Washington, MINA – Miliarder Amerika Elon Musk pada Sabtu (28/10) mengatakan layanan satelit ‘Starlink’ miliknya akan menyediakan akses telekomunikasi untuk organisasi-organisasi bantuan yang diakui secara internasional di Gaza, setelah menghadapi pemutusan saluran komunikasi sejak Jumat.
Musk mengatakan ini sebagai respons dari postingan anggota kongres Partai Demokrat AS, Alexandria Ocasio-Cortez, yang menyebut pemutusan saluran komunikasi di Gaza sebagai hal yang “tidak dapat diterima”.
“Starlink akan mendukung konektivitas ke organisasi-organisasi bantuan yang diakui secara internasional di Gaza,” tulis Musk di X, yang sebelumnya bernama Twitter, dikutip Anadolu.
Starlink merupakan jaringan satelit orbit rendah bumi yang dapat menyediakan internet ke lokasi-lokasi terpencil, atau daerah-daerah yang infrastruktur komunikasinya tidak berfungsi dengan baik. Starlink proyek yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan Amerika Serikat bernama SpaceX yang didirikan Elon Musk.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Sementara Sekjen WHO Tedros Ghebreyesus melaporkan pihaknya tak bisa menghubungi tim WHO di Gaza maupun mitra-mitra kesehatan lainnya. Tedros pun menyatakan kekhawatirannya atas keselamatan tim medis serta kesehatan pasien di Gaza.
“Kami akan mendukung PBB dan kelompok bantuan lain yang diakui secara internasional,” kata Elon Mask dalam platform X.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi Israel mengatakan bahwa pihaknya memulai pembicaraan dengan perusahaan SpaceX, milik Mask untuk menyediakan layanan Starlink sebagai cadangan jika sistem lain gagal di Israel dalam mempersiapkan pasukan militernya melakukan operasi darat yang luas di Gaza.
Kementerian Israel menyatakan langkah untuk memastikan pihaknya yang berada di kota-kota yang terletak di garis depan wilayah kantong Gaza zona perang menerima layanan internet terus menerus.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Sebelumnya, pada Jumat Majelis Umum PBB menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera, dengan 120 negara memberikan suara untuk resolusi yang diajukan oleh Yordania. Namun Israel menolaknya. Pada waktu yang sama, Pasukan Pendudukan Israel malah melakukan serangan udara mengebom Jalur Gaza secara besar-besaran sebagai upaya untuk melancarkan perluasan operasi serangan daratnya.
Juru bicara kementerian Ashraf Al-Qudra mengatakan bahwa pendudukan Israel melakukan 53 pembantaian dalam pemboman besar-besaran, di beberapa wilayah di Jalur Gaza, menargetkan bangunan tempat tinggal, yang dihancurkan di tempati warga sipil Palestina.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan jumlah korban akibat pengeboman Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza selama 22 hari berturut-turut telah meningkat menjadi 7.703 orang syahid, termasuk 3.595 anak-anak.(T/R5/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel