat Peledak di Yaman

Setelah pengangkatannya sebagai Menteri Pertahanan dan Kepala angkatan bersenjata, banyak komentator di beberapa media Mesir menanyakan tentang hubungan Al-Sisi dengan Ikhwanul Muslimin, dimana Presiden Morsi berasal. Pendukung pro-militer dan presenter terkemuka stasiun TV al-Faraeen, Tawfiq Ukasha, menuduhnya sebagai “orang mereka di Scaf”, dan laporan juga menunjukkan bahwa istrinya mengenakan niqab, cadar yang menutupi wajah penuh dikenakan oleh beberapa Muslim perempuan. (Berikut adalah foto Presiden AS Barack Obama membahas peristiwa di Mesir dengan tim keamanan nasionalnya di Situation Room).

Namun demikian Scaf bersikeras bahwa anggotanya tidak memiliki afiliasi partisan atau ideologis untuk setiap kekuatan politik di Mesir. Mutaz Abdul Fattah, seorang profesor di Universitas Kairo, juga mengatakan jenderal Al Sisi bukan anggota Ikhwanul Muslimin, ia menulis di Twitter: “Dia bukan anggota Ikhwan, ia hanya orang yang religius “.

Pada bulan Agustus 2012, surat kabar al-Tahrir juga melaporkan bahwa Al Sisi memiliki “hubungan yang kuat dengan para pejabat AS dalam hal diplomatik dan militer”.

Dia pernah belajar di Washington, menghadiri beberapa konferensi militer di sana, dan terlibat dalam “kerjasama yang berkaitan dengan permainan perang dan operasi intelijen dalam beberapa tahun terakhir”, katanya.(T/P05/R2).

Baca Juga: Pengamat: Agresi Israel di Yaman Hanya Rugikan Sipil

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pecat Separuh Pekerjanya, Pelabuhan Eilat Israel Bangkrut

Rekomendasi untuk Anda