Yerusalem,MINA – Surat kabar Israel Maariv Rai Al-Youm melaporkan, Sudan dan Oman telah menunda normalisasi hubungan dengan Israel sampai setelah pemilihan umum Amerika Serikat (AS).
MEMO melaporkan, Sabtu (3/9), surat kabar itu juga mengungkapkan, kedua negara itu tidak akan menawarkan “hadiah berharga” mereka, kepada Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelum Pemilu AS.
Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Washington Yousef Al-Otaiba menegaskan, Sudan dan Oman tidak terburu-buru menuju hubungan diplomatik dengan Israel.
Namun, Wakil Kepala Jenderal Sudan Mohamed Hamdan Daglo, yang dikenal sebagai Hemedti, mengatakan kepada TV Sudan24 di Juba pada Kamis malam, negaranya sedang mencari celah hubungan dengan Israel.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Kami tidak takut pada siapa pun. Tapi ini yang akan menjadi relasi, bukan normalisasi,” tegasnya, tanpa menjelaskan maksudnya tentang perbedaan relasi dan normalisasi.
Hemedti menilai memang benar, perjuangan Palestina itu penting, kami harus berdiri bersama rakyat Palestina, dan kami tidak berbicara tentang normalisasi.
“Kami berbicara tentang hubungan. Dan ini adalah hubungan yang akan kita manfaatkan, ini akan dilakukan dengan persetujuan dan konsultasi semua pihak,” pungkasnya.
Sementara itu, Otoritas Islam Sudan pada Jumat (2/10) mengeluarkan fatwa larangan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Fatwa itu dikeluarkan di tengah laporan kedua negara akan menandatangani perjanjian untuk menjalin hubungan normal
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Sudan yang ditunjuk, Omar Qamar Al-Din, mengatakan, Pemerintah AS telah berjanji untuk mempelajari kemungkinan mengeluarkan Sudan dari daftar “negara yang mensponsori terorisme,” jika Khartoum menjalin hubungan dengan Israel. (T/Hju/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon