Jakarta, MINA – Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir (STID M. Natsir) menggelar wisuda sarjana strara satu angakatan ke-14 di Aula Masjid Al-Furqan, Gedung Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), Jakarta Pusat, Rabu (21/8).
“Sebanyak 140 wisudawan, terdiri atas 76 wisudawan dan 64 wisudawati telah lulus dan menjalani prosesi wisuda strata satu periode tahun akademik tahun 2023 – 2024,” kata Ustaz Dwi Budiman, Ketua STID M. Natsir dalam keterangan tertulis.
Ia mengatakan, proses wisuda dimulai dengan dibukanya sidang senat terbuka oleh ketua senat akademik, Dr. Imam Zamroji dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh wisudawan asal Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni Zulkifli Nurdin.
“Wisuda ini merupakan bagian dari proses kaderisasi da’i/guru ngaji, mereka akan mengabdi ke daerah dan wilayah pedalaman di penjuru negeri Indonesia. Para da’i/guru ngaji muda ini membawa visi membangun negeri dengan dakwah Islam dari pedalaman penjuru negeri,” ujar Ustaz Dwi.
Baca Juga: Rekor Baru MURI: 44.175 ASN Jabar Pakai Sarung Tenun, Bukti Cinta Budaya Lokal
“Tujuan DDII mendirikan kampus STID M. Natsir untuk menjadi sarana kaderisasi da’i ilallah, memenuhi keperluan da’i baik di tingkat pusat maupun daerah,” tembah Ustaz Dwi.
“Maka selain mendapatkan pendidikan formal para mahasiswa/i di STID M. Natsir juga harus mengikuti proses pengkaderan terdiri atas proses pengkaderan berbasis asrama selama dua (2) tahun, proses pengkaderan berbasis masjid selama dua (2) tahun, dan terakhir proses pengkaderan yang berbasis daerah pedalaman juga selama dua (2) tahun,” ujarnya.
Laznas Dewan Dakwah sebagai bagian dari tujuan ini ikut serta mendukung program kaderisasi da’i dan masa pengabdiannya melalui dana zakat, infak, dan sedekah dari para muzakki, donatur, dan mitra.
Salah satu bentuknya adalah bantuan biaya pendidikan kepada para mahasiswa/i yang kurang mampu agar bisa menyelesaikan studi di STID M. Natsir dengan baik hingga selesai pengabdian di masyarakat.
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
“Saya berasal dari keluarga petani, tapi ini tidak menyurutkan semangat saya menyelesaikan studi. Dengan beasiswa ini memberi saya kesempatan berkontribusi dalam bidang sosial dan lainnya,” kata Shita, salah satu wisudawati penerima beasiswa Laznas Dewan Dakwah, dari Muara Dua, Sumatera Selatan.
Kali ini, wisuda sarjana STID M. Natsir angkatan ke-14 ini bertepatan dengan 25 tahun kampus STID M. Natsir berdiri.
Ketua STID M. Natsir, Dwi Budiman Assiroji menjelaskan, sejarah berdirinya STID M. Natsir pertama kali didirikan pada 1967 bermula dari program kaderisasi da’i selama 3 sampai 6 bulan di Pesatren Darul Falah di Bogor.
Perkembangan selanjutnya, proses kaderisasi dilanjutkan menjadi lembaga resmi Akademi Bahasa Arab (AKBAR) yang diketuai oleh Profesor Mahmud Yunus, ahli Bahasa Arab yang memiliki kamus Arab-Indonesia. AKBAR berkembang menjadi Lembaga Pendidikan Dakwah Islam (LPDI) pada tahun 1986.
Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung
Selanjutnya, pada 11 Agustus 1999 LPDI berubah menjadi Universitas Agama Islam Mohammad Natsir (UNIM), hingga kemudian berganti menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir (STID M. Natsir) hingga sekarang.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!