
Sudan
, Kolonel Al-Sawarmi Khalid Saad (Gambar: Al-Bashir.sd)" width="300" height="199" /> Juru Bicara Militer Sudan, Kolonel Al-Sawarmi Khalid Saad (Gambar: Al-Bashir.sd)Khartoum, 13 Dzulqa’dah 1435/8 September 2014 (MINA) – Pemerintah Sudan di Khartoum membantah telah membantu kelompok oposisi Libya seperti yang dituduhkan pemerintah baru Libya terkait pesawat yang melintasi wilayah udaranya, Ahad (7/9).
Pejabat terkait menegaskan bahwa mereka mengirim pesawat militer untuk mengatasi penyelundupan dan perdagangan manusia dan membawa peralatan untuk pasukan di perbatasan Libya-Sudan, , Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sudan menggambarkan insiden tersebut sebagai kesalahpahaman. “Pesawat tidak membawa bahan untuk kelompok-kelompok bersenjata di Libya,” kata juru bicara militer Sudan, Al-Sawarmi Khalid, melalui saluran TV lokal Shouruq, dan menambahkan bahwa militer Sudan tidak mengganggu di Libya.
Sebelumnya, Libya telah mencegat pesawat militer Sudan di wilayah udaranya, dan pemerintah menyatakan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dinegaranya (persona non grata) terhadap atase militer Sudan.
Baca Juga: Media Asing: Militan Sudan Membantai Warga Desa, 200 Lebih Tewas
Pemerintah Libya yang baru terpilih, menuding militer Sudan melanggar “kedaulatan nasional” Libya dan mendukung kelompok oposisi bersenjata di negara itu.
“Pekerjaan negara Sudan melanggar (kedaulatan) dan mencampuri urusan Negara Libya,” katanya, menambahkan bahwa Libya telah meminta atase militer Sudan untuk meninggalkan negara itu.
Amunisi ditemukan di pesawat Sudan selama pemeriksaan di bandara Kufra, dekat perbatasan dengan Sudan. Pemerintah mengatakan, pesawat berhenti di Kufra untuk mengisi bahan bakar, dan menuju bandara Tripoli-Matiga, yang saat ini berada di bawah kendali kelompok oposisi.
Libya berada dalam kekacauan selam tiga tahun setelah tersingkirnya Muammar Gaddafi ketika kelompok bersenjata telah menguasai ibukota Tripoli dan mendirikan sebuah parlemen dan pemerintah alternatif. (T/P001/R03)
Baca Juga: PBB Tuduh Paramiliter Sudan Halangi Bantuan untuk Darfur
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)